Pembinaan Poktan BKR Kelurahan Tanjung Pauh

TANJUNG PAUH
Dipublikasi pada 15 October 2024

Deskripsi

Keluarga merupakan sarana belajar awal dan utama bagi setiap remaja. Pola asuhan orang tua mempengaruhi perkembangan karakter remaja.  Menurut Nurani (2004) pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif dan positif. Pola asuh yang benar bisa ditempuh dengan memberikan perhatian yang penuh serta kasih sayang pada anak dan memberinya waktu yang cukup untuk menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga. Sementara pola asuh menurut Baumrind (dalam Papalia, 2008) orang tua tidak boleh menghukum anak, tetapi sebagai gantinya orang tua harus mengembangkan aturan-aturan bagi anak dan mencurahkan kasih sayang kepada anak. Orang tua adalah pemegang kendali utama tanggung jawab atas proses pembentukan karakter remaja kearah yang negatif.  Bina Keluarga Remaja (BKR) adalah kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok keluarga/orangtua untuk meningkatkan bimbingan/pembinaan tumbuh kembang remaja secara baik dan terarah dalam rangka membangun keluarga yang berkualitas.

a) Adapun peserta yang hadir adalah sebanyak 25 orang dari sasaran poktan BKR yaitu orangtua yang memiliki remaja serta kader BKR Kampung Keluarga Berkualitas Kelurahan Tanjung Pauh.

b) Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peserta mengenai pengasuhan pada masa remaja serta mengenal berbagai bentuk kenakalan remaja.

c) PKB Penyelenggara menjelaskan kategori remaja berdasarkan WHO dan UNFPA, masa transisi remaja dan kecenderungan pergaulan remaja termasuk berbagai jenis kenakalan remaja yang terjadi.  

d) Sambil menjelaskan materi, diskusi juga dilakukan sesuai dengan materi yang disampaikan. Berbagai pertanyaan disamaikan peserta seperti kapan pendidikan seksual sebaiknya disampaikan pada remaja. PKB melemparkan pertanyaan tersebut ke forum agar dapat dijawab berdasarkan pengalaman oleh peserta, sehingga terjadi proses saling belajar antar peserta. Salahsatu peserta (Bu Atik) menjawab untuk pendidikan seksual sebaiknya dari awal anak sudah diajarkan, sebagai laki-laki bagaimana sebagai perempuan bagaimana, termasuk kebersihannya, menjaga organ tubuhnya, jadi pembiasaan dari kecil sehingga sudah menjadi kebiasaan baik hingga dia besar. PKB mengapresiasi jawaban dari peserta dan menambahkan contoh kecil pendidikan seksual pada usia dini yaitu membiasakan penyebutan organ reproduksi dengan bahasa yang benar sesuai ilmu biologi yaitu vagina, penis, payudara, bokong, mulut, lidah dll. Disesuaikan dengan bahasa biologi agar tidak terjadi penurunan nilai organ tubuh manusia dari penggunaan bahasa, dari sana harapannya nilai dari organ tubuh terjada sehingga si anak juga dapat menjaga organ tubuhnya, selanjutnya mengenalkan organ tubuh tersebut dan siapa saja yang boleh memegang dan tidak memegang tubuh, ini agar anak tahu batasan dan menjaga dirinya. Ini hal sederhana yang memudahkan nanti mendidik anak perihak kesehatan reproduksi termasuk pencegahan pelecehan seksual. Selanjutnya ketika anak sudah mulai memasuki fase remaja terjadi perubahan baik dari perempuan dengan menstruasi dan perubahan fisiknya maupun laki-laki yang mengalami mimpi basah dan perubahan fisiknya, orangtua harus berperan menjelaskan itu. Cari waktu yang tepat menjelaskannya dengan suasana yang nyaman. Sebaiknya bagi peran, ibu memang menjelaskan hal tersebut ke anak perempuan dan ayah ke anak laki-lakinya dikarenakan orangtua sudah pernah mengalami dan lebih paham, disini peran ayah dalam pengasuhan juga dibutuhkan.

e) Selanjutnya peserta menanyakan bagaimana caranya berkomunikasi dengan remaja yang sibuk sekali dengan hp nya, kadang membuat kita emosi. Salahsatu peserta menjawab dengan membuat aturan kapan hp bisa digunakan kapan tidak. PKB menambahkan peraturan tersebut sangat membantu untuk menjaga komunikasi keluarga dan PKB meminta orangtua juga untuk bisa sama-sama meletakkan hp masing-masing ketika kumpul keluarga dan dengarkan anak bercerita. Dengan mencontohkan harapannya anak dapat melihat prilaku baik dari orangtua, dan dapat menghargai interaksi keluarga. Ini memerlukan proses dan komitmen di keluarga tersebut.

f) PKB menutup kegiatan. 

Sesi Kegiatan Reproduksi

Instansi Pembina Kegiatan

Sasaran Kegiatan