Sukadri : Menyulap Sampah Menjadi Karya Seni Lukisan Ecographic

Kalurahan / Desa Banguntapan
Dipublikasi pada 02 April 2024

Deskripsi

Dalam tiga tahun terakhir ini sampah menjadi masalah besar di Yogyakarta. Penanganan sampah yang hanya mengandalkan pada pembuangan sampah di TPA Piyungan jelas akan menjadi bom waktu pengelolaan sampah di Yogyakarta. Terlebih pada tanggal 16 April 2024 yang akan datang TPA Piyungan akan ditutup permanen karena tak lagi mampu menampung sampah. Sementara masyarakat belum mampu mengelola sampah secara mandiri. Yogyakarta darurat sampah.

Berangkat dari kepedulian akan pengelolaan sampah Sukadri, pelukis berusia 48 tahun, mencoba membuat lukisan dengan memanfaatkan limbah sampah yang berasal dari bungkus makanan ringan, minuman, rokok dan sebagainya. Lukisan yang dihasilkan merupakan lukisan tiga dimensi dengan berbagai tema. Ia menyebutnya sebagai lukisan ecographic. “Sebelumnya saya melukis menggunakan kain kanvas dan cat. Sejak Tahun 2023 saya berkonsentrasi pada lukisan ecographic” ungkap Sukadri. “Meski tak seberapa atau mungkin tak bernilai tapi ini wujud kepedulian pada penanganan sampah sekitar” imbuhnya merendah.

Untuk menyelesaikan sebuah lukisan ecographic dibutuhkan waktu paling tidak dua bulan. Di studionya telah banyak karya lukisan yang dihasilkan. Sayang hanya dibiarkan menumpuk begitu saja. Aris Purnomo - Dukuh Plumbon, Banguntapan – berusaha mengangkat potensi karya seni lukisan ecographic ke kancah publik. “Kami akan membantu memamerkan hasil produk ini. Lukisan yang telah menumpuk perlu dibingkai dengan pigura sehingga layak dipamerkan” ungkap Aris Purnomo. Ia melanjutkan bagi yang berminat dengan lukisan ecographic dipersilahkan datang ke Studio Sukadri yang beralamat Babadan No. 518 A RT 19/17 Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. “Salah satu hasil karya Pak Kadri juga terdapat di Rumah Data Kampung KB Banguntapan” imbuh Aris Purnomo.

Sesi Kegiatan Pembinaan Lingkungan

Instansi Pembina Kegiatan

Sasaran Kegiatan