Membangun Indonesia dari Desa: Denyut Nadi Asa KKN UIN Jogja di Candimulyo

ABHINAYA
Dipublikasi pada 29 July 2025

Deskripsi

Ada cerita yang tak pernah usang untuk diurai, sebuah narasi abadi tentang fondasi sebuah bangsa. Bukan gedung pencakar langit megah di ibu kota, bukan riuhnya bandara internasional, melainkan denyut nadi sejati Indonesia yang berdetak di pelosok-pelosok desa. Di sanalah, akar kebudayaan mengukuh, kearifan lokal bersemi, dan potensi tak terhingga menanti untuk digali. Membangun Indonesia, sejatinya adalah membangun desa-desanya. Dan di jantung narasi ini, terselip sebuah semangat muda yang tak pernah padam: semangat Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Bayangkan sebuah pagi di Wonosobo, sebuah kabupaten yang alamnya adalah permadani hijau yang dibentang. Kabut tipis masih memeluk puncak-puncak gunung, udara dingin menusuk namun menyegarkan, membawa aroma tanah basah dan dedaunan. Di salah satu sudut permadani itu, terhamparlah sebuah nama yang menyimpan sejuta kisah: Desa Candimulyo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo. Sebuah desa yang, seperti banyak desa lain di negeri ini, menyimpan keindahan sekaligus tantangan. Potensi alamnya melimpah, keramahan penduduknya tulus, namun asa untuk maju kadang terhimpit keterbatasan akses, tantangan ekonomi, atau minimnya informasi.

Di sinilah, sebuah jembatan mimpi mulai terentang. Bukan jembatan dari beton atau baja, melainkan jembatan semangat yang dibangun oleh sekelompok anak muda. Mereka adalah para ksatria tanpa pedang, pembawa obor pengetahuan dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dengan ransel dan idealisme penuh, mereka menjejakkan kaki di tanah Candimulyo. Mereka datang bukan sebagai tamu yang sekadar melintas, melainkan sebagai bagian dari keluarga besar yang siap merangkul, belajar, dan berbakti.

Ada yang berpendapat, KKN hanyalah formalitas akademik. Tapi bagi mereka yang pernah merasakan langsung getarannya, KKN jauh melampaui itu. Ia adalah laboratorium kehidupan, panggung nyata di mana teori beradu dengan realita. Di Candimulyo, setiap mahasiswa menemukan cermin. Mereka melihat wajah Indonesia yang sesungguhnya, bukan dari tirai jendela gedung perkuliahan, melainkan dari senyum tulus para petani, dari tawa riang anak-anak desa, dari kerutan di wajah para sesepuh yang menyimpan segudang kebijaksanaan.

Semangat KKN UIN Jogja di Candimulyo bukan hanya tentang program kerja yang terencana rapi di atas kertas. Ia adalah tentang energi yang menular. Ketika mahasiswa-mahasiswa itu memulai kelas tambahan untuk anak-anak, mengajari Bahasa Inggris atau pelajaran umum dengan metode yang menyenangkan, mata-mata kecil itu berbinar terang. Ketika mereka membantu memfasilitasi pelatihan UMKM bagi ibu-ibu PKK, ide-ide segar bermunculan, secercah harapan untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Ketika mereka terjun langsung membersihkan lingkungan, mengedukasi tentang pentingnya sanitasi, atau bahkan sekadar duduk ngopi di warung sembari mendengarkan keluh kesah masyarakat, ikatan batin pun terbangun.

Mereka bukan datang untuk menggurui, apalagi mencampuri. Mereka datang dengan kerendahan hati untuk belajar dan berkontribusi. Dari Candimulyo, mereka belajar tentang kegigihan, tentang bagaimana hidup sederhana namun penuh makna, tentang kekayaan budaya yang tak ternilai, dan tentang kekuatan gotong royong yang menjadi tulang punggung masyarakat desa. Pun sebaliknya, desa Candimulyo menerima suntikan semangat baru, perspektif segar, dan tangan-tangan yang siap membantu mewujudkan mimpi-mimpi kecil yang selama ini tersimpan.

Setiap tawa yang terukir, setiap tetes keringat yang jatuh, setiap diskusi hangat di balai desa, adalah benih-benih perubahan. Mereka mungkin tidak langsung mengubah Candimulyo menjadi desa metropolitan, namun mereka menanamkan keyakinan: bahwa potensi ada di mana-mana, bahwa perubahan dimulai dari hal-hal kecil, dan bahwa kolaborasi antara kaum muda terdidik dengan masyarakat lokal adalah kunci kemajuan.

Ketika tiba saatnya bagi kontingen KKN UIN Jogja untuk kembali ke kampus, meninggalkan Candimulyo, ada rasa haru yang mendalam. Bukan hanya perpisahan antar individu, melainkan perpisahan antara dua entitas yang saling mengisi. Mereka meninggalkan jejak, bukan hanya program yang terealisasi, namun juga jejak persaudaraan, jejak inspirasi, dan jejak harapan. Pun demikian, mereka membawa pulang bekal berharga: pengalaman tak ternilai, pemahaman yang lebih mendalam tentang bangsanya, dan komitmen untuk terus menjadi agen perubahan di mana pun mereka berada.

Membangun Indonesia dari desa bukanlah sekadar slogan. Ia adalah filosofi, sebuah panggilan jiwa. Dan di setiap KKN yang dilaksanakan, di setiap desa yang disentuh, di setiap interaksi yang terjalin, semangat membangun itu terus menyala. Candimulyo hanyalah satu dari ribuan permata desa di nusantara. Dan semangat KKN UIN Jogja adalah salah satu dari ribuan nyala lilin yang menerangi jalan menuju Indonesia yang lebih baik, yang tumbuh dari akarnya, dari denyut nadi desa-desa yang tak pernah berhenti berdetak. Sebuah simfoni harapan yang dimainkan oleh anak-anak muda, bergaung dari kaki gunung Wonosobo, untuk Indonesia yang perkasa.

PLATFORM 

Desa Candimulyo memanfaatkan berbagai platform media, diantaranya Website, media sosial Facebook, Instagram, Youtube dan Tiktok untuk menyampaikan fragmen program kegiatan sebagai sarana edukasi, sosialisasi advokasi dan intervensi program. Dengan menggunakan media analog dan digital, Desa Candimulyo berharap dapat menjangkau lebih luas, membangun sinergitas, aksesibilitas publik dan memaksimalkan program.

 
Sesi Kegiatan Pembinaan Lingkungan

Instansi Pembina Kegiatan

Sasaran Kegiatan