Tantrum Adalah Komunikasi: Belajar Mendengarkan Pesan Terselubung Anak
Deskripsi
Tantrum Adalah Komunikasi: Belajar Mendengarkan Pesan Terselubung Anak
Oleh : Joko Slamet, S.Pd., Gr - Kepala Wilayah Madukoro Desa Candimulyo Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo, 11 Juli 2025
Bapak, Ibu, dan Saudara-saudari sekalian,
Pemandangan itu mungkin sudah akrab bagi kita: seorang anak kecil yang tiba-tiba menjerit melengking, tangisnya pecah tak terkendali, tubuhnya mungkin sampai berguling-guling di lantai, menendang-nendang dengan frustrasi. Di tempat umum, di rumah, di mana saja. Pemandangan yang seringkali memicu kepanikan, rasa malu, frustrasi, atau bahkan amarah pada kita, para orang tua.
Reaksi pertama kita mungkin ingin segera menghentikan badai itu. "Diam!", "Jangan nangis!", "Malu dilihat orang!" seringkali keluar begitu saja dari mulut kita. Kita melihat tantrum sebagai masalah, sebagai ledakan emosi negatif yang harus segera dipadamkan.
Tapi, bagaimana jika saya katakan bahwa di balik badai emosi yang menguras energi itu, sebenarnya ada sebuah pesan? Ya, Anda tidak salah dengar. Tantrum bukanlah sekadar ledakan amarah tanpa makna. Tantrum adalah komunikasi. Ini adalah cara anak menyampaikan sesuatu yang tidak bisa mereka ungkapkan dengan kata-kata.
Mengapa Anak Berkomunikasi Lewat Tantrum?
Bayangkan diri Anda berada di sebuah negara asing. Anda punya banyak sekali perasaan: lelah, lapar, kecewa, ingin sesuatu, tapi Anda tidak mengerti bahasanya dan tidak bisa bicara. Apa yang akan Anda lakukan? Mungkin Anda akan menunjuk-nunjuk, merengek, atau bahkan menangis frustrasi karena tidak ada yang memahami Anda.
Anak-anak kita, terutama batita dan balita, berada dalam situasi yang mirip. Perbendaharaan kata mereka masih terbatas. Kemampuan mereka untuk mengelola emosi yang membuncah juga belum sempurna. Mereka merasakan lelah yang luar biasa, lapar yang menyiksa, frustrasi karena tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkan, atau kebingungan karena terlalu banyak stimulasi, tapi mereka tidak punya kosa kata untuk mengatakan: "Mama, aku lelah sekali, aku mau tidur!" atau "Ayah, aku lapar sekali!"
Maka, tantrum adalah bahasa mereka. Ini adalah teriakan "tolong!" atau "dengarkan aku!" dalam bentuk yang paling mentah dan primitif.
Pesan Terselubung di Balik Badai Emosi
Jadi, apa saja pesan-pesan yang mungkin tersembunyi di balik sebuah tantrum? Mari kita coba menjadi "detektif" bagi anak-anak kita:
- Pesan 'Aku Lelah': Ini yang paling sering terjadi. Tubuh kecil mereka butuh istirahat, tapi mungkin mereka sendiri belum menyadari rasa lelah itu, atau menolak untuk istirahat karena terlalu asyik bermain.
- Pesan 'Aku Lapar/Haus': Gula darah yang rendah atau tenggorokan yang kering bisa membuat suasana hati anak berubah drastis. Mereka belum bisa bilang "perutku keroncongan!"
- Pesan 'Aku Butuh Perhatian': Terkadang, anak hanya rindu perhatian penuh dari orang tuanya. Saat kita sibuk dengan pekerjaan atau gawai, tantrum bisa menjadi cara efektif (meski kurang ideal) untuk menarik fokus kita.
- Pesan 'Aku Terlalu Banyak Stimulasi': Pusat perbelanjaan yang ramai, suara bising, warna-warni yang mencolok, atau jadwal yang terlalu padat bisa membuat anak kewalahan dan kelebihan beban sensorik. Otak kecil mereka belum bisa memproses semuanya.
- Pesan 'Aku Ingin Kendali': Anak-anak mulai menyadari diri mereka sebagai individu. Mereka ingin membuat pilihan, walau sekecil apapun itu. Tantrum bisa muncul saat mereka merasa tidak punya kendali sama sekali atas situasi.
- Pesan 'Aku Frustrasi': Mainan yang tidak bisa dipasang, gambar yang tidak sesuai keinginan, atau keinginan yang tidak terpenuhi bisa memicu ledakan frustrasi.
Bagaimana Cara "Mendengarkan" Pesan Ini?
Ini bukan perkara mudah, saya akui. Mencegah tantrum memang ideal, tapi menghadapi tantrum yang sudah terjadi membutuhkan kesabaran dan strategi.
- Langkah Pertama: Atur Napas Anda. Sebelum Anda bisa membantu anak tenang, Anda harus tenang dulu. Anak-anak peka terhadap emosi kita. Tarik napas dalam-dalam, ingatkan diri bahwa ini adalah komunikasi, bukan serangan pribadi.
- Hadir dan Amati Konteksnya. Alihkan perhatian Anda sepenuhnya pada anak. Apa yang terjadi sebelum tantrum ini? Apakah ia baru bangun tidur, baru selesai bermain yang intens, atau ada sesuatu yang tidak biasa?
- Validasi Perasaannya. Ini penting. Bukan berarti menyetujui perilakunya, tapi mengakui emosinya. "Mama tahu kamu marah sekali karena tidak bisa main itu," atau "Ayah mengerti kamu sedih karena balonnya pecah." Validasi menunjukkan Anda peduli dan memahami, mengurangi rasa sendirian pada anak.
- Tawarkan Bantuan atau Alternatif. Setelah perasaannya divalidasi, tawarkan solusi. "Bagaimana kalau kita minum dulu, Nak? Sepertinya kamu haus," atau "Kalau kamu capek, kita pulang yuk, nanti tidur di mobil." Berikan pilihan terbatas jika memungkinkan ("Mau pakai baju merah atau biru?").
- Berikan Pelukan atau Kedekatan Fisik (Jika Anak Mengizinkan). Sentuhan fisik seringkali bisa menenangkan dan memberikan rasa aman. Ini adalah cara non-verbal untuk mengatakan, "Aku di sini untukmu."
- Refleksi Setelah Badai Reda. Saat anak sudah tenang, ajak bicara sebentar. "Tadi kamu marah sekali ya? Karena ingin mainan itu?" atau "Tadi kamu nangis karena ngantuk ya?" Bantu anak mengasosiasikan perasaannya dengan kata-kata. Ini adalah pelajaran penting tentang kecerdasan emosional.
Membangun Jembatan Komunikasi
Proses ini tidak selalu mudah. Akan ada hari-hari di mana Anda merasa gagal, lelah, dan ingin menyerah. Tapi percayalah, dengan setiap tantrum yang Anda coba pahami, Anda sedang membangun jembatan komunikasi yang lebih kuat dengan anak Anda.
Anda sedang mengajari mereka bahwa semua perasaan itu valid, bahwa ada cara yang lebih baik untuk mengekspresikannya, dan bahwa Anda adalah tempat mereka bisa mencari perlindungan dan pemahaman. Anak yang terbiasa didengarkan dan dipahami saat tantrum, akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih mampu mengelola emosinya, lebih percaya diri, dan memiliki ikatan yang kuat dengan orang tuanya.
Mari kita ubah pandangan kita. Dari "menghentikan tantrum" menjadi "mendengarkan pesan di balik tantrum". Setiap tantrum adalah peluang emas untuk lebih mengenal anak kita dan mendekatkan hati dengannya. Semoga kita semua diberikan kesabaran dan kebijaksanaan dalam mendampingi tumbuh kembang buah hati kita.
PLATFORM
Desa Candimulyo memanfaatkan berbagai platform media, diantaranya Website, media sosial Facebook, Instagram, Youtube dan Tiktok untuk menyampaikan fragmen program kegiatan sebagai sarana edukasi, sosialisasi advokasi dan intervensi program. Dengan menggunakan media analog dan digital, Desa Candimulyo berharap dapat menjangkau lebih luas, membangun sinergitas, aksesibilitas publik dan memaksimalkan program.