Gambaran Umum
Desa Jalajja merupakan salah satu Desa dari 18 desa yang ada di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur. Desa Jalajja terdiri atas 6 (enam) Dusun dan 12 (dua belas) Rukun Tetangga (RT) yaitu :
1. Dusun Tambaga 2 RT
2. Dusun Senggeni 2 RT
3. Dusun Saulu 2 RT
4. Dusun Mabasi 2 RT
5. Dusun Lane 2 RT
6. Dusun Bosso Batu 2 RT
Pada jaman Kolonial Belanda, Desa Jalajja merupakan salah satu basis pertahanan sekaligus pusat pemerintahan yang didirikan oleh Maruangin Ambe Ma’a. Ambe Ma’a adalah tokoh pemberani dan tegas, lalu beliau diberi gelar Balailo (salah satu gelar pemerintahan adat jaman dahulu).
Pada tahun 1902 Maruangin Ambe Ma’a mendengar berita tentang ancaman ekspansi penjajahan oleh Kolonial Belanda, maka beliau membangun sebuah Benteng yang terbuat dari susunan batu kali dan tanah serta dilengkapi dengan 3 buah Meriam buatan Portugis. Di bagian luar Benteng terdapat galian parit yang didasarnya ditancapkan bambu-bambu yang telah diruncingkan, tujuan dari parit tersebut adalah untuk menghambat pergerakan musuh. Letak Benteng berada di pinggiran Sungai Senggeni ± 300 meter dari Kantor Desa Jalajja dengan Luas 10.000 m².
Dinamai Jalajja, karena di dalam Benteng tersebut terdapat rumah yang dindingnya dihiasi dengan Salassa/Jalajja (sejenis anyaman yang terbuat dari bambu, motifnya seperti walasuji), rumah tersebut merupakan tempat berkumpulnya pemuka-pemuka masyarakat.
Namun dalam usaha mempertahankan tanah leluhurnya pada saat itu, kekuatan penjajah Kolonial Belanda lebih besar. Maka Maroangin Ambe Ma’a melarikan diri ke Pegunungan Buttu Tallang, namun penjajah Belanda tetap mencarinya karena masih dianggap orang yang berbahaya, pada akhirnya beliau ditawan dan diasingkan oleh Belanda bersama pejuang lainnya ke Pulau Jawa sehingga masyarakat menyebut Balailo Ri Pali atau Balailo yang dibuang (diasingkan).
Berselang beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1909 beberapa pengikut setianya dikembalikan ke tanah Luwu dan pulang ke Jalajja membawa kain Passappu (kain ikat kepala) milik Balailo Ambe Ma’a. Dengan dikirimnya kain Passappu ke Jalajja maka itu merupakan pesan orang-orang Jalajja bahwa beliau telah gugur di tanah tempat beliau diasingkan. Kain Passappu tersebut dikuburkan sebagai simbol pengganti jasad dan batu nisannya berbentuk persegi dengan tinggi kurang lebih 1 meter yang terbuat dari batu walenrangnge. Kuburan tersebut sampai sekarang dikenal sebagai kuburan Balailo Ripali dekat dengan Benteng Jalajja.
Pada awal zaman Orde Baru tahun 1967, sesuai dengan peraturan pemerintah yang menghendaki adanya keseragaman administrasi pemerintah, maka kampung Lambarese Bugis dijadikan sebagai ibu kota Desa Jalajja yang terdiri dari :
1. Dusun Bambalu
2. Dusun Kampung Baru Pamona
3. Dusun Kampung Baru Bugis
4. Dusun Lambarese Bugis
5. Dusun Lambarese Pamona
6. Dusun Mabonta
Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan akibat kentalnya nama dari sebuah kampung dengan etnis penduduknya. Pada tahun 1968 Kepala Desa Jalajja merubah nama Kampung Baru Pamona menjadi Kampung Lumbewe dan Kampung Baru Bugis menjadi Kampung Baru (sekarang Dusun Mabasi). Kampung Lambarese Bugis menjadi Kampung Lambarese dan Lambarese Pamona menjadi Kampung Majaleje.
Desa Jalajja merupakan induk dari hasil pemekaran beberapa Desa antara lain : Desa Lambarese (dimekarkan Tahun 1985/1986), Desa Lumbewe (dimekarkan Tahun 1990), Desa Cendana (dimekarkan Tahun 1993), Desa Benteng, Desa Mabonta dan Desa Kalatiri.
Sejak terbentuk Desa Jalajja selalu melakukan proses pergantian Kepala Desa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berikut pergantian Kepala Desa Jalajja :
1. Tahun 1965 - 1967 Kepala Desa pertama dijabat oleh Abd. Jabbar. DM
2. Tahun 1967 – 1977 Kepala Desa dijabat oleh Andi Mappasabbi.
3. Tahun 1977 Kepala Desa dijabat oleh Abd. Jabbar. DM. dan mengundurkan diri pada Tahun 1980.
4. Tahun 1980 – 1993 Kepala Desa dijabat oleh Somba Rony.
5. Tahun 1993 - 1997 Andi Mappisabbi mengundurkan diri dari jabatannya dan digantikan oleh H. Samsuddin (Pejabat Kecamatan Wotu).
6. Tahun 1997 – 2002 Kepala Desa dijabat oleh Abd. Muin Lambo.
7. Tahun 2002 – 2013 Kepala Desa dijabat oleh Muh. Iqbal Samad.
8. Tahun 2013 - 2014 Muh. Iqbal Samad mengundurkan diri karena mendaftar sebagai calon legislatif dan dijabat sementara oleh Jamaluddin.
9. Tahun 2014 – 2020 Kepala Desa dijabat oleh Sairul Sira, S.AN.10. Tahun 2020 – sekarang Kepala Desa kembali dijabat oleh Muh. Iqbal Samad.
Statistik Kampung
Jumlah Jiwa 3569
Jumlah Kepala Keluarga 1146
Jumlah PUS 629
Keluarga yang Memiliki Balita 304
Keluarga yang Memiliki Remaja 412
Keluarga yang Memiliki Lansia 167
Jumlah Remaja 1049
Total
0Total 0
Status Badan Pengurus

Sarana dan Prasarana

BKB
Bina Keluarga Balita (BKB)
Ada

BKR
Bina Keluarga Remaja (BKR)
Ada

BKL
Bina Keluarga Lansia (BKL)
Ada

UPPKA
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
Ada

PIK R
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)
Ada

Sekretariat KKB
Sekretariat Kampung KB
Ada

Rumah Dataku
Rumah Data Kependudukan Kampung KB
Tidak Ada
Dukungan Terhadap Kampung KB
Sumber Dana |
Ya,
APBN APBD Dana Desa |
Kepengurusan/pokja KKB | Ada |
SK pokja KKB | Ada |
PLKB/PKB sebagai pendamping dan pengarah kegiatan |
Ada,
NURMIATI 196906202014102001 |
Regulasi dari pemerintah daerah |
Ada,
SK Kepala Desa/Lurah tentang Kampung KB |
Pelatihan sosialisasi bagi Pokja KKB | Tidak Ada |
Jumlah anggota pokja yang sudah terlatih/tersosialisasi pengelolaan KKB |
0 orang pokja terlatih dari 22 orang total pokja |
Rencana Kegiatan Masyarakat | Ya |
Penggunaan data dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan |
Ya,
PK dan Pemutahiran Data Data Rutin BKKBN Potensi Desa Lainnya |
Mekanisme Operasional
Rapat perencanaan kegiatan | Ada, Frekuensi: Bulanan |
Rapat koordinasi dengan dinas/instansi terkait pendukung kegiatan | Ada, Frekuensi: Triwulan |
Sosialisasi Kegiatan | Ada, Frekuensi: Bulanan |
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan | Ada, Frekuensi: Bulanan |
Penyusunan Laporan | Ada, Frekuensi: Bulanan |