Membangun Ketahanan Keluarga Pada Masa New Normal dalam Persfektif Islam

Air Lesing
Dipublikasi pada 19 August 2020

Deskripsi

Pertemuan dimulai pukul 08.30 WIB dibuka oleh Penyuluh KB Kecamatan Muara Beliti dilanjutakan dengan  materi dari Bapak Drs. H Sultoni,  mengenai “Membangun Ketahanan Keluarga Pada Masa New Normal dalam Persfektif Islam”
Kesimpulan dari pertemuan tersebut dibuat kesepakatan kerja antara lain adalah :
Work from home (WFH) tidak hanya untuk bekerja, tetapi juga kesempatan keluarga untuk berbincang, menyampaikan informasi yang benar dan akurat tentang Covid-19, lalu mendiskusikan apa yang dapat dilakukan setiap anggota keluarga untuk mengurangi ancaman tersebut. Prinsip pengasuhan sesungguhnya bertujuan untuk mewujudkan generasi berencana yang tumbuh sehat dan kuat. Untuk itu, selain mengatur asupan nutrisi, serta memberikan lingkungan tempat tinggal yang aman dan nyaman, maka perlindungan pada anggota keluarga dapat dilakukan dengan mengajarkan dan membiasakan setiap anggotanya untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terutama di masa pandemi Covid-19 dan memasuki era new normal. Pengabaian pada PHBS selama ini terjadi harus diganti dengan kesungguhan dan kepatuhan menerapkan protokol kesehatan.
Pandemi ini jelas berdampak terhadap ketahanan keluarga Indonesia. Semakin baik ketahanan keluarga, semakin baik pula kemampuan keluarga menghadapi per¬ubahan akibat pandemi dan pascapandemi. Kebijakan yang tepat dapat mencegah keluarga Indonesia berada dalam situasi krisis sekaligus memastikan ketahanan keluarga tetap tangguh. Ketahanan keluarga mencermin¬kan kecukupan dan kesinambungan akses suatu keluarga terhadap pendapatan dan sumber daya agar mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti pangan, air bersih, pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan, partisipasi di dalam masyarakat, dan integrasi sosial. Ketahanan keluarga bersifat multidimensi, dianalogikan sebagai suatu modal yang terbentuk dari ¬akumulasi investasi dalam keluarga. Kementerian Perlindung¬an Perempuan dan Pemberdayaan Anak menggunakan 5 dimensi ketahanan keluarga, yaitu landasan legalitas dan keutuhan keluarga, ketahanan fisik, ketahanan ekonomi, ketahanan sosial psikologis, dan ketahanan sosial budaya. Setiap komponen memiliki indikator terukur, berbasis data BPS. Tulisan ini menganalisis 3 dari 5 komponen ketahanan keluarga, yaitu landasan legalitas dan keutuhan keluarga, lalu ketahanan fisik, serta ketahanan ekonomi.

Sesi Kegiatan Keagamaan

Instansi Pembina Kegiatan

Sasaran Kegiatan