DAPUR SEHAT ATASI STUNTING
Deskripsi
Kegiatan ini bertujuan untuk Secara umum kegiatan DASHAT bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat melalui optimalisasi sumber daya pangan lokal dalam rangka mempercepat upaya penurunan stunting di tingkat desa/kelurahan. Secara khusus, kegiatan ini bertujuan untuk: 1. Menyediakan sumber pangan sehat dan padat gizi untuk masyarakat, khususnya keluarga risiko stunting, yaitu keluarga yang memiliki anak baduta, ibu hamil, ibu menyusui/bufas. 2. Mengolah dan mendistribusikan makanan tambahan bernutrisi seimbang kepada keluarga beresiko stunting. 3. Memberdayakan ekonomi masyarakat melalui pengelolaan pangan sehat bergizi berbasis sumber daya local dengan mekanisme pemberdayaan masyarakat dalam bentuk kegiatan DASHAT. 4. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada kelompok usaha keluarga atau masyarakat untuk memproduksi pangan sehat dan padat gizi sesuai dengan kearifan local. 5. Mendorong munculnya kelompok usaha keluarga dan masyarakat yang berkelanjutan di tingkat lokal, dengan tetap memprioritaskan tujuan mendukung pencegahan stunting dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak yang dihadiri oleh - Ketua TP PKK Tingkat Desa, Kader, Penyuluh KB/PLKB, Tenaga Kesehatan dan atau ahli Gizi Puskesmas, Tim Pendamping Keluarga, Keluarga Bersiko Stunting
Tahun 2030-2040, Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus
demografi. Bonus demografi sendiri diartikan sebagai jumlah penduduk usia produktif
(berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif
(berusia dibawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Pada periode tersebut,
penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah
penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa
Masa bonus demografi harus diimbangin dengan maksimal mulai dari
sekarang. Pembentukan karakter remaja, penggunaan alat kontrasepsi menjadi
indikator penting terhadap kelahiran anak dan pembentukan kecerdasan anak pada
masa bonus demografi mendatang di tahun 2030. Kesiapan Indonesia harus
diimbangin dengan pendidikan kesehatan pra nikah pada remaja, pendidikan pada
saat kehamilan, dan pengaturan jarak kehamilan penting dilakukan untuk mencegah
kejadian stunting
Stunting merupakan gagal tumbuh yang disebabkan karena kekurangan
energi kronis, kebersihan lingkungan, pola asuh keluarga, dan kehamilan tidak
diinginkan. Dampak stunting yang terjadi pada balita memiliki efek jangka
panjang yaitu menyebabkan pertumbuhan otak dan kesehatan menjadi tidak stabil.
Stunting tidak hanya mengenai permasalahan kesehatan biasa, akan
tetapi menjadi permasalahan nasional, yang artinya permasalahan stunting harus segara
ditangani karena berdampak pada meningkatnya beban bagi negara. Mewujudkan
generasi emas di tahun 2045 bukan tanpa tantangan, perlu berbagai strategi dan
kerjasama dari berbagai sektor terkait sehingga dapat menurunkan angka stunting
dari 24,4% pada tahun 2021 menjadi 14% pada tahun 2024.
Perbedaan antara balita normal dan stunting terlihat dari sisi
tinggi badan. Balita stunting terlihat lebih pendek dari balita seusianya.
Namun, perbedaan yang tidak terlihat antara keduanya adalah otak anak stunting
tidak terbentuk dengan baik dan dapat berdampak panjang.
Penurunan
angka stunting menjadi 14% diperlukan berbagai strategi salah satunya melalui
program Percepatan Penurunan Stunting. Melalui Perpres No 72 Tahun 2021,
Percepatan Penurunan Stunting menjadi salah satu Aksi Nasional. Melalui Pepres
tersebut, BKKB ditunjuk langsung menjadi ketua pelaksana percepatan penurunan
stunting dimulai dari hulu hingga ke hilir.
Mencegah stunting sudah
bisa dilakukan sejak masa kehamilan yaitu 270 di saat pertama kali terjadinya
pembuahan. Kuncinya tentu dengan meningkatkan asupan gizi ibu hamil dengan
makanan yang berkualitas baik. Gizi merupakan zat makanan pokok yang
diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan tubuh. Gizi seimbang adalah
susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh yaitu jenis kelamin, umur dan status
Kesehatan. Gizi sangat berkaitan erat dengan kesehatan dan peningkatan
kualitas hidup. Gizi yang baik bisa membantu mengoptimalkan fungsi tubuh,
mencegah serta membantu penanganan penyakit. Sistem kekebalan
tubuh anak terbentuk dari asupan gizi yang diterimanya
sejak dini.
Ketika
bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan makanan
pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa
memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk
mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi
ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan
produk tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.
Pihak Kementrian Kesehatan menegaskan bahwa stunting
merupakan ancaman utama terhadap kualitas masyarakat Indonesia. Bukan hanya
mengganggu pertumbuhan fisik, anak-anak juga mengalami gangguan perkembangan
otak yang akan memengaruhi kemampuan dan prestasi mereka. Selain itu, anak yang
menderita stunting akan memiliki riwayat
kesehatan buruk karena daya tahan tubuh yang juga buruk. Stunting juga bisa menurun ke generasi berikutnya
bila tidak ditangani dengan serius. Salah satu upaya yang dilakukan di Desa dalam
menanggulangi stunting yaitu melalui kegiatan DASHAT Bersama
BKKBN.
DASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting) merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat
dalam upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting yang
memiliki calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, baduta/balita stunting
terutama dari keluarga kurang mampu. Melalui pemanfaatan sumberdaya lokal
(termasuk bahan pangan lokal) yang dapat dipadukan dengan sumberdaya/kontribusi
dari mitra lainnya.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah upaya
memberikan tambahan makanan dan untuk menambah asupan gizi untuk mencukupi
kebutuhan gizi agar tercapainya status gizi yang baik. Makanan memegang peranan
penting dalam tumbuh kembang anak, karena anak yang sedang tumbuh kebutuhannya
berbeda dengan orang dewasa. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah kegiatan
pemberian makanan kepada balita dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu
beserta kegiatan pendukung lainnya dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan
pangan. Serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran
Menurut info dari sejumlah penelitian medis, laju pertumbuhan
fisik balita akan melambat, tak sepesat saat ia masih berusia dibawah setahun.
Meski demikian, kecukupan zat gizi masih terus diperlukan untuk mendukung
tumbuh kembangnya yang optimal. Pada prinsipnya, balita harus mencukupi kebutuhan gizinya
sehari-hari melalui beragam jenis makanan dengan porsi yang seimbang. Ia pun
harus mulai belajar untuk makan dan minum secara mandiri.
Makanan yang dapat dikatakan sehat dan bergizi seimbang terdiri
dari lima kelompok makanan utama. Setiap kelompok memiliki beragam zat gizi
penting, termasuk vitamin dan mineral. Berikut ini lima kelompok makanan dan
porsi minimal yang dianjurkan, yakni:
· Sayuran
Jumlahnya 3-5 porsi per hari.
Satu porsi bisa terdiri dari satu cangkir dedaunan, ¾ cangkir jus sayuran, atau
½ cangkir sayuran lain, dalam potongan mentah (seperti mentimun) atau dimasak.
· Buah
Konsumsi 2-4 porsi per hari.
Satu porsi bisa terdiri dari ½ cangkir buah potong, ¾ cangkir jus buah, atau
buah utuh ukuran sedang seperti apel, pisang, atau pir.
· Karbohidrat
Saran penyajiannya yaitu 6-11
porsi per hari. Setiap porsi setara dengan satu potong roti, ½ cangkir nasi
atau pasta, atau 30 gram serealia.
· Protein
Konsumsi sebanyak 2-3 porsi,
atau 60-90 gram daging merah, ayam, atau ikan per hari. Satu porsi protein juga
bisa terdiri dari ½ cangkir kacang-kacangan, satu buah telur, atau 4-6 sendok
makan selai kacang.
· Susu dan Produk Olahannya
Si Kecil dapat mengonsumsinya
2-3 porsi per hari. Satu porsi bisa berupa satu cangkir susu atau yoghurt, atau
45 gram keju. Konsumsi susu dibatasi maksimum 500 ml per hari.