KELOMPOK TRIBINA KAMPUNG KB

SEJAHTERA
Dipublikasi pada 12 February 2019

Deskripsi

  NOTULEN PERTEMUAN

Kegiatan        : Pertemuan Ketahanan Keluarga Berbasis Kelompok Kegiatan                                                                              
  Tribina di Kampung KB
Waktu            : 12 Februari 2019
Tempat        : Grenjeng Desa Kalikarung
Hadir            : 30 Orang
Susunan Acara    : 1. Pembukaan
              2. Pengarahan dari PLKB
              3. Penyampaian Materi dari Narasumber
              4. Lain-lain/Tanya jawab
  5. Penutup

JALANNYA PERTEMUAN
1.    Pembukaan
Pembukaan dibuka dengan bacaan Basmalah
Dilanjutkan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya dan Mars KB dipimpin saudari Khasanah
2.    Pengarahan Koordinator PLKB Kecamatan Kalibawang
Pertemuan ini bertujuan untuk meningkatkan peran kader kelompok Tribina di Kampung KB. Kegiatan ini mendapatkan sokongan anggaran dari BOKB tahun 2019. Semoga kegiatan ini berguna dan ada manfaat yang didapat.
3.    Penyampaian Materi oleh Narasumber
?    Bapak Ahmad Abdussalam selaku TPP PKK Kecamatan Kalibawang (Materi terlampir)
?    Bapak Rofiul Ikhsan selaku Kesos Kecamatan Kalibawang (Materi terlampir)
4.    Lain-lain/Tanya jawab
Tanya jawab oleh narasumber dengan peserta mengenai materi yang telah disampaikan
5.    Penutup
Acara pertemuan ditutup dengan bacaan hamdalah secara bersama-sama

MATERI DARI BAPAK AHMAD ABDUSSALAM

Melatih Mental Anak
Anak yang berani dan mandiri akan memudahkan kehidupannya kelak. Cara mendidik mental anak sejak dini harus dilakukan agar orang tua dapat memetik hasilnya setelah anak dewasa. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membentuk mental anak agar kuat pada masa dewasa kelak:
1. Mendorong anak untuk mencoba hal baru
Sesuatu yang baru biasanya menimbulkan ketakutan apabila tidak dicoba, karena ketidak tahuan anak mengenai hal tersebut. Apabila tidak dibiasakan sejak kecil, anak akan menjadi orang yang mudah khawatir kelak.
2. Berikan kepercayaan pada anak
Yakinlah untuk memberi kepercayaan pada anak sesuai tingkat usianya. Cara mendidik mental anak dengan memberikan kepercayaan kepadanya akan membuat anak mudah merasakan percaya diri dan tanggung jawab.
3. Membiasakan berpikir kritis
Kemampuan anak untuk berpikir kritis harus dibina sejak dini sekali, agar kelak ia tidak menjadi orang yang apatis. Dengan mampu berpikir kritis, maka anak dapat memutuskan mana hal yang sesuai dan baik untuknya dan tidak baik.
4. Memberi contoh kepada anak
Karena anak – anak belajar dengan cara meniru, maka orang tua dapat memberikan contoh mengenai hal yang akan diajarkan kepada anak.
5. Tetap berpikir logis
Menanamkan cara berpikir logis penting agar anak dapat menyadari sejauh mana batasan yang harus dipatuhinya dalam bertindak. Antara lain, mengingatkan jika anak mulai mencoba sesuatu yang membahayakan dirinya atau orang lain, dan memberikan penjelasan logis mengapa hal tersebut menjadi berbahaya.
6. Jangan menakut – nakuti anak
Seringkali ketika orang tua kesulitan melarang anak untuk melakukan sesuatu maka mereka akan menakut – nakuti anak agar menurut.
7. Jangan katakan bahwa anak tidak bisa
Untuk mempunyai mental yang berani dan percaya diri, cara mendidik mental anak perlu dilakukan dengan kepercayaan dari orang tua. Percayalah bahwa anak bisa melakukan berbagai hal sesuai usianya, dorong anak untuk mencoba terlebih dulu. Jangan katakan bahwa anak tidak bisa selama hal itu tidak membahayakan atau merugikannya.
8. Jangan memaksa
Pemaksaan untuk melakukan sesuatu akan membuat anak trauma dan menghubungkan hal tersebut dengan sesuatu yang tidak menyenangkan. Kelak ia tidak akan mau mencoba apapun atau selalu merasa takut karena pernah dipaksa.
9. Melatih anak sejak kecil
Terbentuknya mental anak yang berani dan mandiri tidak akan terjadi apabila tidak dilatih sejak kecil. Anda bisa mulai dari melatih keseharian anak, misalnya toilet trining, membiasakan anak tidur sendiri, cara makan sendiri, sikat gigi, dll
10. Ajari anak mengenai resiko
Membuat keputusan sendiri akan mudah jika anak paham mengenai konsekuensi dan resiko yang dia hadapi saat melakukan sesuatu. 
MATERI DARI BAPAK ROFIUL IKHSAN

Tribina merupakan program yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh kembang, baik secara fisik, motorik, kecerdasan emosional dan sosial ekonomi dengan sebaik-baiknya kepada balita dan anak remaja. Tribina juga berguna meningkatkan kesejahteraan lansia melalui kepedulian dan peran keluarga dalam mewujudkan masa usial lanjut yang produktif, mandiri, dan bermanfaat bagi keluarga dan lingkungan masyarakat.
Dalam memahami program tribina ini dan untuk meningkatkan kualitas keluarga sebagai orangtua, harus memahami dan menerapkan delapan fungsi keluarga dalam kehidupan sehari-hari. Delapan fungsi yang dimaksud adalah fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosial dan pendidikan, ekonomi, serta fungsi lingkungan.
Pembinaan kelompok kegiatan Tribina sendiri terdiri dari tiga item seperti bina keluarga balita (BKB), bina keluarga remaja (BKR), serta bina keluarga lansia (BKL). Kenapa BKR berperan penting?
BKR sendiri mampu berfungsi sebagai wahana pembelajaran orangtua/keluarga lain dalam mengasuh dan mendidik anak dengan benar. Apalagi usia remaja merupakan suatu periode transisi dalam upaya menemukan jati diri kedewasaan biologis dan psikologis, merupakan periode kritis namun strategis untuk tetap dibina dan diarahkan.
Program BKR adalah kegiatan bersama yang dilakukan oleh kader dengan orangtua atau anggota keluarga lainnya yang mempunyai anak dan remaja. Selain itu, tujuan BKR juga untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan keterampilan orangtua dan anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh kembang anak dan remaja, baik fisik maupun intelektual, kesehatan reproduksi, mental, emosional, sosial dan moral spiritual secara seimbang melalui komunikasi efektif antara orangtua atau keluarga dengan remaja.
Sasaran BKR sendiri ada dua yakni sasaran langsung dan sasaran tak langsung. Sasaran langsung adalah setiap keluarga yang memiliki anak usia 7-21 tahun. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah perorangan yaitu pendidik atau guru, pemuka agama, pemuka adat, pimpinan organisasi profesi, organisasi sosial kemasyarakatan, organisasi pemuda ataupun wanita, para ahli dari berbagai bidang ilmu yang terkait, institusi atau lembaga pemerintah dan non pemerintah seperti organisasi wanita, sekolah, LSM, pengelola ataupun pelaksana kelompok kerja.


Sesi Kegiatan Keagamaan

Instansi Pembina Kegiatan

Sasaran Kegiatan