Gambaran Umum
Sejarah Kota Samarinda
Samarinda yang dikenal sebagai kota seperti
saat ini dulunya adalah salah satu wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara
ing Martadipura. Pada abad ke-13 Masehi (tahun 1201–1300), sebelum dikenalnya
nama Samarinda, sudah ada perkampungan penduduk di enam lokasi yaitu Pulau
Atas, Karangasan (Karang Asam), Karamumus (Karang Mumus), Luah Bakung (Loa
Bakung), Sembuyutan (Sambutan) dan Mangkupelas (Mangkupalas). Penyebutan enam
kampung di atas tercantum dalam manuskrip surat Salasilah Raja Kutai
Kartanegara yang ditulis oleh Khatib Muhammad Tahir pada 30 Rabiul
Awal 1265 H (24 Februari 1849 M).
Pada tahun 1565, terjadi migrasi suku
Banjar dari Batang Banyu ke daratan Kalimantan bagian timur. Ketika itu
rombongan Banjar dari Amuntai di bawah pimpinan Aria Manau
dari Kerajaan Kuripan (Hindu) merintis berdirinya Kerajaan
Sadurangas (Pasir Balengkong) di daerah Paser. Selanjutnya
suku Banjar juga menyebar di wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara, yang di
dalamnya meliputi kawasan di daerah yang sekarang disebut Samarinda.
Sejarah bermukimnya suku Banjar di Kalimantan
bagian timur pada masa otoritas Kerajaan Banjar juga dinyatakan oleh
tim peneliti dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1976): “Bermukimnya
suku Banjar di daerah ini untuk pertama kali ialah pada waktu kerajaan Kutai
Kertanegara tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Banjar.” Inilah yang
melatarbelakangi terbentuknya bahasa Banjar sebagai bahasa dominan mayoritas
masyarakat Samarinda di kemudian hari, walaupun telah ada beragam suku yang
datang, seperti Bugis dan Jawa.
Pada tahun 1730, rombongan Bugis Wajo yang
dipimpin La Mohang Daeng Mangkona merantau ke Samarinda. Semula mereka
diizinkan Raja Kutai bermukim di muara Karang Mumus, tetapi dengan pertimbangan
subjektif bahwa kondisi alamnya kurang baik, mereka memilih lokasi di Samarinda
Seberang. Dalam kaitan ini, lokasi di bagian Samarinda Kota sebelum
kedatangan Bugis Wajo, sudah terbentuk permukiman penduduk dengan sebagian
areal perladangan dan persawahan yang pada umumnya dipusatkan di sepanjang tepi
Sungai Karang Mumus dan Karang Asam.
Mengenai nama La Mohang Daeng Mangkona yang
diklaim sebagai pendiri Samarinda Seberang, hal ini kontroversi. Namanya tidak
ditemukan dalam sumber arsip dan literatur kolonial. Namanya juga tidak tercatat
dalam surat perjanjian antara Bugis dan Raja Kutai. Yang tercatat dalam
perjanjian beraksara Arab-Melayu dan penelitian S.W. Tromp (1881) sebagai
pemimpin Bugis adalah Anakhoda Latuji.
Mengenai asal-usul nama Samarinda, tradisi
lisan penduduk Samarinda menyebutkan, asal-usul nama Samarendah
dilatarbelakangi oleh posisi sama rendahnya permukaan Sungai Mahakam dengan
pesisir daratan kota yang membentenginya. Tempo dulu, setiap kali air sungai
pasang, kawasan tepian kota selalu tenggelam. Selanjutnya, tepian Mahakam
mengalami pengurukan/penimbunan berkali-kali hingga kini bertambah 2 meter dari
ketinggian semula.
Oemar Dachlan mengungkapkan, asal kata “sama randah” dari bahasa Banjar karena permukaan tanah yang tetap rendah, tidak bergerak, bukan permukaan sungai yang airnya naik-turun. Ini disebabkan jika patokannya sungai, maka istilahnya adalah “sama tinggi”, bukan “sama rendah”. Sebutan “sama-randah” inilah yang mula-mula disematkan sebagai nama lokasi yang terletak di pinggir sungai Mahakam. Lama-kelamaan nama tersebut berkembang menjadi sebuah lafal yang melodius: “Samarinda”.
Sejarah Sungai Kunjang
Sungai Kunjang adalah salah satu kecamatan di
Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Kecamatan
ini adalah hasil pemekaran dari kecamatan Samarinda Ulu yang disahkan
dan dibentuk pada Januari 1997.
Kecamatan Sungai Kunjang termasuk wilayah yang
banyak didapati pabrik-pabrik plywood serta industri lainnya yang
berukuran besar, sehingga cukup banyak didiami oleh buruh-buruh yang kebanyakan
berasal dari luar Samarinda. Namun, sejak krisis moneter tahun 1998,
pabrik-pabrik kayu lapis ini banyak yang tutup dan terjadi pengangguran massal
pada tahun 1999. Namun, itu tak berlangsung lama karena pembangunan di sektor
lain kembali menggeliat.
Di wilayah ini berdiri
megah masjid yang disebut-sebut terbesar di Indonesia,
yaitu Masjid Islamic Center Samarinda.
Batas wilayah Kecamatan Sungai Kunjang adalah
sebagai berikut:
Utara |
Kecamatan Samarinda
Ulu |
Timur |
Sungai
Mahakam-Samarinda Seberang |
Selatan |
Kecamatan Loa
Janan, Kutai Kartanegara |
Barat |
Kecamatan Loa
Janan, Kutai Kartanegara |
Kelurahan
Dengan luas wilayah 69,03 km2 atau
9,61% dari luas keseluruhan, yang mencakup 7 kelurahan, yaitu:
- Loa Buah
- Loa Bakung
- Karang Asam Ulu
- Karang Asam Ilir
- Teluk Lerong Ulu
- Lok Bahu
- Karang Anyar
KAMPUNG KB "BAKUNG KENCANA" - KELURAHAN LOA
BAKUNG
KECAMATAN SUNGAI KUNJANG - KOTA SAMARINDA
A. Batas dan Luas Wilayah
Kelurahan Loa Bakung memiliki 83 RT di Jalan Jakarta, sedangkan Kampung KB Bakung Kencana berpusat di RT.72 di Jalan Jakarta. Secara tipologi wilayah Kampung KB Bakung Kencana Kelurahan
Loa Bakung dengan luas wilayah 38.049 m², dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut :
Batas Wilayah:
Sebelah Selatan:
Sungai Mahakam
Sebelah Barat:
Kelurahan Loa Buah
Sebelah Timur:
Kelurahan Karang Asam Ulu
Sebelah Utara:
Kelurahan Lok Bahu
Kondisi Geografis
Tipologi : Kerajinan, Industri Kecil, Jasa dan Perdagangan
Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai) : Dataran Sedang wilayah Sungai Mahakam
Potensi dan Sumber Daya
Dalam rangka pelaksaan kegiatan
program pembangunan di wilayah kampung KB khususnya, maka terkait dengan
potensi atau sumber daya baik yang menyangkut sumber daya alam maupun sumber
daya manusia tentunya sangat berpengaruh terhadap kelancaran program
pembangunan. Adapun potensi serta faktor-faktor yang kami maksud disini adalah
:
a. Faktor Pendukung
Untuk mendukung lancarnya
pelaksanaan kegiatan program BANGGAKENCANA dan pembangunan
lainnya di Kampung KB sangat ditentukan oleh adanya faktor pendukung ini,
adapun faktor yang kami maksud adalah faktor-faktor yang terkait dengan
keadaan serta potensi wilayah, sumber daya alam, ataupun manusia, sarana dan
prasarana baik yang menyangkut fisik maupun non fisik yang dapat kami rincikan
sebagai berikut:
1. Adanya
PPKBD dan SUB PPKBD
2. Adanya
data Penduduk dan Keluarga berdasarkan tingkat kesejahteraannya
3. Adanya
PLKB/PKB
4. Adanya
Bidan Desa
5. Adanya
poktan (BKB, BKR, BKL,UPPKS)
6. Adanya
PIK- Remaja
7. Dukungan
Toga dan Toma
8. Adanya
Fasilitas Jalan
9. Dukungan
ADD
10. Adanya
Sekolah (SMA, SMP/MTs, SD dan TK/PAUD)
11. Adanya
Posyandu
12. Kader,
dll
b. Faktor Penghambat
1. Operasional
Kader masih rendah
2. Keterlibatan
para stake holder dalam kegiatan di Kampung KB masih rendah
3. Tingkat
Kesadaran dan Keterampilan Kader yang masih rendah
4. Keterlibatan
para tokoh dalam setiap kegiatan poktan masih kurang
5. Masih
tingginya angka Pra sejahtera dan Sejahtera I
6. Jumlah
penduduk tinggi dengan kualitas rendah
7. Income
perkapita masyarakat masih rendah
8. Kondisi
lingkungan yang masih belum tertata dengan baik
c. Peluang
1. Undang-undang
No 52 Tentang Perkembangan Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga
2. Agenda
Prioritas Pembangunan Nasional (Nawacita) terutama Nawacita ke-3 yaitu membangun masyarakat dari wilayah pinggiran
3. Sikap
dan sifat gotong royong yang masih tertanam kuat
d. Tantangan
1. Pemahaman
para tokoh yang ada tentang BANGGAKENCANA masih rendah
sehingga seringkali menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program
2. Minimnya
bantuan dana dan peran Instansi KB untuk pengembangan fisik maupun non fisik di
Kampung KB
3. Masih
ada sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa Kampung KB dianggap milik BKKBN
saja sehingga agak sulit untuk diajak aktif setiap kegiatan berpartisipasi.
Visi, Misi dan Slogan Pengurus Kampung KB Bakung Kencana:
a. Visi
Adapun visi dari
kampung KB Bakung Kencana adalah "Terwujudnya Kampung KB dengan Keluarga
yang berkualitas melalui Program BANGGAKENCANA"
Adapun makna yang
terkandung dalam Visi ini adalah
Keluarga, dalam
arti unit terkecil dalam masyarakat
Berkualitas, dalam
arti bahwa dalam mempersiapkan kehidupan berkeluarga secara utuh dan terencana
yang meliputi aspek : Keagamaan, Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, Sosial budaya
serta Psikologi.
b. Misi
Untuk mewujudkan
visi yang telah ditetapkan maka dirumuskan suatu misi sebagai berikut :
1. Membentuk
kepengurusan Kampung KB yang dikukuhkan dengan keputusan
2. Menyiapkan sasaran
pembinaan yang terdiri dari Para keluarga yang mempunyai anak Balita,
Remaja, dan Lansia serta PIK Remaja dan Kelompok Kegiatan lainnya
3. Menyiapkan Metode
dan Materi Pembinaan serta Penyuluhan kepada sasaran
4. Melaksanakan
pembinaan sesuai dengan metode dan materi yang sudah dipersiapkan, antara
lain :
o Melaksanakan
penyuluhan, penerangan dan motivasi
o Melaksanakan
Pertemuan- Pertemuan
o Melaksanakan
Pelatihan-Pelatihan (life skill)
o Melaksanakan
Pendidikan, kursus kepada keluarga sasaran dll
5. Menyelenggarakan
kegiatan administrantif dan dokumentasi
6. Melaksanakan
kegiatan fasilitas terhadap program kegiatan di Kampung KB
7. Melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap berbagai program yang telah dilaksanakan
di Kampung KB.
c. Slogan Pengurus Kampung KB
"KAMI CIPTAKAN KELUARGA BERKUALITAS, DENGAN HATI DAN CINTA MELALUI PROGRAM BANGGA KENCANA"
Statistik Kampung
Jumlah Jiwa 20593
Jumlah Kepala Keluarga 6130
Jumlah PUS 3286
Keluarga yang Memiliki Balita 911
Keluarga yang Memiliki Remaja 3451
Keluarga yang Memiliki Lansia 1407
Jumlah Remaja 5648
Total
2317Total 969
Status Badan Pengurus

Sarana dan Prasarana

BKB
Bina Keluarga Balita (BKB)
Ada

BKR
Bina Keluarga Remaja (BKR)
Ada

BKL
Bina Keluarga Lansia (BKL)
Ada

UPPKA
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
Ada

PIK R
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)
Ada

Sekretariat KKB
Sekretariat Kampung KB
Ada

Rumah Dataku
Rumah Data Kependudukan Kampung KB
Ada
Dukungan Terhadap Kampung KB
Sumber Dana |
Ya,
APBN APBD Dana Desa Donasi/ Hibah Masyarakat Perusahaan (CSR) Swadaya Masyarakat |
Kepengurusan/pokja KKB | Ada |
SK pokja KKB | Ada |
PLKB/PKB sebagai pendamping dan pengarah kegiatan |
Ada,
Danar Ardy Purbono, SKM 199005252022211008 |
Regulasi dari pemerintah daerah |
Ada,
SK Kecamatan tentang Kampung KB SK Kepala Desa/Lurah tentang Kampung KB |
Pelatihan sosialisasi bagi Pokja KKB | Ada |
Jumlah anggota pokja yang sudah terlatih/tersosialisasi pengelolaan KKB |
3 orang pokja terlatih dari 11 orang total pokja |
Rencana Kegiatan Masyarakat | Ya |
Penggunaan data dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan |
Ya,
PK dan Pemutahiran Data Data Rutin BKKBN Potensi Desa Data Sektoral |
Mekanisme Operasional
Rapat perencanaan kegiatan | Ada, Frekuensi: Bulanan |
Rapat koordinasi dengan dinas/instansi terkait pendukung kegiatan | Ada, Frekuensi: Bulanan |
Sosialisasi Kegiatan | Ada, Frekuensi: Bulanan |
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan | Ada, Frekuensi: Bulanan |
Penyusunan Laporan | Ada, Frekuensi: Bulanan |