Bukan Merdi Dusun Tapi Merti Dusun; Simfoni Budaya Desa-desa di Lereng Gunung Sindoro dan Sumbing
Deskripsi
Wonososbo, Candimulyo – Indonesia, untaian permata keberagaman, selalu mempesona dengan kekayaan suku dan budayanya. Di jantung Pulau Jawa, sebuah tapestry kearifan lokal terhampar luas, dikenal dengan nama Kejawen – sebuah paham yang memuat tradisi secara turun-temurun, berakar dalam dialek Jawa Tengah yang kaya makna. Dari DI Yogyakarta hingga Jawa Tengah, denyut nadi budaya ini terus berdetak, salah satunya melalui tradisi yang menyentuh jiwa: Merti Dusun.
Bukan sekadar sebuah upacara adat, Merti Dusun adalah napas syukur yang dihembuskan oleh masyarakat, sebuah persembahan tulus atas kemurahan Ibu Pertiwi yang subur dan kaya. Ia adalah bentuk terima kasih mendalam karena telah terhindar dari lilitan mara bahaya dan bencana. Lebih dari itu, Merti Dusun adalah perekat tak kasat mata yang menjalin kembali benang-benang kerukunan dan silaturahmi antarwarga, menciptakan sebuah keluarga besar di bawah naungan sebuah dusun.
Di Desa Candimulyo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, denyut nadi tradisi ini terasa begitu kuat, menjadi jembatan antara masa lalu, kini, dan nanti. Kami, Pemerintah Desa (Pemdes) Candimulyo, dengan bangga menyatakan Merti Dusun sebagai warisan nilai-nilai luhur yang tak lekang oleh waktu, sebuah penegasan bahwa manusia adalah bagian tak terpisahkan dari alam semesta dan kehidupan berkelompok.
Dari mana asal muasalnya? Kata "merti" sendiri berakar dari "mreti," yang diambil dari kata dasar "pitre," sebuah makna yang dalam: memiliki hajat, atau memberi kepada arwah para leluhur. Maka tak heran, Merti Dusun menjadi salah satu ekspresi nyata budaya Kejawen, sebuah persembahan tulus atas limpahan rezeki, keselamatan, ketenteraman, dan keselarasan hidup yang dianugerahkan Sang Pencipta.
Ia bukan hanya seremonial, melainkan sebentuk doa kolektif, permohonan keselamatan dari ancaman bencana alam yang tak terduga, sekaligus ungkapan terima kasih mendalam atas setiap rezeki, kesehatan, dan ketenteraman yang telah mereka terima. Dilaksanakan secara berkala, setiap pada penanggalan Jawa, tradisi ini adalah janji yang terus ditepati, sebuah ritus pengingat akan pentingnya hubungan manusia dengan alam, dengan leluhur, dengan sesama dan Tuhannya.
Sejarah mencatat, tradisi serupa juga diwariskan di berbagai desa di lereng gunung sindoro dan sumbing, merayakan Merti Dusun secara bergilir, setahun, dua tahun sekali atau tiga tahun, sebagai bukti kekayaan budaya yang tersebar di seluruh penjuru Jawa. Namun, bagi masyarakat Desa Candimulyo, Merti Dusun adalah jantung kebersamaan, sebuah identitas yang membentuk jiwa.
Pemerintah Desa Candimulyo berkomitmen menjaga dan melestarikan tradisi Merti Dusun. Kami percaya, ini bukan hanya tentang melestarikan ritual, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai luhur kejujuran, kerukunan, dan rasa syukur kepada generasi penerus. Setiap tiga tahun, ketika Bulan Rejeb tiba, udara Candimulyo akan dipenuhi dengan aroma budaya, lantunan doa, dan senyum kebersamaan, mengundang siapa pun untuk ikut merasakan magisnya dengan berbagai pentas budaya
Ini adalah undangan untuk ikut merasakan denyut kehidupan yang jujur, belajar dari kearifan masa lalu, dan merayakan harmoni yang tercipta ketika manusia, alam, dan budaya menyatu dalam sebuah tarian syukur yang tak berkesudahan. Mari bersama-sama kita lestarikan Merti Dusun, bukan hanya sebagai warisan, tetapi sebagai denyut kehidupan yang terus menginspirasi.
PLATFORM
Desa Candimulyo memanfaatkan berbagai platform media, diantaranya Website, media sosial Facebook, Instagram, Youtube dan Tiktok untuk menyampaikan fragmen program kegiatan sebagai sarana edukasi, sosialisasi advokasi dan intervensi program. Dengan menggunakan media analog dan digital, Desa Candimulyo berharap dapat menjangkau lebih luas, membangun sinergitas, aksesibilitas publik dan memaksimalkan program.