Pertemuan POKjJA Kampung KB Keluarga Berkualitas
Deskripsi
KEGIATAN NORMALISASI PANDEMI COVID-19
PERTEMUAN : Melaksanakan Pertemuan Lintas Sektor Normalisasi Covid-19
HARI/TANGGAL : Senin
/ 17 Januari 2022
TEMPAT : Balai Desa Arga Mulya
STUNTING DAN SOLUSINYA
NORMALISASI AKIBAT PANDEMI
COVID-19
STUNTING DAN SOLUSINYA
Stunting adalah kondisi
gagal tumbuh pada tubuh dan otak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.
Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki
keterlambatan dalam hal berpikir maupun kurangnya daya ingat seperti anak
normal.
Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi
sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1.000 Hari Pertama
Kelahiran). Nah lalu apa penyebabnya? Hal ini karena rendahnya akses terhadap
makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman
pangan dan sumber protein sebagai asupan makanan.
Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada
perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak juga menjadi penyebab anak
stunting apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup dan baik. Perlu
kita ketahui di masa kehamilan, dan laktasi yang kurang baik akan sangat
berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak.
Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja,
gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi.
Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses
sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat memengaruhi
pertumbuhan anak.
Menurut Para
Ahli prevalensi Balita stunting di
Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO (20%).
Tahun 2015 Indonesia tertinggi ke-2 dibawah Laos untuk jumlah anak stunting.
Indonesia merupakan negara nomor empat dengan angka stunting tertinggi di
dunia. Lebih kurang sebanyak 9 juta atau 37 persen balita Indonesia mengalami
stunting (kerdil).
Faktor
lingkungan yang berperan dalam menyebabkan perawakan pendek antara lain status
gizi ibu, tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, pola
pemberian makan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan angka kejadian infeksi
di awal kehidupan seorang anak. Selain faktor lingkungan, juga dapat disebabkan
oleh faktor genetik dan hormonal. Akan tetapi, sebagian besar perawakan pendek
disebabkan oleh malnutrisi.
Jika gizi
tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan memiliki efek jangka pendek
dan efek jangka panjang. Gejala stunting jangka pendek meliputi hambatan
perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, perkembangan otak yang tidak maksimal
yang dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar tidak maksimal, serta
prestasi belajar yang buruk. Sedangkan gejala jangka panjang meliputi obesitas,
penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan
osteoporosis.
Untuk mencegah
stunting , konsumsi protein sangat mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat
badan anak di atas 6 bulan. Anak yang mendapat asupan protein 15 persen dari
total asupan kalori yang dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih tinggi
dibanding anak dengan asupan protein 7,5 persen dari total asupan kalori. Anak
usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg
berat badan. Sementara anak usia 1–3 tahun membutuhkan protein harian sebesar
1,05 g/kg berat badan.
1000 hari pertama kehidupan merupakan periode
kritis terjadinya Stunting
Dampak
stunting umumnya terjadi disebabkan kurangnya asupan nutrisi pada 1.000 hari
pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin sampai anak
berusia 2 tahun. Permasalahan stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan
baru akan terlihat ketika anak sudah menginjak usia dua tahun. Awal kehamilan
sampai anak berusia dua tahun (periode 1000 Hari Pertama Kehidupan) merupakan
periode kritis terjadinya gangguan pertumbuhan, termasuk perawakan pendek.
APA GEJALA DAN TANDANYA?
Dampak jangka pendek
stunting adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pada
pertumbuhan fisiknya, serta gangguan metabolisme.
- Anak
berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
- Proporsi
tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya
- Berat
badan rendah untuk anak seusianya
- Pertumbuhan
tulang tertunda
- Pertumbuhan melambat
- Wajah tampak lebih muda dari
anak seusianya
- Pertumbuhan gigi terlambat
- Performa buruk pada kemampuan
fokus dan memori belajarnya
- Pubertas terlambat
- Usia 8-10 tahun anak menjadi
lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di
sekitarnya
Dampak
jangka panjangnya,
stunting yang tidak
ditangani dengan baik sedini mungkin akan menurunkan kemampuan kognitif
otak, kekebalan tubuh melemah sehingga mudah terserang penyakit, dan risiko
tinggi munculnya penyakit metabolik seperti kegemukan, penyakit jantung, dan
penyakit pembuluh darah.
CARA MENDETEKSI ANAK STUNTING ?
Cara yang di pakai di pusat
pelayanan kesehatan dengan menggunakan standart baku WHO-MGRS (multicenter
growth references study),.
BAGAIMANA CARA MENCEGAHNYA ?
.Bersalin di fasilitas
kesehatan, inisiasi menyususi dini (IMD) dan berupayalah agar bayi mendapat
colostrum air susu ibu (ASI). Berikan hanya ASI saja sampai bayi berusia 6
bulan dilanjutkan sampai 2 tahun. berikan juga makanan pendamping asi dan
memantau tumbuh kembang di pusat pelayanan kesehatan.
.
Antisipasi
stunting pada anak dengan cara :
- Melakukan
pemeriksaan kehamilan secara teratur.
- Menghindari
asap rokok dan memenuhi nutrisi yang baik selama masa kehamilan antara
lain dengan menu sehat seimbang, asupan zat besi, asam folat, yodium yang
cukup.
- Melakukan
kunjungan secara teratur ke dokter atau pusat pelayanan kesehatan lainnya
untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu:
·
setiap
bulan ketika anak anda berusia 0 sampai 12 bulan
·
setiap
3 bulan ketika anak anda berusia 1 sampai 3 tahun
·
setiap
6 bulan ketika anak anda berusia 3 sampai 6 tahun
·
setiap
tahun ketika anak anda berusia 6 sampai 18 tahun
- Mengikuti
program imunisasi terutama imunisasi dasar.
- Memberikan
ASI eksklusif sampai anak anda berusia 6 bulan dan pemberian MPASI yang
memadai.
- Pola Makan
Istilah “ Isi Piringku” dengan
gizi seimbang perlu diperkenalkan dan di biasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya
lagi diiisi dengan sumber protein (nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih
banyak daripada karbohidrat
- Pola Asuh
Stunting
juga di pengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik
dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita. Dimulai dari edukasi
tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga,
hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil
dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan sebanyak empat kali
selama kehamilan
- Sanitasi dan Akses Air
Bersih
Rendahnya
akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi
dan air bersih. Perlunya membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir
Oleh sebab itu:
Perbanyak makan makanan bergizi yang berasal dari buah dan
sayur lokal sejak dalam kandungan. Kemudian diperlukan pula kecukupan gizi
remaja perempuan agar ketika dia mengandung tidak kekurangan gizi. Selain itu
butuh perhatian pada lingkungan untuk menciptakan akses sanitasi dan air bersih,
mengunjungi kefasilitas kesehatan dengan teratur imunisasi serta menggunakan
KKA sebagai panduan pemantauan perkembangan Anak..
NORMALisasi SETELAH PANDEMI COVID-12
Bengkulu Utara
juga ikut andil dalam penjaringan Akseptor untuk mensukseskan Program Pelayanan
Sejuta Aseptor, hal ini dilakukan untuk menyadarkan masyarakat bahwa mengikuti
Program KB sangatlah penting dimasa Pandemi Covid-19 ini.
PLKB/PKB harus
mengembangkan Programnya dalam menciptakan kedekatan kepada masyarakat untuk
lebih dekat dengan semua tinfakan-tindakan dalam proses pelaksanaaan Program
BKKN.
Pengembangan
Program ini dilakukukan sehubungan dengan perubahan Masa (waktu) yang disebut
dengan perubahan zaman yang semakin canggih dengan teknologi. PKB juga akan
tetap mengikuti perkembangan ini sehingga kedekatan BKKBN menjadi sahabat
Keluarga.
"Pakai kontrasepsi di masa pandemi itu penting
sekali, Baik implan, IUD, pil maupun kondom, alat kontrasepsi yang digunakan
tergantung pada kondisi masing-masing.
Penggunaan
kontrasepsi diperlukan untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. bagi PUS
(Pasangan Usia Subur) yang belum hamil untuk mempertimbangkan masak-masak bila
terjadi kehamilan di masa pandemi seperti sekarang.
"Untuk
yang belum hamil, mari kita Perkirakan dan mengkaji ulang keputusan kita untuk
hamil, kehamilan ini menguntungkan atau tidak (di masa wabah Corona.
Hal-hal yang
harus dipertimbangkan diantaranya:
1. seorang wanita yang hamil daya tahan
tubuhnya rendah. Hal ini memang reaksi tubuh agar tubuh tidak menolak kehadiran
janin.
2. "Kalau imunitas turun, mudah kena
infeksi," tuturnya.
3. Saat hamil di minggu-minggu pertama
biasanya mual dan muntah. Kondisi membuat asupan nutrisi ibu sedikit.
4. Kondisi Fasilitas Kesehatan dalam saat
Pandemi banyak terfokus pada Penanganan Pandemi yang melanda.
Perlu kita Ketahui Pandemi virus corona belum berakhir.
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan menyarankan untuk memilih fasilitas
kesehatan yang tepat sebelum memutuskan memasang atau melepas alat kontrasepsi
Setelah Masa Sulit penyebaran Covid-19.
"Pilihlah fasilitas kesehatan yang memiliki proteksi
pelindungan dan keamanan diri yang baik,".
Namun, sebelumnya peserta calon aseptor sebaiknya
melakukan konsultasi jarak jauh (telemedicine) dengan dokter, bidan terlebih untuk mengetahui apakah ada
keharusan untuk segera memasang, melepas, atau mengganti alat kontrasepsi.
"Apabila sudah waktunya untuk melepas Alkon dan ingin
memasang ALKON , sebaiknya pemilihan alat kontrasepsi disesuaikan dengan
kenyamanan setiap pasien. Setiap orang bisa punya pilihan berbeda, mulai dari
pil hormonal, spiral hormonal, suntikan kontrasepsi, implan kontrasepsi, spiral
hingga kondom.
Untuk mengetahui metode kontrasepsi yang cocok bagi setiap
pasien, perlu dilakukan konsultasi atau konseling dengan dokter spesialis
kebidanan dan kandungan sebelum memilih jenis kontrasepsi yang akan digunakan.
"Karena setiap metode KB memiliki persyaratan atau
kriteria yang berbeda. Umumnya dokter atau Bidan akan menanyakan penyakit
penyerta yang dimiliki pasien dan melakukan pemeriksaan USG bila
diperlukan,"
Dari berbagai pilihan, sebaiknya pasangan untuk memilih
kontrasepsi jangka panjang sehingga tidak perlu sering bepergian ke rumah sakit
demi menekan risiko terinfeksi virus corona.
"Seperti implan atau spiral, dan apabila memilih KB
hormonal, sebaiknya gunakan KB suntik," jelasnya.
Penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang juga cocok
untuk pasangan yang sulit mengontrol diri dalam berhubungan. Setiap metode
kontrasepsi punya batas waktu efektivitas. implan dan spiral (intra uterine
device) disarankan untuk diganti setelah waktunya diganti.
"Proses pelepasan dan pemasangan bisa dilakukan
langsung selama pasien tidak memiliki keluhan, tidak hamil, dan layak untuk
dipasang kembali berdasarkan penilaian dokter atau bidan.
Ada pula metode kontrasepsi yang bersifat permanen atau
seumur hidup, seperti tubektomi (pemotongan saluran telur pada wanita) dan
vasektomi (pemotongan dan pengikatan saluran sperma pada pria).
"Penggunaan kontrasepsi hormonal jangka
panjang juga dapat diberikan, namun tentu dalam pengawasan dokter spesialis
kebidanan dan kandungan,"
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
mengatakan saat ini pemanfaatan akses layanan digital melalui aplikasi KlikKB
juga sudah dilakukan. Melalui aplikasi ini, bidan bisa memantau waktu klien
akseptor mendapatkan kembali layanan kontrasepsi. Cara ini juga menghindari terjadinya
putus sambung layanan kontrasepsi yang bisa berujung kehamilan tak diinginkan.
Saat ini, sebagian besar pengguna kontrasepsi di Indonesia
didominasi suntik dan pil yakni 70 persen yang terbagi sebanyak 45-50 persen
untuk suntik dan dan pil sekitar 25-30 persen.
Tunda
Kehamilan di Masa Pandemi, Ini Pilihan Kontrasepsi yang Tepat
Setelah Penyebaran Covid-19, banyak pasangan ragu untuk
datang ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat untuk melakukan kontrasepsi.
Alhasil selama pandemi ini, tercatat di beberapa daerah di Indonesia terjadi
lonjakan kehamilan yang tidak direncanakan.
Mungkin masa pandemi sekarang juga
menuntut kita harus Dirumah Aja, karena khawatir akan paparan virus
corona. Namun, meski tidak bisa ke faskes terdekat bukan berarti kita
tidak bisa mencegah kehamilan yang tidak direncanakan
1. Kontrasepsi jangka
panjang jadi pilihan tepat
MKJP itu adalah metode yang pas,
karena tidak berisiko untuk keluar (rumah) setiap bulan," Karena bagaimanapun, sebut kita harus bisa
menyesuaikan. Salah satu yang bisa kita lakukan yakni membuat janji temu
dulu di faskes tujuan. Alat kontrasepsi yang termasuk dalam kategori
MKJP adalah IMPLANT dan IUD.
"Ada protokol yang harus kita
ikuti. Tidak perlu takut juga sepanjang kita keluar (rumah) untuk tujuan
tertentu. Taat protokol dan menelepon dulu ke faskes supaya bisa langsung
dilayani,"
2.
Membeli alat kontrasepsi secara online
Pelayanan KB di masa Menurunnya Pandemi
Covid-19 harus segera digalakkan.
Hal ini untuk mengantisipasi
terjadinya ledakan
kehamilan dan Baby Boom yang tidak
direncanakan. Jika PUS (Pasangan Usia Subur) bingung ataupun ragu ke luar
rumah, alat kontrasepsi yang dijual bebas pun bisa menjadi pilihan.
Dengan memanfaatkan hal ini, kitatidak
perlu datang ke faskes secara langsung. Namun, kita bisa memanfaatkan
layanan online untuk berkonsultasi dengan sudah
adanya pelayanan Halo Dokter di social media.
"Sebetulnya dalam keadaan seperti
sekarang, bisa memanfaatkan kontrasespsi yang bisa dibeli online.
Sekarang ada banyak layanan online untuk kondom dan pil KB.
(Pil KB) meski obat resep tapi sebetulnya bisa dibeli secara online tanpa
harus menggunakn resep. itu bisa jadi akses yang bisa dipilih,"
3.
Jangan bergantung pada alat kontrasepsi darurat
Selama pandemi Covid-19 banyak masyarakat
yang kesulitan ke faskes karena terbatasnya layanan. Hal ini tentunya membuat
sebagian ibu-ibu mungkin memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi darurat.
Namun, perlu kita ketahui kalau
kontrasepsi darurat (kondar) tidak bisa dipakai secara terus-menerus. Karena
efeknya akan langsung menyerang hormon dalam tubuh.
Kita harus pahami dulu seberapa sering
penggunaan kontrasepsi darurat tersebut. Karena biasanya sudah diatur sesuai
kapasitas hormon pemakaianya. Namun, perlu diingatkan bahwa jangan menjadikan
kontrasepsi darurat sebagai rutinitas.
"Jangan diharapkan ini (kondar)
menjadi ruitnitas dan harus segera kita berikan edukasi dan konseling supaya
tidak berulang menggunakan kontrasepsi darurat. Karena harus menggunakan
kontrasepsi yang benar. Kita kan sekarang ingin dapat yang mudah. Bukan hanya
mudah didapatkan, tapi juga mudah untuk dikontrol,".
"Namanya juga darurat berarti
nggak bisa terus-menerus,".
Itulah tadi informasi mengenai metode
kontrasepsi yang sebaikyan kita gunakan
selama pandemi. Sebaiknya setiap PUS tetap berkonsultasi untuk menggunakan Alat
Kontrasepsi kepada dokter atau bidan di
fasilitas kesehatan baik secara langsung maupun online.
DOKUMENTASI