Gambaran Umum


Desa Sumberklampok (bahasa Bali: ᬤᬾᬲ ᬲᬸᬫ᭄ᬩᭂᬃᬓ᭄ᬮᬫ᭄ᬧᭀ​ᬓ᭄᭟, translit. Deṣa Sumbĕklampok, disebut juga Sumber Klampok) adalah desa di kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali, Indonesia. Desa Sumberklampok memiliki masyarakat yang majemuk dari berbagai suku, agama, adat istiadat, serta budaya. Di paling ujung barat Provinsi Bali terdapat Pura Kahyangan Jagat Segara Rupek yang berbatasan dengan Selat Bali di bagian barat, dengan sebagian besar wilayahnya masuk di Taman Nasional Bali Barat.

Selain itu, dilintasi oleh jalan antar kabupaten yakni Singaraja - Gilimanuk. Desa Sumberklampok berjarak 40 kilometer dari ibukota kecamatan (Desa Gerokgak), 80 kilometer dari ibukota kabupaten (Kota Singaraja), dan 160 kilometer dari ibukota provinsi (Kota Denpasar)

Pada tahun 1922, Desa Sumberklampok berawal ketika kawasan tersebut masih berupa hutan belantara yang belum berpenghuni. Pada masa itu, Indonesia masih berada di bawah penjajahan Belanda. Seorang Belanda bernama AW Remmert datang dengan tujuan membuka hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa di hutan Bali Barat. Awalnya, AW Remmert terdampar di sebuah pulau bernama Pulau Menjangan dan berlabuh di teluk yang kemudian disebut Teluk Terima.

AW Remmert dibantu oleh sekitar 62 pekerja dari Pulau Madura untuk membuka hutan tersebut. Setelah hutan dibuka, mereka menanaminya dengan kelapa, pisang, dan tanaman rempah. Kawasan ini kemudian diberi nama Gedebung Bunyu.

Namun, bukan hanya AW Remmert yang membuka hutan. Johan J. Powneel dan Gerrit Van Schermbeek juga membuka kawasan tersebut menjadi perkebunan kelapa dan kapuk. Sekitar tahun 1930, pemerintah Belanda memberikan izin perkebunan (Persil Onderneming) kepada mereka.

Masa Penjajahan Jepang dan Kemerdekaan Indonesia

Ketika Jepang menjajah Indonesia setelah Belanda, mereka merusak seluruh tatanan pemukiman yang ada. Masyarakat diharuskan menggunakan karung goni dan mengonsumsi singkong setiap hari. Pada masa ini, terjadi wabah malaria yang hebat. Kondisi ini tidak banyak berubah setelah Indonesia merdeka. Seluruh perkebunan dikuasai oleh perusahaan-perusahaan perkebunan. Beberapa pergantian perusahaan perkebunan terjadi, dan akhirnya perkebunan dikelola oleh PT Margarana dan Dharma Jati. Masyarakat merasa terusir secara perlahan dengan dibatasinya lingkup jangkauan mereka dalam bidang pertanian dan kesejahteraannya.

Setelah Indonesia merdeka, semakin banyak penduduk yang berdatangan dari daerah Madura, Banyuwangi, Pulau Nusa, dan Karangasem. Nama Gedebung Bunyu kemudian diubah menjadi Sumberklampok karena nama tersebut dianggap tidak membawa berkah dan dirasa akan mempengaruhi kehidupan masyarakatnya. Nama Sumberklampok dipilih karena banyaknya pohon jambu klampoak yang tumbuh di daerah tersebut dan adanya sumber mata air yang sering digunakan oleh masyarakat setempat, meskipun airnya agak payau.

Administrasi dan Pembentukan Desa

Sebelumnya, Gedebung Bunyu masih menjadi Banjar dan berperbekelan ke Desa Sumberkima dan Pejarakan. Menurut cerita, masyarakat Hindu berperbekelan ke Desa Sumberkima, sedangkan masyarakat Islam berperbekelan ke Desa Pejarakan.

Atas saran pemuka masyarakat, pada tahun 1967, diadakan pemilihan Kepala Desa untuk pertama kalinya, dan Desa Sumberklampok diakui sebagai desa pada 1 Juni 1967 dengan kepala desa pertama bernama Pawiro Sentono. Sejak saat itu, mulai dibangun gedung sekolah dasar, kantor desa, tempat ibadah, dan fasilitas umum lainnya. Pemerintah mulai melihat keberadaan Desa Sumberklampok dengan mendatangkan sumbangan untuk pembangunan desa. Secara administratif, Desa Sumberklampok dibagi menjadi tiga dusun, yaitu Tegal Bunder, Sumberklampok, dan Sumber Batok, sedangkan satu banjar yaitu Teluk Terima menjadi satu dusun dengan Sumberbatok.

Kepala desa pertama yang dipilih adalah Pawiro Sentono. Dua tahun kemudian, diangkat Carik (Sekretaris Desa) bernama Mandor Tamin, yang merupakan mandor kehutanan, untuk membantu tugas-tugas kepala desa.[4]

Geografi

Desa Sumberklampok berada di ketinggian rata-rata 50 meter dari permukaan laut (MdPL). Secara administratif, Desa Sumberklampok memiliki luas wilayah 28,96 Km. Wilayah Desa Sumberklampok terbagi atas tiga Banjar Dinas, yang meliputi : Bajar Dinas Tegalbunder , Banjar Dinas Sumberklampok, dan Banjar Dinas Sumberbatok. Desa Sumberklampok terletak pada posisi -8 Lintang selatan dan 114 Bujur Timur.[3]

Topografi

Desa Sumberklampok merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 s/d 17 meter di atas permukaan laut, berlaku iklim tropis yang pada umumnya terdiri dari 5 bulan musim hujan dan 7 bulan musim kemarau, dan curah hujan per tahun : 123 mm/th, suhu rata-rata 27 – 35 0C

Demografi

Pada semester 1 tahun 2024, menurut Data Kementerian Dalam Negeri, Desa Sumberklampok memiliki jumlah penduduk sejumlah 3.601 jiwa. Terdapat 1.180 Kepala Keluarga (KK), perpindahan penduduk sebanyak 11 orang, serta terdapat 2 orang yang meninggal dunia. Selain itu, dirincikan penduduk menurut jenis kelamin dengan laki-laki sebanyak 1.834 jiwa dan perempuan sebanyak 1.767 jiwa.

Kemudian status perkawinan di desa ini tahun 2024, menunjukkan bahwa terdapat 1.562 orang yang belum kawin, 1.835 orang yang sudah kawin, 31 orang yang berstatus cerai hidup, dan 173 orang yang berstatus cerai mati.[5]

Pada sensus tahun 2010, Penduduk desa Sumberklampok berjumlah 2.886 jiwa terdiri dari 1.478 laki-laki dan 1.408 perempuan dengan rasio sex 105. Jumlah kepala keluarga di desa ini mencapai 892.[6]

Agama

Data Pemeluk Agama di Desa Sumberklampok [7]

  Islam (38.7%)

  Kristen Katolik (-%)

  Kristen Protestan (0.3%)

  Hindu (60.8%)

  Buddha (0.02%)

Menurut data Kementerian Dalam Negeri semester 1 tahun 2024, sebanyak 60,8% penduduk Desa Sumberklampok menganut agama Hindu. Untuk yang beragama Islam sebanyak 38,7%, kemudian penduduk yang beragama Kristen Protestan sebanyak 0,3%. Untuk sarana rumah ibadah, terdapat 9 Pura, 1 masjid, 2 mushola.

Data pemeluk agama di Desa Sumberklampok pada Juni 2024[5]
Agama Jumlah Jiwa % Keterangan
Islam 1.396 38,7%
Kristen Protestan 12 0,3%
Kristen Katholik - -
Hindu 2.192 60,8%
Buddha 1 0,02%
Konghucu - -
Kepercayaan terhadap Tuhan YME - -
Desa Sumberklampok 3.601 100%

Pendidikan

Pendidikan Jumlah Jiwa Keterangan
Tidak/Belum Sekolah 1.385
Belum Tamat SD 172
Tamat SD 1.108
SLTP 407
SLTA 431
D1 dan D2 36
D3 13
S1 49
S2 0
S3 0

Pemerintahan

Dari tingkatan administratif Desa Sumberklampok terbagi atas tiga Banjar Dinas, yang meliputi : Bajar Dinas Tegalbunder , Banjar Dinas Sumberklampok, dan Banjar Dinas Sumberbatok. Selain itu, Terdapat 9 Nama Kepala Desa/Perbekel yang pernah memimpin Desa Sumberklampok.[4]

No. Kepala Desa Masa Jabatan Keterangan
1. Pawiro Sentono 1967-1972 Pemilihan
2. I Gusti Nyoman Degdeg 1972-1973 Pj.
3. Putu Mertadana 1973-1974 Pj.
4. Abidin 1974 Pj.
5. Putu Warka 1974-1996 Penunjukan
6. Sariman 1996-2000 Pj.
7. Made Nuryatha 2000-2002 Pj.
8. I Putu Artana 2002-2013 Pemilihan
9. I wayan Sawitra Yasa 2013-Sekarang Pemilihan
Nama Perangkat Desa di Desa Sumberklampok pada tahun 2025[8]
Perbekel : I Wayan Sawitra Yasa
Sekretaris Desa : Haerus Zaman
Kepala Urusan Tata Usaha dan Umum : Ni Luh Sujani
Kepala Urusan Perencanaan : I Putu Adi Eka Putra
Kepala Urusan Keuangan : Ni Ketut Wirati
Kepala Seksi Pemerintahan : Rina Novinadari
Kepala Seksi Kesejahtraan : I Made Adiasa
Kepala Seksi Pelayanan : I Wayan Pilih
Kelian Banjar Dinas Tegal Bunder : Nurhadi
Kelian Banjar Dinas Sumberklampok : Abusairi
Kelian Banjar Dinas Sumberbatok : I Wayan Wira
Staf Administrasi/umum : I Kadek Erik Sukaridana
Staf Keuangan : Wahyulianti
Staf Kesra : Ni Kadek Novi Sudarsani

Ekonomi

Pekerjaan Jumlah Jiwa Keterangan
Belum/Tidak Bekerja 1.291
Nelayan 5
Pelajar dan Mahasiswa 330
Pensiunan 3
Perdagangan 5
Mengurus Rumah Tangga 664
Wiraswasta 122
Guru 17
Perawat 3
Pengacara -
Pekerjaan Lainnya -



Statistik Kampung


Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Jumlah Jiwa
3593
Jumlah Kepala Keluarga
1096
Jumlah PUS
716
Persentase Partisipasi Keluarga dalam Poktan (Kelompok Kegiatan)

Keluarga yang Memiliki Balita
281
Keluarga yang Memiliki Remaja
298
Keluarga yang Memiliki Lansia
251
Jumlah Remaja
574
PUS dan Kepesertaan Ber-KB
Total
526
PUS dan ketidaksertaan Ber-KB
Total
95

Status Badan Pengurus


Sarana dan Prasarana


Bina Keluarga Balita (BKB)
BKB

Bina Keluarga Balita (BKB)

Ada

Bina Keluarga Remaja (BKR)
BKR

Bina Keluarga Remaja (BKR)

Ada

Bina Keluarga Lansia (BKL)
BKL

Bina Keluarga Lansia (BKL)

Ada

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
UPPKA

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)

Tidak Ada

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)
PIK R

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)

Tidak Ada

Sekretariat Kampung KB
Sekretariat KKB

Sekretariat Kampung KB

Ada

Rumah Data Kependudukan Kampung KB
Rumah Dataku

Rumah Data Kependudukan Kampung KB

Ada

Dukungan Terhadap Kampung KB


Sumber Dana Ya,
APBN
APBD
Dana Desa
Donasi/ Hibah Masyarakat
Perusahaan (CSR)
Swadaya Masyarakat
Kepengurusan/pokja KKB Ada
SK pokja KKB Ada
PLKB/PKB sebagai pendamping dan pengarah kegiatan Ada,
I Dewa Ketut Arta
198011192022211004
Regulasi dari pemerintah daerah Ada,
Surat Keputusan/Instruksi/Surat Edaran dari Bupati/Walikota
SK Kepala Desa/Lurah tentang Kampung KB
Pelatihan sosialisasi bagi Pokja KKB Ada
Jumlah anggota pokja yang sudah terlatih/tersosialisasi pengelolaan KKB 22 orang pokja terlatih
dari 22 orang total pokja
Rencana Kegiatan Masyarakat Ya
Penggunaan data dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan Ya,
PK dan Pemutahiran Data
Data Rutin BKKBN
Potensi Desa
Data Sektoral
Lainnya

Mekanisme Operasional


Rapat perencanaan kegiatan Ada, Frekuensi: Tahunan
Rapat koordinasi dengan dinas/instansi terkait pendukung kegiatan Ada, Frekuensi:
Sosialisasi Kegiatan Ada, Frekuensi:
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Ada, Frekuensi: Tahunan
Penyusunan Laporan Ada, Frekuensi: Tahunan