Sukadri : Menyulap Sampah Menjadi Karya Seni Lukisan Ecographic
Deskripsi
Dalam
tiga tahun terakhir ini sampah menjadi masalah besar di Yogyakarta. Penanganan sampah
yang hanya mengandalkan pada pembuangan sampah di TPA Piyungan jelas akan
menjadi bom waktu pengelolaan sampah di Yogyakarta. Terlebih pada tanggal 16 April
2024 yang akan datang TPA Piyungan akan ditutup permanen karena tak lagi mampu
menampung sampah. Sementara masyarakat belum mampu mengelola sampah secara
mandiri. Yogyakarta darurat sampah.
Berangkat
dari kepedulian akan pengelolaan sampah Sukadri, pelukis berusia 48 tahun, mencoba
membuat lukisan dengan memanfaatkan limbah sampah yang berasal dari bungkus makanan
ringan, minuman, rokok dan sebagainya. Lukisan yang dihasilkan merupakan
lukisan tiga dimensi dengan berbagai tema. Ia menyebutnya sebagai lukisan ecographic.
“Sebelumnya saya melukis menggunakan kain kanvas dan cat. Sejak Tahun 2023 saya
berkonsentrasi pada lukisan ecographic” ungkap Sukadri. “Meski tak seberapa
atau mungkin tak bernilai tapi ini wujud kepedulian pada penanganan sampah sekitar”
imbuhnya merendah.
Untuk
menyelesaikan sebuah lukisan ecographic dibutuhkan waktu paling tidak dua bulan.
Di studionya telah banyak karya lukisan yang dihasilkan. Sayang hanya dibiarkan
menumpuk begitu saja. Aris Purnomo - Dukuh Plumbon, Banguntapan – berusaha mengangkat
potensi karya seni lukisan ecographic ke kancah publik. “Kami akan membantu
memamerkan hasil produk ini. Lukisan yang telah menumpuk perlu dibingkai dengan
pigura sehingga layak dipamerkan” ungkap Aris Purnomo. Ia melanjutkan bagi yang
berminat dengan lukisan ecographic dipersilahkan datang ke Studio Sukadri yang
beralamat Babadan No. 518 A RT 19/17 Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. “Salah
satu hasil karya Pak Kadri juga terdapat di Rumah Data Kampung KB Banguntapan”
imbuh Aris Purnomo.