FESTIVAL BUDAYA LOLOAN DJAMAN LAME

Kelurahan Loloan Timur
Dipublikasi pada 03 August 2022

Deskripsi

FESTIVAL BUDAYA LOLOAN DJAMAN LAME
Membahas Budaya Loloan -satu kampung di tengah Kabupaten Jembrana- adalah menguraikan sejarah panjang dengan berbagai keunikannya. Tentang bagaimana mulanya orang-orang Bugis dikejar Belanda, tentang bahasanya yang Melayu, tentang terjadinya pernikahan silang antara Nyame Loloan dengan salah satu Keluarga dari Raja Jembrana, tentang rumah-rumah panggungnya, tentang bagaimana perekonomian masyarakat Jembrana menanjak, hingga terbentuknya akulturasi budaya Islam dan budaya Hindu yang kental di kampung ini.
Jadi, karna awak tak pandai cakap panjang, postingan ini sama sekali tidak membahas sejarah, ini hanya tentang mamerin foto-foto festival yang kejepret beberapa hari lalu, namun sebagian foto saya ambil dari beberapa media. Ini terlalu menarik untuk tidak dibagi.
Festival yang sempat ditiadakan selama dua tahun akibat pandemi COVID-19 ini, menjadi momentum penting kembali bangkitnya ekonomi dan pariwisata Bali dari dampak yang diakibatkannya. Masyarakat Loloan cukup percaya diri akan terkendalinya pandemi tersebut.
Agenda rutin masyarakat Loloan yang diadakan dalam rangka menyambut Tahun Baru Hijriyah ini, menjadi wadah dan moment menampilkan berbagai kekayaan budaya, tradisi, kuliner, gaya busana masyarakat Loloan tempo dulu, dan sekaligus memperkenalkannya kepada generasi muda, dengan harapan senantiasa dilestarikan.
Terkait dengan tema pelaksanaan festival budaya Loloan ke-4, yakni " Melintasi Lorong Boedaja Kampoeng Loloan" , Bupati Jembrana I Nengah Tamba yang membuka acara ini ,menilainya sebagai tema yang tepat, dan panitia sangat berhasil menampilkan juga memvisualkan kehidupan loloan di zaman lama. Bupati pun mengajak masyarakat untuk bernostalgia ataupun mengenal berbagai budaya Loloan yang identik dengan budaya khas Melayu.
"Ada sekitar 18 stand budaya yang kita tampilkan dalam pameran Loloan Djaman Lame kali ini. Ini kita adakan sebagai langkah kita menjaga tradisi dan warisan datuk-moyang kita di Loloan. Agar anak-anak muda kita tidak melupakan warisan tradisi leluhur kita di Loloan ini," ucap Ainur Rafiq selaku ketua panitia Festival ini.
Berbagai jenis kesenian rakyat digelar, tidak hanya suguhan berbagai Atraksi Seni Tari Tradisional dan Musiknya, tetapi pengunjung juga bisa menikmati Pawai Obor, Onthel, Pencak silat, Benda Kuno, Petasan Bambu, Ngotok, Burdah, Stand Makanan atau Minuman Kuno, Teater berbahasa Melayu, hingga suasana pernikahan masyarakat Loloan zaman lama, juga berbagai hal baru yang semuanya menarik hati dan mata.
Festival yang berlangsung selama tiga hari tersebut, nampak disambut antusias oleh penonton yang memadati sepanjang jalan Gunung Agung atau dari areal jembatan Sungai Ijo Gading hingga pusat panggung di seputar makam Buyut Lebai.
Menyusuri sepanjang jalan Gunung Agung akhir pekan lalu, seolah Melintasi Lorong Boedaja Kampoeng. Tanpa listrik, hanya lampu kuno dan lilin. Diam-diam merindu rumah mbah di Mentoro, saat lampu petromax satu demi satu dipompa, lalu berpijar menemani alif ba' ta'ku.
Terima kasih, Loloan Timur.
Sesi Kegiatan Sosial Budaya

Instansi Pembina Kegiatan

Sasaran Kegiatan