Pertemuan POKTAN Kampung KB Sosialisasi Pencegahan Stunting
Deskripsi
KEGIATAN SARASEHAN
PERTEMUAN : Melaksanakan Sarasehan Tingkat Kelurahan
HARI/TANGGAL : SENIN / 19
DESEMBER 2022
TEMPAT : Balai Desa Arga Mulya
PENCEGAHAN
STUNTING
Dan
PEMBINAAN
CATIN
I. PENDAHULUAN
Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada
perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak juga menjadi penyebab anak
stunting apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup dan baik. Perlu
kita ketahui di masa kehamilan, dan laktasi yang kurang baik akan sangat
berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak.
Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja,
gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi.
Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses
sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat memengaruhi
pertumbuhan anak
Stunting adalah kondisi
gagal tumbuh pada tubuh dan otak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.
Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki
keterlambatan dalam hal berpikir maupun kurangnya daya ingat seperti anak
normal.
Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi
sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1.000 Hari Pertama
Kelahiran). Nah lalu apa penyebabnya? Hal ini karena rendahnya akses terhadap
makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman
pangan dan sumber protein sebagai asupan makanan.
.Menurut
Para Ahli prevalensi Balita stunting di
Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO (20%).
Tahun 2015 Indonesia tertinggi ke-2 dibawah Laos untuk jumlah anak stunting.
Indonesia merupakan negara nomor empat dengan angka stunting tertinggi di
dunia. Lebih kurang sebanyak 9 juta atau 37 persen balita Indonesia mengalami
stunting (kerdil).
Faktor
lingkungan yang berperan dalam menyebabkan perawakan pendek antara lain status
gizi ibu, tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, pola
pemberian makan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan angka kejadian infeksi
di awal kehidupan seorang anak. Selain faktor lingkungan, juga dapat disebabkan
oleh faktor genetik dan hormonal. Akan tetapi, sebagian besar perawakan pendek
disebabkan oleh malnutrisi.
Jika gizi
tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan memiliki efek jangka pendek
dan efek jangka panjang. Gejala stunting jangka pendek meliputi hambatan
perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, perkembangan otak yang tidak maksimal
yang dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar tidak maksimal, serta
prestasi belajar yang buruk. Sedangkan gejala jangka panjang meliputi obesitas,
penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.
Untuk mencegah
stunting , konsumsi protein sangat mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat
badan anak di atas 6 bulan. Anak yang mendapat asupan protein 15 persen dari
total asupan kalori yang dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih tinggi dibanding
anak dengan asupan protein 7,5 persen dari total asupan kalori. Anak usia 6
sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat
badan. Sementara anak usia 1–3 tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05
g/kg berat badan.
1000 hari pertama kehidupan merupakan periode
kritis terjadinya Stunting
Dampak
stunting umumnya terjadi disebabkan kurangnya asupan nutrisi pada 1.000 hari
pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin sampai anak
berusia 2 tahun. Permasalahan stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan
baru akan terlihat ketika anak sudah menginjak usia dua tahun. Awal kehamilan
sampai anak berusia dua tahun (periode 1000 Hari Pertama Kehidupan) merupakan
periode kritis terjadinya gangguan pertumbuhan, termasuk perawakan pendek.
STUNTING
II. PERMASALAHAN
1.
GEJALA DAN TANDANYA
A. Dampak jangka pendek
Stunting adalah
terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pada pertumbuhan fisiknya,
serta gangguan metabolisme.
1.
Anak
berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
2.
Proporsi
tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya
3.
Berat
badan rendah untuk anak seusianya
4.
Pertumbuhan
tulang tertunda dan Pertumbuhan melambat
5.
Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
dan Pertumbuhan gigi terlambat
6.
Performa buruk pada kemampuan fokus dan
memori belajarnya
7.
Pubertas terlambat Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam,
tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya
B. Dampak jangka panjangnya,
stunting yang tidak ditangani dengan baik
sedini mungkin akan menurunkan kemampuan kognitif otak, kekebalan tubuh
melemah sehingga mudah terserang penyakit, dan risiko tinggi munculnya penyakit
metabolik seperti kegemukan, penyakit jantung, dan penyakit pembuluh darah.
C. Menghampat Pembangunan Bangsa Indonesia
Kedepan
III. CARA MENDETEKSI ANAK
STUNTING
Cara yang di pakai di pusat pelayanan
kesehatan dengan menggunakan standart baku WHO-MGRS (multicenter growth
references study),.
IV. BAGAIMANA CARA MENCEGAHNYA
?
.Bersalin di fasilitas kesehatan, inisiasi
menyususi dini (IMD) dan berupayalah agar bayi mendapat colostrum air susu ibu
(ASI). Berikan hanya ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan dilanjutkan sampai 2
tahun. berikan juga makanan pendamping asi dan memantau tumbuh kembang di pusat
pelayanan kesehatan.
.
Antisipasi
stunting pada anak dengan cara :
- Melakukan
pemeriksaan kehamilan secara teratur.
- Menghindari
asap rokok dan memenuhi nutrisi yang baik selama masa kehamilan antara
lain dengan menu sehat seimbang, asupan zat besi, asam folat, yodium yang
cukup.
- Melakukan
kunjungan secara teratur ke dokter atau pusat pelayanan kesehatan lainnya
untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu:
·
setiap
bulan ketika anak anda berusia 0 sampai 12 bulan
·
setiap
3 bulan ketika anak anda berusia 1 sampai 3 tahun
·
setiap
6 bulan ketika anak anda berusia 3 sampai 6 tahun
·
setiap
tahun ketika anak anda berusia 6 sampai 18 tahun
- Mengikuti
program imunisasi terutama imunisasi dasar.
- Memberikan
ASI eksklusif sampai anak anda berusia 6 bulan dan pemberian MPASI yang
memadai.
- Pola Makan
Istilah “ Isi Piringku” dengan
gizi seimbang perlu diperkenalkan dan di biasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya
lagi diiisi dengan sumber protein (nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih
banyak daripada karbohidrat
- Pola Asuh
Stunting
juga di pengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik
dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita. Dimulai dari edukasi
tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga,
hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil
dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan sebanyak empat kali selama
kehamilan
- Sanitasi dan Akses Air
Bersih
Rendahnya
akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi
dan air bersih. Perlunya membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir
Oleh sebab itu:
Perbanyak makan makanan bergizi yang
berasal dari buah dan sayur lokal sejak dalam kandungan. Kemudian diperlukan
pula kecukupan gizi remaja perempuan agar ketika dia mengandung tidak
kekurangan gizi. Selain itu butuh perhatian pada lingkungan untuk menciptakan
akses sanitasi dan air bersih, mengunjungi kefasilitas kesehatan dengan teratur
imunisasi serta menggunakan KKA sebagai panduan pemantauan perkembangan Anak..
CATIN
Stunting adalah
masalah yang masih menjadi perhatian pemerintah Indonesia. Dengan ciri anak
bertumbuh lebih pendek daripada anak seusianya dan memiliki keterlambatan dalam
berpikir. Indonesia menempati peringkat ke-4 tertinggi sedunia. Masalah Stunting ini
terjadi akibat kekurangan gizi di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak. Masa
ini dimulai sejak janin hingga anak berusia 2 tahun. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan generasi bebas Stunting, perlu dipersiapkan sejak masa
pra konsepsi atau masa pra nikah.
Selain mempersiapkan acara
hari H pernikahan, para Calon Pengatin (Catin) perlu mempersiapkan kesehatan
yang prima sebelum menikah dan hamil. Ini sangat membantu untuk menurunkan
angka Stunting di Indonesia. Bertempat di Balai Penyuluhan KB
Palaran dilakukan kegiatan konseling Catin yang bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman Catin tentang kesehatan reproduksi serta agar dapat merencanakan
keluarga dengan sebaik mungkin dan agar dapat mendapatkan keturunan yang sehat,
cerdas, dan bebas Stunting,
Pembinaan Catin yang sangat
perlu disampaikan dan di sosialisasikan diantaranya adalah:
Materi yang disampaikan
adalah pembekalan untuk para Catin yang meliputi tentang :
1.
Kesehatan reproduksi Catin
2.
Kehamilan dan 4T (Terlalu Muda, Terlalu Tua,
Terlalu Dekat, Terlalu Banyak)
3.
Metode kontrasepsi
4.
Infeksi Menular Seksual (IMS)
5.
Stunting dan pola asuh 1000 HPK serta 8
fungsi keluarga