Kolaborasi Sekeha Gong Banjar Umopoh Dengan Sekeha Gong Banjar Tegal Abiansemal

Desa Penarungan
Dipublikasi pada 07 December 2018

Deskripsi

Penarungan (7/12/2018)

Ngunya adalah Ritual untuk menetralisir hal jahat yang ada di wilayah desa lokal yang mana berdasarkan tattwa yaitu pelaksanaan ngunya tersebut yang berasal dari salah satu kitab suci agama Hindu, yaitu Siwa Gama, yang dinamakan untuk melawan hal yang jahat. Kamis (06/12) kemarin, Sekeha gong Banjar Umopoh dimintai untuk ngayah megambel ngiring tapakan di desa Abiansemal. Sekeha gong dan warga yang ikut ngiring berkumpul di banjar pukul 16.00 wita untuk menyiapkan alat - alat tabuh yang akan di bawa untuk ngiring. Pukul 17.00 wita semua warga berkumpul di Pura Dalem Abiansemal.

Upacara yadnya yang dilakukan kemarin sangat menarik dari upacara Ngunya sebelumnya, karena sekeha gong Banjar Umopoh berkolaborasi dengan Banjar Tegal, Abiansemal. Kolaborasi ini mengambil konsep Adi Merdangga. Dimana Adi Merdangga adalah sebuah konsep gamelan baru yang merupakan pengembangan dari Beleganjur, gamelan pengiring prosesi tradisional yang biasa dimainkan sambil berjalan. 

Adi Merdangga (Adi= Besar, Merdangga= Kendang), karena di dalam barungan ini dipergunakan puluhan kendang, suatu kebiasaan yang tidak pernah terjadi di dalam barungan gamelan Bali manapun.Inilah yang membuat upacara kemarin sangat menarik,selain orang dewasa, anak-anak yang masih sekolah dasar pun juga ikut ngayah megambel dalam upacara yadnya kemarin dan tidak tanggung - tanggung anak- anak yang masih berstatus sekolah dasar ini mengambil alat tabuh kendang. Ini menandakan masih adanya minat generasi muda untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan Bali khususnya dalam bidang musik. Teknik permainan Adi Merdangga masih tetap mempertahankan pola-pola kakilitan cengceng, reyong dan kendang, seperti yang terdapat dalam Beleganjur. Komposisi musik yang dimainkan masih berkisar pada tabuh gagilakan dalam tempo cepat dan pelan. Jumlah penabuh sekeha Banjar Umopoh dan Banjar Tegal ( Pohtegal ) adalah 34 orang dimana penabuh cengceng berjumlah 17 orang, 8 orang yang memainkan kendang , 4 riong , 2 kajar, dan 3 di bagian gong.

Ritual ini selain memohon keselamatan untuk seluruh makhluk hidup kepada Tuhan Yang Maha Esa, ritual ini juga dapat mempererat tali persaudaraan antar banjar maupun antar desa. (003/KIMPNR)

Sesi Kegiatan Keagamaan

Instansi Pembina Kegiatan

Tidak ada

Sasaran Kegiatan

Tidak ada