KEGIATAN PENANGANAN TERPADU ISU KEPENDUDUKAN
Deskripsi
Kampung KB
merupakan program dalam mengatasi masalah kependudukan dan hal ini sejalan
dengan prioritas pembangunan pemerintah yaitu Nawacita yang di dengungkan oleh
Presiden Jokowi dimana membangun Indonesia mulai dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Dimana dengan
dibentuknya kampung KB maka pelibatan masyarakat untuk dapat berdaya guna dan
berperan nyata dalam pembangunan bisa terlaksana sesuai dengan cita-cita dari
pemerintah dimana pembangunan di mulai dari pinggiran dengan memprioritaskan
daerah-daerah dan Desa dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu, dalam membangun
Kampung KB dibutuhkan kerjasama berbagai elemen, baik dari pemerintahan sampai
elemen yang ada di masyarakat.
Masalah kependudukan dan Keluarga
Berencana (KB) di Indonesia kian hari bukan semakin sederhana namun justru
semakin rumit. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) juga mengamini, bahwa
permasalahan kependudukan dan KB di negara kita sudah sedemikian kompleks dan
telah menjadi isu nasional yang harus dicarikan solusinya. Berikut ini 6
(enam) isu kependudukan dan KB yang dimaksud:
Pertama, Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Sekitar 30 persen SDM yang ada di Indonesia memiliki kualitas di bawah
standar. Ketidaksiapan pasangan saat menikah menimbulkan banyak risiko
kesehatan terhadap ibu dan bayi yang dilahirkan. Ketidaksiapan ini menurunkan
kemampuan pasangan muda untuk menghasilkan generasi baru yang berkualitas.
Kedua, Menikah
Usia Muda. Satu dari sembilan anak perempuan berusia 20-24 tahun sudah menikah
sebelum mencapai usia 18 tahun. Saat ini, ada 1,2 juta kasus perkawinan anak
yang menempatkan Indonesia di urutan ke-8 di dunia dari segi angka perkawinan
anak secara global. Banyak di antara mereka tidak paham tentang masalah
bagaimana mengatur jarak aman kelahiran agar anak bisa lahir dengan sehat dan
tidak stunting (gagal tumbuh).
Ketiga, Melahirkan
Usia Muda. Setiap tahunnya, banyak sekali bayi yang dilahirkan oleh
orang-orang yang masih berusia sekitar 15 hingga 19 tahun. Jumlahnya mencapai
setengah juta orang. Bayi-bayi yang lahir dari ibu yang masih sangat muda itu
berpotensi lahir dengan ukuran di bawah standar sekitar 10 persen dan prematur
(sebelum waktunya) mencapai 20 persen. Sementara, kita semua telah memahami
bahwa perempuan sebaiknya jangan menikah di bawah usia 21 tahun adalah karena
organ reproduksi belum siap, bisa menyebabkan hamil tak sehat, mengalami
pendarahan, serta kanker mulut rahim setelah berhubungan.
Keempat, Minim
Pengetahuan dan Edukasi Tumbuh Kembang Anak. Hingga saat ini kesadaran untuk
mempersiapkan 1.000 hari pertama kehidupan bayi belum sesuai harapan.
Sementara, kecukupan asupan nutrisi dan gizi pada rentang usia tersebut menjadi
kunci agar bayi yang dilahirkan menjadi generasi baru yang unggul dan
berkualitas. Anak yang tidak cukup mendapatkan asupan gizi dan nutrisi bisa
mengalami gizi buruk dan memicu stunting.
Kelima, Kurangnya
Perencanaan Keluarga. Remaja saat ini perlu diajak memahami pentingnya lima
tahapan kehidupan yakni, melaksanakan pola hidup sehat dengan makan-makanan
bergizi, meraih cita-cita melalui pendidikan yang baik, memiliki karir atau
pekerjaan baik laki-laki maupun perempuan, menjadi anggota masyarakat, dan
berkeluarga. Ini menjadi jalan mempersiapkan remaja agar siap menjadi orangtua
pada waktunya. Ada delapan fungsi keluarga yang semuanya dapat tercakup ke
dalam prinsip asah, asih, dan asuh demi mewujudkan ketahanan keluarga. Keluarga
harus asah, yakni, mengasah kemampuan sosialisasi, menerapkan nilai agama dan
juga kepekaan lingkungan; asih yakni fungsi cinta kasih dan reproduksi; asuh
yakni fungsi ekonomi dan perlindungan. Sehingga dapat menciptakan keluarga
berkualitas dengan ukuran tiga dimensi yakni tenteram, mandiri dan
bahagia.
Keenam, Ledakan
Kelahiran Pasca Pandemi. Dengan laju pertumbuhan 1,25% saat ini, penduduk
bertambah 3,2 juta orang setiap tahun. Pertambahan jumlah penduduk itu
sebanyak satu negara Singapura. Salah satu cara meredamnya ialah dengan
menggelorakan kembali program Bangga Kencana. Di mana-mana perlu dibangun
Kampung KB. Namun program Bangga Kencana terancam gagal selama masa pandemi
Covid-19. Diketahui, ada 17,5 persen angka kehamilan yang belum atau
tidak dikehendaki jika dibandingkan dengan kondidi sebelum pandemi. Untuk itu,
patut diantisipasi adanya ledakan kelahiran anak yang bisa membuat penambahan
jumlah penduduk Indonesia sembilan bulan mendatang melebihi 3,2 juta jiwa
I. WAKTU PELAKSANAAN
HARI/TANGGAL
: Kamis, 6 Agustus 2024
TEMPAT
: Kecamtan Nanggala
PUKUL
: 09 :00 wit- selesai
II. PESERTA
Peserta yang hadir dalam kegiatan
ini terdiri dari 5 sektor antara lain adalah camat Nanggala, Kepala PKM Nanggala,
semua Kepala desa kecamatan Nanggala, Dinas Sosial, Penyuluh KB, hingga anggota
TPK kecamatan Nanggala.
III. PELAKSANAAN
Bentuk kegiatan ini merupakan
diskusi kegiatan dalam penyebarluasan informasi antar lintas sektor dan bentuk
kerjasama terkait penanganan isu terpadu kependudukan serta melakukan
intervensi dan evaluasi terhadap sasaran yaitu Balita yang beresiko stunting.
V. PENUTUP
Dengan adanya
kegiatan Penanganan Terpadu Isu Kependudukan, diharapkan Kegiatan Kampung KB
dapat lebih baik dan lebih tepat sasaran.