Merajut Ukhuwah, Menguatkan Silaturahmi: Kehangatan Slametan Dusun dan Santunan Yatim Piatu di Dsn. Candiroto Ds. Candimulyo

ABHINAYA
Dipublikasi pada 05 July 2025

Deskripsi

Di tengah keriuhan dunia yang serba cepat, kadang kita merindukan momen-momen sederhana yang penuh makna, yang merekatkan kembali simpul-simpul persaudaraan yang mungkin kendur. Momen seperti itulah yang selalu terpancar kuat dari Dusun Candiroto, sebuah permata kecil di Desa Candimulyo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo. Terlebih saat tiba tanggal 10 Muharram, aura kebersamaan dan kepedulian seperti mengental, menyelubungi setiap sudut dusun.

Peringatan 10 Muharram, atau Hari Asyura, memang selalu punya tempat istimewa dalam kalender Islam. Namun di Candiroto, hari ini bukan sekadar libur atau tanggal merah di kalender, melainkan sebuah panggilan untuk merajut kembali benang-benang persaudaraan dan menguatkan ikatan silaturahmi yang tak ternilai. Dua agenda utama yang menjadi jantung perayaan ini adalah 'Slametan Dusun' dan santunan bagi anak-anak yatim piatu.

Ketika Ingkung dan Tumpeng Menjelma Simbol Kebersamaan

Bayangkan pemandangan ini: dari pagi hari, aroma sedap masakan sudah samar-samar tercium dari setiap dapur di Candiroto. Ibu-ibu sibuk menyiapkan hidangan terbaik, tak lupa 'ingkung' ayam utuh yang dihias apik, dan 'tumpeng' nasi kuning menjulang, simbol syukur dan harapan baik. Setiap hidangan disiapkan dengan hati, bukan sekadar untuk dimakan, tapi sebagai wujud partisipasi dan rasa memiliki.

Menjelang siang, satu per satu warga mulai berbondong-bondong menuju pusat kegiatan – Tanah Kas Dusun yang terletak di jantung dusun. Mereka tidak hanya membawa nampan berisi ingkung, tumpeng, lauk pauk lainnya, dan aneka jajanan pasar, tapi juga membawa cerita, senyum, dan kehangatan. Semua berkumpul, tua-muda, laki-laki dan perempuan, duduk bersila bersama, tak ada sekat.

Acara dibuka dengan doa bersama yang dipimpin sesepuh dusun atau tokoh agama. Suara lantunan doa yang khusyuk memenuhi udara, memohon keselamatan, keberkahan, kemajuan dusun, dan tentunya, pahala bagi para leluhur yang telah menjaga tradisi ini. Dalam momen inilah, getaran spiritual terasa begitu kuat, menyatukan hati-hati yang hadir.

Dan puncaknya? Tentu saja saat tiba waktunya makan bersama. Nasi tumpeng dibagi rata, lauk pauk disantap beramai-ramai. Suara tawa, obrolan ringan, dan sendok yang beradu menciptakan simfoni kebersamaan yang jujur dan apa adanya. Di sinilah, ukhuwah bukan lagi teori, tapi rasa yang nyata di lidah dan hati. Setiap suapan terasa lebih nikmat karena dimakan bersama, berbagi keberkahan yang sama.

Mengalirkan Kepedulian, Menerangi Harapan Anak Yatim

Namun, kehangatan Slametan tak berhenti di situ. Ada satu lagi agenda yang membuat 10 Muharram di Candiroto terasa lebih menyentuh: santunan yatim piatu. Sejatinya, 10 Muharram juga dikenal sebagai 'Lebaran Anak Yatim', hari di mana Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk lebih peduli terhadap mereka yang kurang beruntung. Dan warga Candiroto memahami betul makna itu.

Anak-anak yatim piatu dari dusun, bahkan dari sekitar desa, dikumpulkan. Dengan senyum tulus dan tatapan penuh kasih, para donatur – yang tak lain adalah warga dusun itu sendiri, bergotong royong menyisihkan sebagian rezeki mereka – menyerahkan amplop berisi santunan. Melihat binar mata anak-anak itu, senyum malu-malu mereka saat menerima sedikit kebahagiaan, sungguh pemandangan yang mengharu biru. Ini bukan soal nominal, tapi soal pesan: "Kalian tidak sendirian. Kami ada untuk kalian." Sebuah pelajaran berharga tentang empati dan kepedulian sosial yang ditanamkan sejak dini dalam sanubari warga Candiroto.

Ritual tahunan ini lebih dari sekadar perayaan. Ia adalah pengingat bahwa kekuatan sebuah komunitas terletak pada seberapa erat ikatan antar warganya. Di Candiroto, tradisi dan nilai-nilai luhur berpadu indah. Slametan Dusun menjaga akar budaya, sementara santunan yatim piatu mengairi pohon kemanusiaan agar tetap subur. Ini adalah cara mereka merawat 'desa' bukan hanya sebagai wilayah geografis, tapi sebagai sebuah keluarga besar yang saling menjaga, saling menguatkan, dan berbagi keberkahan.

Maka, ketika Anda berkunjung ke Dusun Candiroto pada 10 Muharram, jangan heran jika Anda akan menemukan kehangatan yang berbeda. Sebuah kehangatan yang lahir dari tradisi turun-temurun, diperkaya dengan semangat berbagi, dan dirajut erat oleh tali silaturahmi yang tak akan pudar. Di sanalah, di jantung Wonosobo, semangat kebersamaan masih hidup, bernafas, dan menginspirasi kita semua.

PLATFORM 

Desa Candimulyo memanfaatkan berbagai platform media, diantaranya Website, media sosial Facebook, Instagram, Youtube dan Tiktok untuk menyampaikan fragmen program kegiatan sebagai sarana edukasi, sosialisasi advokasi dan intervensi program. Dengan menggunakan media analog dan digital, Desa Candimulyo berharap dapat menjangkau lebih luas, membangun sinergitas, aksesibilitas publik dan memaksimalkan program.

 
Sesi Kegiatan Keagamaan

Instansi Pembina Kegiatan

Sasaran Kegiatan