Menyentuh Hati, Mengubah Perilaku: Pendidikan Karakter untuk Remaja Berhadapan dengan Hukum
Deskripsi
Surakarta, 10 Agustus 2024 - Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan fisik, mental, dan sosial secara utuh. Bagi bagsa Indonesia anak merupakan subyek dan modal pembangunan nasional demi tercapainya masyarakat adil dan makmur sesuai amanat undang-undang dasar 1945. Oleh karena itu, anak memerlukan pembinaan, bimbingan khusus agar dapat berkembang, fisik, mental, dan spiritualnya secara maksimal.
“ Kenakalan remaja. Dua kata yang sering kita dengar, namun jarang kita pahami sepenuhnya. Kita melihat berita tentang tawuran pelajar, kasus narkoba di kalangan remaja, atau vandalisme yang meresahkan masyarakat. Tapi pernahkah kita berhenti sejenak dan bertanya: apa yang sebenarnya terjadi dengan anak-anak muda kita? “ ujar nadia
Dalam proses bimbingan dan pembinaan ini akan terjadi proses pembentukan tata nilai anak-anak remaja. Tata nilai tersebut terbentuk dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Oleh karena itu, keluarga memahami proses pembentukan tata nilai anak-anak remaja mereka karena pasti akan berhadapan dengan aspek ini dalam kehidupan sehari-hari. Tata nilai ini penting karena mempengaruhi pola relasi dan interaksi seseorang dengan orang lain. Faktor-faktor utama pembentuk tata nilai seorang anak remaja diantaranya keluarga, agama, sekolah, dan lingkungan. Selalu terdapat dampak ganda yang timbul oleh lingkungan terhadap tata nilai anak remaja. Sebagai contohnya, pergaulan akan berdampak positif karena membawa nilai-nilai kebaikan jika berada dalam koridor yang benar. Namun, pergaulan juga sering menyeret para remaja ke dalam perbuatan melanggar hukum, melakukan perbuatan asusila, amoral, bahkan tindakan kejahatan.
“ Kenakalan remaja bukanlah penyakit. Ia adalah gejala. Gejala dari masyarakat yang terlalu sibuk untuk peduli. Dari sistem pendidikan yang terlalu kaku untuk memahami. Dari keluarga yang terlalu lelah untuk mendengarkan. Jadi, apa solusinya? Bukan dengan hukuman yang lebih keras. Bukan dengan mengurung mereka di penjara. Tapi dengan mendengarkan. Dengan memahami. Dengan memberi mereka ruang untuk tumbuh, gagal, dan bangkit lagi. Kita perlu membangun jembatan, bukan tembok. Kita perlu mengulurkan tangan, bukan menunjuk jari. Karena setiap remaja yang "nakal" adalah panggilan bagi kita untuk menjadi masyarakat yang lebih baik. Mereka adalah cermin yang memantulkan kegagalan kita sebagai orang dewasa. Dan sekarang, bola ada di tangan kita. Akankah kita terus menyalahkan? Atau mulai bertindak? Kenakalan remaja bukan hanya masalah mereka. Ini adalah masalah kita semua. Dan sudah waktunya kita bangun, dengarkan, dan mulai peduli. Karena masa depan mereka, adalah masa depan kita juga. “ ujar nadia
Penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh remaja dalam arti kenakalan anak (Juvenile Delinquency) adalah suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan disadari oleh anak itu sendiri bahwa perbuatannya tersebut dapat dikenai sanksi atau hukuman (pidana).
Kesimpulan, Pemidanaan terhadap anak dapat memiliki dampak yang sangat merusak dan berkepanjangan. Untuk mencegah hal ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat. Dengan memberikan dukungan dan kesempatan yang tepat, anak-anak yang pernah bermasalah dengan hukum dapat memiliki masa depan yang lebih baik.
KKN TIM II UNDIP 2024 - Program Kerja Monodisiplin - Nadia Anggreini