Ronda Malam RT 06 RW 14: Menjaga Kampung, Merawat Kebersamaan
Deskripsi
Cisarua, 28 Mei 2025 — Dentang kentongan bersahut-sahutan di langit malam Ciaul Pangkalan, RT 06 RW 14, Kelurahan Cisarua. Seperti biasa, selepas pukul 22.00 WIB, warga berderet bergantian menyusuri gang sempit sambil menenteng senter, tongkat, dan buku mutasi ronda. Kegiatan ronda malam yang telah menjadi agenda rutin ini bukan sekadar patroli keamanan, melainkan juga simbol gotong royong yang meneguhkan Cisarua sebagai kampung berkualitas—aman, nyaman, dan penuh kehangatan sosial.
*Mengukir Rasa Aman Bersama.
Dibentuk sejak awal April 2025, regu ronda terdiri atas warga lintas usia. Sejak terpilih ketua RT baru jadwal piket dilanjutkan dan diatur adil: setiap kepala keluarga mendapat giliran satu kali dalam sepekan. Pos ronda masih berada di teras warung warga di sisi gang, lengkap dengan buku paket, kopi sachet dan termos. “Kami sadar keamanan bukan hanya urusan aparat. Kebersamaan menjaga lingkungan adalah kewajiban moral,” ujar Ketua RT 06, ibu Tia Tilawati, tulisnya di media pesan singkat.
Ronda malam terbukti efektif menekan potensi tindak kriminal. Selama semester pertama 2025, hanya ada 1 kasus pencurian tercatat di RT 06—penurunan signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu ketika dua insiden pembobolan motor pernah terjadi di kontrakan warga. Selain menghalau kejahatan, petugas ronda kerap menjadi responden pertama saat warga sakit mendadak atau terjadi gangguan listrik.
*Pancasila Hidup di Gang Sempit.
Semangat ronda malam RT 06 merefleksikan nilai-nilai dasar Pancasila, terutama sila kedua dan ketiga: kemanusiaan adil dan beradab, serta persatuan Indonesia. “Kami belajar mempraktikkan gotong royong — tidak membiarkan tetangga gelisah tidur ketika kita bisa berjaga,” tutur Tesar (32), anggota ronda. Kepekaan sosial inilah yang memperkuat rasa saling percaya, modal penting menuju kota layak huni.
*Tuntutan Iman, Teladan Sosial.
Nilai religius juga menjadi suluh. Dalam taklim rutin, tokoh agama setempat mengingatkan hadits: “La yu’minu ahadukum hatta yuhibba li-akhi-hi ma yuhibbuli nafsihi” — tidak sempurna iman seseorang sampai ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya. Ronda malam dipahami sebagai wujud kepedulian: memastikan tak ada tetangga yang terpuruk dalam ketakutan akibat pencurian, bencana, atau kondisi darurat kesehatan.
*Memantik Gerakan Sekampung.
Keberhasilan RT 06 menginspirasi wilayah lain. Kedepannya RW 14 dapat merancang “Forum Ronda Bersama” dengan pelatihan pertolongan pertama, pemadaman kebakaran skala rumah, dan simulasi kebencanaan. Lurah Cisarua, Yudi Supriyadi, SE, menilai model ronda RT 06 sebagai “prototipe kampung tangguh” yang akan didorong menjadi program kelurahan pada 2026.
*Harapan ke Depan.
Warga menegaskan komitmen mempertahankan budaya ronda di tengah gempuran gaya hidup individualistis. “Anak-anak kami harus merasakan tradisi ini, karena rasa aman tidak datang gratis — ia dibayar dengan kebersamaan,” kata Yusmeli (52), Relawan SIBAT PMI yang sesekali ikut patroli.
Ronda malam RT 06 RW 14 adalah bukti sederhana bahwa kualitas sebuah kota diukur dari nyala kebersamaan warga. Dari gang-gang sempit inilah nilai Pancasila dan ajaran agama diterjemahkan menjadi tindakan nyata: menjaga, menolong, dan menumbuhkan rasa aman bersama.[]