Kegiatan Upacara Keagamanan Aci Tumpek Wayang
Deskripsi
Kegiatan ini bertujuan adalah sebagai bentuk upacara pemujaan kepada Dewa Iswara yang dipercaya sebagai penguasa ilmu pengetahuan dan kesenian, khususnya seni pedalangan (wayang). Berikut penjelasan lebih lengkap:
1. Memuliakan Wayang sebagai Sarana Suci
Wayang kulit dianggap suci karena digunakan dalam pertunjukan sakral seperti wayang lemah (tanpa gamelan dan penonton) untuk upacara keagamaan. Tumpek Wayang adalah waktu untuk menyucikan peralatan ini.
2. Pembersihan dan Penyucian
Upacara ini juga bertujuan menyucikan benda-benda seni, khususnya wayang kulit dan perlengkapannya, agar tidak hanya bersih secara fisik tetapi juga secara spiritual.
3. Penghormatan kepada Leluhur dan Dewa Seni
Tumpek Wayang merupakan penghormatan terhadap leluhur dan penguatan nilai-nilai tradisi seni agar tetap lestari di tengah masyarakat Bali.
4. Penangkal Kala
Anak yang lahir bertepatan atau dalam jangka waktu sekitar Tumpek Wayang dianggap rentan terhadap gangguan negatif (disebut “oton wayang”) sehingga diadakan upacara ruwatan untuk membersihkannya dari pengaruh buruk.untuk
Kegiatan Tumpek Wayang biasanya dihadiri oleh:
1. Pemilik Wayang atau Seniman Dalang
Karena inti upacara adalah penyucian wayang, para dalang (seniman wayang kulit) biasanya menjadi tokoh utama yang melakukan persembahyangan dan ritual.
2. Pemangku atau Pendeta
Pemangku (pemimpin upacara) atau pendeta Hindu (Pandita) memimpin prosesi upacara, termasuk melakukan banten (persembahan) dan pembacaan mantra.
3. Keluarga dan Masyarakat Sekitar
Warga yang memiliki wayang atau terlibat dalam seni pertunjukan, serta keluarga yang memiliki anak lahir pada hari Tumpek Wayang, akan ikut serta dalam upacara.
4. Anak-anak "Oton Wayang"
Anak-anak yang lahir pada hari Tumpek Wayang biasanya diikutsertakan dalam upacara ruwatan, untuk memohon keselamatan dan pembersihan dari pengaruh buruk.
5. Tokoh Adat atau Kepala Desa (jika diadakan secara komunitas)
Jika upacara diselenggarakan secara besar oleh desa adat, para pemimpin adat atau bendesa adat juga akan hadir.
Kegiatan Tumpek Wayang terlaksana karena:
1. Tanggung Jawab Adat dan Agama
Umat Hindu di Bali melaksanakan Tumpek Wayang sebagai bagian dari kewajiban menjalankan dharma agama dan dharma negara, yaitu menjaga warisan budaya dan spiritual.
2. Melestarikan Tradisi dan Seni
Tumpek Wayang merupakan cara untuk melestarikan seni pedalangan (wayang kulit) yang menjadi bagian penting dari budaya Bali. Wayang bukan hanya hiburan, tetapi sarana penyampaian nilai-nilai agama dan moral.
3. Kepercayaan terhadap Hari Suci
Hari Tumpek Wayang diyakini sebagai hari suci yang memiliki kekuatan spiritual, sehingga upacara dilaksanakan untuk memohon keselamatan dan keharmonisan, khususnya dalam bidang kesenian.
4. Upaya Pencegahan Hal Negatif (Ruwatan)
Bagi anak yang lahir pada hari Tumpek Wayang, diadakan upacara ruwatan untuk mencegah gangguan roh jahat atau energi negatif, yang dipercaya bisa memengaruhi anak tersebut.
5. Kesadaran Kolektif Masyarakat
Kegiatan ini juga terlaksana karena kesadaran masyarakat Bali akan pentingnya menjaga keseimbangan antara sekala (dunia nyata) dan niskala (dunia spiritual).