Siapa yang disebut Lansia?

Lanjut usia atau biasa dikenal dengan lansia adalah bagian siklus hidup yang hamper pasti dialami setiap orang, yang dapat berdaya gna bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat. Agar dapat berdaya guna Lansia harus sehat dan dipersiapkan sedini mungkin, serta berada di lingkungan yang mendukung potensi yang dimilikinya.

Menurut WHO, lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. BPS mengelompokkan lansia menjadi tiga kelompok umur yaitu lansia muda (kelompok umur 60-69 tahun), lansia madya (kelompok umur 70-79 tahun), dan lansia tua (kelompok umur 80 tahun ke atas). Berdasarkan UU No. 13 Tahun 1998, lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas.

Apakah yang dimaksud dengan lansia tangguh?

Lansia Tangguh adalah seseorang atau kelompok lansia yang mampu beradaptasi terhadap proses penuaan secara positive sehingga masa tua berkualitas dalam lingkungan yang nyaman, sehat secara fisik, sosial dan mental melalui siklus hidupnya aktif, produktif dan mandiri. meskipun telah berusia di atas 60 sampai 70 tahun lansia tetap produktif ,tidak mudah memang menjadi seorang lansia tangguh, apalagi dengan keterbatasan aktivitas, cara berpikir , tingkat emosional dan intelegensia dan masalah pelik lainnya.

Bagaimana Keterkaitan 7 Dimensi Lansia Tangguh Dengan 8 Fungsi Keluarga?

 Upaya mewujudkan Lansia tangguh sejalan dengan kebijakan Pembangunan Keluarga melalui Ketahanan Keluarga. Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk mendukung penerapan 8 fungsi keluarga secara optimal (Undang-undang RI No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga).

Keterkaitan 7 Dimensi Lansia Tangguh dan 8 Fungsi Keluarga :

Fungsi Agama – Dimensi Spritual

Fungsi Sosial Budaya - Dimensi Sosial Kemasyarakatan

Fungsi Cinta Kasih – Dimensi Emosional

Fungsi Perlindungan – Dimensi Sosial Kemasyarakatan

Fungsi Reproduksi – Dimensi Fisik

Fungsi Sosial dan Pendidikan – Dimensi Intelektual

Fungsi Ekonomi – Dimensi Profesional Vokasional

Fungsi Lingkungan – Dimensi Lingkungan

 

Untuk dapat mewujudkan lansia tangguh ada beberapa upaya yang bisa dilakukan yaitu tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sehingga lansia bisa tetap hidup sehat, mandiri, aktif dan proses yang disebut dengan proses menua sehat dan aktif. Untuk dapat mengukur ketangguhan lansia dapat diukur melalui 7 indikator yaitu:

  1. Dimensi Spiritual,
  2. Dimensi Intelektual,
  3. Dimensi Fisik,
  4. Dimensi Emosional,
  5. Dimensi Sosial Kemasyarakatan,
  6. Dimensi Profesi Vokasional
  7. Dimensi Lingkungan

 

  1. Dimensi Spritual

Manusia adalah makhluk yang ber-Tuhan Setiap orang percaya akan adanya kekuatan di luar kemampuan manusia. Kekuatan tersebut dalam agama disebut dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Hampir semua orang yang memasuki usia lanjut atau masa pensiun mengalami gangguan mental psikologis. Hal itu terjadi terutama kepada orang yang kurang siap menghadapi perubahan dalam kehidupannya. Pada kondisi semacam itu sangat diperlukan bimbingan penguatan dimensi spiritual.

  1. Dimensi Intelektual

Intelektual adalah kemampuan seseorang dalam menerima informasi, memahaminya, menyimpan informasi tersebut serta kemampuan menggunakan atau mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.  Otak adalah pusat berpikir, pusat pengendalian semua fungsi tubuh, serta pusat fungsi emosi Bertambahnya usia terjadi penurunan massa otak karena pengurangan sel-sel syaraf, sehingga lansia menjadi mudah lupa dan sulit mengingat sesuatu.

3. Dimensi Fisik

Lansia mengalami serangkaian perubahan fisik, mental dan sosial yang berlangsung secara alamiah dengan meningkatnya usia. Ditandai dengan penurunan aktivitas fisik, mudah lelah, pendengaran yang berkurang, penglihatan menurun, rambut memutih dan kulit menjadi kering serta berkeriput. Gigi-geligi mulai tanggal dan gusi sakit serta meradang. Kemampuan berjalan melambat dan keseimbangan badan terganggu, gairah seksual yang menurun, dan obesitas. Ditandai dengan menyendiri, sulit tidur, kesedihan akibat ditinggal oleh pasangan hidup atau orang terdekat dalam keluarga maupun teman, mudah tersinggung terhadap sikap orang di sekitarnya, depresi, demensia (pikun). Perubahan sosial yang terjadi ditandai dengan kecenderungan hanya ingin menyendiri dan tidak mempunyai gairah hidup untuk berkumpul dengan sebaya, mantan teman sekerja atau pun keluarga besar saudara, anak atau cucu.

4. Dimensi Emosional

Emosi merupakan reaksi dari apa yang ada di pikiran. Secara garis besar emosi manusia dibedakan dalam dua bagian yaitu emosi positif dan emosi negative.  Secara umum setiap Lansia mengalami perubahan emosi dan masalah psikologis. Oleh sebab itu diperlukan upaya pembinaan dimensi emosional kepada kader, keluarga Lansia, dan Lansia itu sendiri. Kondisi emosional Lansia adalah keadaan psikologis Lansia meliputi aspek kemampuan berpikir, perasaan, maupun sikap yang tampak melalui perilaku yang dapat diamati

5. Dimensi Sosial Kemasyarakatan

Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan sosial timbal balik antara Lansia dengan Lansia, Lansia dengan keluarga dan Lansia dengan kader/ anggota masyarakat lain. Untuk mencapai interaksi yang efektif dan Lansia dapat berkomunikasi dengan nyaman, dibutuhkan interaksi yang baik dan tidak menjadikan Lansia sebagai objek tetapi sebagai subjek. Interaksi sosial yang kondusif akan menjadikan Lansia nyaman, tenteram dan merasa diperhatikan.

6. Dimensi Profesi Vokasional

Lansia memiliki banyak kelebihan, baik dari sisi kemampuan maupun kesempatan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kualitas diri dan hidupnya. Lansia dapat berdaya bagi diri sendiri dan orang lain sesuai dengan kemampuan, baik mendapatkan penghasilan ataupun tidak. Bagi lansia yang masih mandiri maupun yang mengalami keterbatasan lansia diberi kesempatan melakukan kegiatan sesuai dengan bidangnya. Misalnya mengajar, sebagai konsultan, berwirausaha dan lain-lain.

7. Dimensi Lingkungan

Diperlukan adanya upaya perlindungan dan pemenuhan kebutuhan dasar Lansia, baik oleh keluarga, masyarakat, maupun lembaga sosial, dan pemerintah Perhatian dan perlakuan khusus harus didasarkan pada masalah yang dimiliki Lansia, sehingga akan mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan menjadi Lansia Tangguh Perlu pemahaman mengenai kondisi lingkungan kondusif dan berada di sekitar Lansia.

Kegiatan penyuluhan Bina Keluarga Lansia (BKL)

Kegiatan dilakukan oleh kader BKL merupakan forum penyuluhan yang bermanfaat untuk pemberdayaan keluarga yang memiliki Lansia dan Lansia dalam rangka mewujudkan Pembangunan Keluarga Lansia Tangguh. Di samping itu kegiatan penyuluhan BKL yang dilaksanakan oleh kader BKL sebagai agen perubahan merupakan wahana sosialisasi dan silaturahim sesama keluarga, sehingga diperlukan materi tentang teknik penyuluhan Pembangunan Keluarga Lansia Tangguh.

Apa Pengertian Penyuluhan Kelompok BKL?

Konsep Dasar Penyuluhan di Kelompok BKL Penyuluhan di kelompok BKL adalah penyampaian informasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan anggota kelompok BKL tentang pembangunan keluarga Lansia tangguh. Kegiatan pertemuan penyuluhan di kelompok BKL dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan antara kader kelompok BKL dan anggota kelompok BKL, serta petugas lapangan KB sebagai pembina kelompok BKL di wilayah kerjanya. Tempat dan waktu pelaksanaan pertemuan penyuluhan disepakati bersama.

Tujuan penyuluhan di Kelompok BKL:

1. Mewujudkan pembangunan keluarga Lansia tangguh berdasarkan tujuh dimensi Lansia tangguh.

2. Lansia yang tergabung dalam kelompok BKL diharapkan tetap sehat, mandiri, aktif, dan produktif