Suhu 13 Derajat Celsius Seperti di Eropa : KKN UIN Jogja Tetap Semangat Kolaborasi Membangun Indonesia Dari Desa

ABHINAYA
Dipublikasi pada 16 July 2025

Deskripsi

Bayangkan begini: Anda sedang di sebuah desa di jantung Jawa Tengah, tapi sensasinya mirip liburan musim dingin di Eropa. Udara sejuk menusuk kulit, kabut tipis sering menyelimuti, dan suhu bisa menyentuh angka belasan derajat Celsius. Selamat datang di Candimulyo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo!

Bagi sebagian orang, ini mungkin terdengar seperti deskripsi iklan destinasi wisata. Namun, bagi mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Candimulyo adalah "medan perang" sekaligus "rumah" selama 45 hari penuh tantangan dan pengalaman tak terlupakan. Mereka datang bukan untuk berlibur, melainkan mengemban amanah pengabdian, di tengah suhu yang kadang membuat gigi gemeretak.

Mengapa Candimulyo Dinginnya "Nggak Kaleng-kaleng"?

Tak banyak yang tahu, kondisi 'Eropa' ini bukan tanpa sebab. Ada fenomena alam menarik di baliknya: Angin Monsun Australia. Angin ini bertiup dari benua kanguru menuju Asia, melintasi Indonesia, dan membawa serta udara dingin khasnya. Ibarat AC raksasa yang dihidupkan dari jauh, efeknya sampai juga ke Wonosobo yang berada di dataran tinggi.

Ditambah lagi, selama musim kemarau, langit di Candimulyo seringkali cerah tanpa awan. Ini berarti panas dari permukaan bumi lebih cepat dilepaskan kembali ke atmosfer saat malam hari, membuat suhu udara anjlok drastis setelah matahari terbenam. Bayangkan saja, bisa sampai 13 derajat Celsius! Di pagi hari, embun mungkin saja berubah menjadi butiran es tipis di beberapa tempat. Jadi, jangan heran jika Anda merasa sedang berada di Puncak Pass versi Wonosobo, atau bahkan sedikit sentuhan pegunungan Eropa.

Adaptasi Total: Bertahan di Suhu 13 Derajat Celsius

Kedinginan ekstrem ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa KKN UIN Jogja. Mandi di pagi hari? Butuh keberanian ekstra layaknya prajurit di medan juang. Tidur malam? Selimut tebal adalah sahabat terbaik, dan jaket berlapis-lapis menjadi seragam wajib di luar ruangan. Kulit kering dan bibir pecah-pecah adalah "oleh-oleh" lumrah dari Candimulyo.

Namun, di balik gigitan dingin yang menantang, semangat pengabdian mereka tak lantas membeku. Justru, kondisi ini memicu kreativitas dan solidaritas di antara tim. Mereka belajar beradaptasi: mulai dari rajin berjemur saat matahari muncul, selalu membawa minuman hangat, hingga berbagi tips agar tetap fit di tengah udara menusuk tulang.

Proker untuk Kemajuan Desa: Dingin Boleh, Semangat Jangan Kendor!

Selama 45 hari ini, tim KKN fokus menyusun dan melaksanakan berbagai program kerja (proker) yang dirancang khusus untuk kemajuan Desa Candimulyo. Mereka terjun langsung, berdiskusi dengan perangkat desa, tokoh masyarakat, hingga ibu-ibu PKK dan anak-anak.

Mulai dari pemberdayaan ekonomi lokal dengan mengidentifikasi potensi UMKM, peningkatan kesadaran kesehatan masyarakat, edukasi tentang pentingnya sanitasi, hingga program-program interaktif untuk anak-anak desa. Dinginnya udara tak menghalangi mereka untuk blusukan, mendengarkan aspirasi, dan mencoba memberikan solusi konkret yang bermanfaat jangka panjang bagi warga Candimulyo. Setiap rapat, setiap diskusi, bahkan setiap candaan diwarnai dengan kepulan napas yang terlihat jelas di udara dingin.

Dingin tapi Asyik: Menikmati 'Eropa' di Wonosobo

Uniknya, di tengah tantangan ini, ada sensasi 'asyik' yang tak tergantikan. KKN di Candimulyo bukan hanya tentang bertahan hidup dari suhu rendah, tapi juga tentang menikmati sebuah pengalaman yang langka di Indonesia. Bayangkan pagi hari dengan kabut misterius yang perlahan menyingkap pemandangan hijau pegunungan, ditemani secangkir teh panas dan kehangatan kebersamaan tim.

Ini bukan sekadar KKN biasa, ini adalah petualangan 'Eropa' di Wonosobo, sebuah simulasi unik di mana setiap mahasiswa diajak untuk beradaptasi, berinovasi, dan pada akhirnya, jatuh cinta pada keunikan Candimulyo. Suhu yang bisa mencapai 13 derajat Celsius memang dingin, tapi justru inilah yang menjadi cerita paling berkesan, menjadi bumbu dari pengabdian mereka. Setiap batuk kecil, setiap tarikan selimut, setiap kepulan napas di udara dingin akan menjadi kenangan yang manis.

45 hari mungkin terdengar singkat, namun bagi mahasiswa KKN UIN Jogja, setiap detik di Candimulyo adalah pelajaran berharga. Mereka tak hanya membawa pulang data, laporan, dan pengalaman berorganisasi, melainkan juga memori tentang dingin yang menantang, kehangatan warga, dan kepuasan bisa berkontribusi nyata. KKN di Candimulyo membuktikan bahwa pengabdian bisa datang dalam berbagai 'rasa,' bahkan yang dingin sekalipun. Dan justru dari dingin itulah, lahir kehangatan dan semangat yang takkan pudar.

PLATFORM 

Desa Candimulyo memanfaatkan berbagai platform media, diantaranya Website, media sosial Facebook, Instagram, Youtube dan Tiktok untuk menyampaikan fragmen program kegiatan sebagai sarana edukasi, sosialisasi advokasi dan intervensi program. Dengan menggunakan media analog dan digital, Desa Candimulyo berharap dapat menjangkau lebih luas, membangun sinergitas, aksesibilitas publik dan memaksimalkan program.

 
Sesi Kegiatan Pendidikan

Instansi Pembina Kegiatan

Sasaran Kegiatan