Gambaran Umum


Gambaran Umum Kampung KB Timbulsloko Berkualitas, Desa Timbulsloko

Pemerintah menerbitkan Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 3 Tahun 2022 tentang Optimalisasi Penyelenggaraan Kampung Keluarga Berkualitas. Inpres Nomor 3 Tahun 2022 ini diterbitkan dengan tujuan  untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memberdayakan serta memperkuat institusi keluarga melalui optimalisasi penyelenggarakan Kampung Keluarga Berkualitas di setiap desa/kelurahan. Inpres ini memberikan amanah kepada 13 Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan dan mengambil langkah-langkah secara terkoordinasi dan terintegrasi sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing untuk meningkatkan kualitas keluarga dalam rangka mengoptimalkan penyelenggaraan Kampung Keluarga Berkualitas melalui Penyediaan data keluarga dan dokumen kependudukan; Perubahan perilaku keluarga; Peningkatan cakupan layanan dan rujukan pada keluarga; dan Penataan lingkungan keluarga. Melalui tindak lanjut dari Inpres ini, diharapkan mampu menghasilkan keluarga berkualitas dengan karakteristik keluarga yang tenteram, mandiri dan bahagia yang pada akhirnya berkontribusi pada pembangunan negara secara luas. 

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyatakan bahwa posisi keluarga dalam sebuah negara menempati posisi paling strategis. Bahkan, dapat disebutkan bahwa stabilitas suatu negara ditentukan oleh keluarga. Karenanya upaya untuk mewujudkan dan mempertahankan keluarga yang berkualitas sangat penting. Namun tentunya hal tersebut memerlukan intervensi dari semua pihak, dari Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah sampai lingkup Desa, serta dari keluarga itu sendiri.

Sebagai tindak lanjut dari Inpres No.3 Tahun 2022 tentang Optimalisasi Penyelenggaraan Kampung Keluarga Berkualitas, maka pada tanggal 27 Maret 2023 dicanangkanlah Kampung KB Timbulsloko Berkualitas melalui SK Kepala Desa Timbulsloko Tahun 2023. Berdasarkan data BPS tahun 2022, Desa Timbulsloko memiliki luas wilayah 4,61 km2, dengan batas- batas wilayah sebagai berikut:

·       Utara   = Surodadi

·       Selatan= Sidogemah

·       Barat    = Bedono

·       Timur   = Tugu

Wilayah Desa Timbulsloko terbagi menjadi 7 RW/ 27 RT. 

Timbulsloko jadi salah satu desa yang mengalami banjir rob terparah di pesisir Demak. Desa ini memiliki empat pedukuhan, yaitu Bogorame, Timbulsloko, Wonorejo, dan Karanggeneng. Desa Timbulsloko merupakan sebuah desa yang ada di pesisir Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Desa di Kecamatan Sayung ini memiliki garis pantai sepanjang 4,5 kilometer. Kondisi permukiman di Desa Timbulsloko memang tidak biasa karena terdampak rob yang cukup parah. Bahkan Desa Timbulsloko disebut nampak layaknya sebuah permukiman yang tengah dikepung air laut. Dilansir dari Kompas.com, abrasi yang mengikis garis pantai Kabupaten Demak sekitar tahun 1995 berdampak pada peralihan fungsi lahan. Lahan yang awalnya merupakan areal pertanian produktif berangsur menjadi tambak ikan dan sebagian kini telah menjadi perairan.. Hal ini terjadi akibat kenaikan permukaan air laut disertai penurunan permukaan tanah mencapai sekitar 10 cm per tahun.

Dilansir dari laman Kompas.id, kondisi yang terjadi di Desa Timbulsloko dimulai ketika rob pertama kali terjadi di lingkungan tersebut pada sekitar tahun 2012. Saat itu, rob hanya datang di waktu-waktu tertentu dengan ketinggian 5-10 cm, namun akan surut dalam hitungan jam. Namun seiring berjalannya waktu, rob semakin parah dan ketinggian air mulai menyentuh angka puluhan centimeter, bahkan menyentuh angka 1 meter. Banjir rob di Desa Timbulsloko juga datang setiap waktu, dan sejak saat itu tidak pernah surut. Pada bulan Maret 2023, ketinggian rob yang menggenangi Desa Timbulsloko sudah mencapai sekitar 1,5 meter. Bahkan ketika air tengah pasang, ketinggian air di lokasi tersebut dapat mencapai lebih dari 2 meter.

Berdasarkan informasi dari Kepala Desa Timbulsloko H. Nadhiri, di Desa Timbulsloko saat ini terdapat 144 KK yang tercatat, namun yang aktif berdomisili tinggal 98 KK. Sebagai salah satu wilayah yang harus bertahan dan berjuang menghadapi “gempuran” rob dan abrasi air laut, Desa Timbulsloko berhasil mengangkat  potensi wilayahnya yakni menjadi Juara III Nasional Desa Pesisir Tangguh. Tiada hari tanpa kunjungan dari dinas maupun swasta, untuk melakukan penelitian, studi banding/tiru penanganan abrasi, maupun monitoring dan inventarisir langsung kebutuhan- kebutuhan mendesak di Desa Timbulsloko. Bersyukur sejumlah bantuan pun diterima oleh Desa ini, yang terbaru yaitu Pembangunan hybrid engeneering dan pemecah ombak.  

Adapun prestasi terkini, yaitu Komunitas Peduli Sungai (KPS) Barokah Timbulsloko berhasil menjadi Juara II Nasional dalam Lomba Peduli Sungai mewakili Provinsi Jawa Tengah. Bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, KPS Barokah Timbulsloko menerima penghargaan tersebut dalam event "10th World Water Forum" yang digelar di Bali pada 19 - 25 Mei 2024. Dalam kesempatan ini, berbagai varian produk olahan mangrove dan ekosistemnya khas Desa Timbulsloko turut dipamerkan di Expo UMKM yang berlangsung selama tujuh hari. 

Sementara itu, kesadaran akan kondisi ekstreem di wilayahnya yang tak mungkin ditangani secara mandiri, Kepala Desa Timbulsloko juga pro aktif berkomunikasi dengan Dinas- dinas terkait di Kabupaten Demak untuk gotong-royong “menyelamatkan” dan membangun kembali desa dengan kondisi yang ada saat ini. Tak berhenti di tingkat kabupaten, H.Nadhiri juga terus turut berkomunikasi dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo perihal bantuan untuk penanganan rob di wilayahnya. Hasilnya bantuan sebesar 5 Milyar rupiah pun digelontorkan untuk tahap awal pembangunan sabuk Pantai yang telah dibangun sepanjang 900 meter dengan lebar jalan cor seluas 7 meter. Untuk program penyelamatan selanjutnya yaitu pembangunan sabuk laut yang diharapkan tak hanya bermanfaat bagi Desa Timbulsloko saja, tapi juga turut menyelamatkan Desa Surodadi dan Tugu. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga telah memberikan bantuan perahu sebagai moda transportasi khususnya bagi anak-anak sekolah.

Warga Timbulsloko juga segera beradaptasi dengan kondisi genangan rob di wilayahnya, dengan menjadikan wisata pemancingan sebagai salah satu potensi desa, serta menjadi pengumpul rumput laut yang tumbuh alami di genangan air rob.  Selain itu, warga yang rumahnya saat ini telah berubah menjadi rumah panggung di tengah laut pun mampu mengubah musibah menjadi rupiah, yaitu dengan memasang perangkap kepiting di depan rumahnya. Dari aktivitas ini, hasil yang didapatkan lumayan untuk menambah pendapatan keluarga. Dimana satu kilogram kepiting kecil dapat dijual seharga Rp60.000, berisi enam sampai tujuh kepiting. Untuk satu kilogram berisi satu atau dua kepiting besar dihargai Rp120.000. Jika beruntung, ada saja kepiting bertelur yang masuk ke perangkap dengan harga bisa mencapai Rp 200.000 per kilogram.

Kondisi Rob Semakin Parah

40 tahun lalu Dukuh Timbulsloko masih di kelilingi sawah. Catatan yang dimiliki kantor desa, sawah terakhir di Timbulsloko pada 2016. Kini, air laut bahkan mengepung perkampungan yang berjarak sekitar tiga kilometer dari awal garis pantai. Kala itu, jalan depan rumah masih bisa dilalui kendaraan roda empat. Kini hanya bisa dilalui sampan. Saat rob surut, tinggi air selutut. Sepeda motor jarang yang berani melintas karena licin dan bisa sebabkan mati mesin. Kondisi itu, membuat upaya menguruk jalan, atau meninggikan rumah menjadi amat mahal. Anggaran bisa membengkak hingga empat kali lipat dibanding membangun di lahan kering dengan akses mudah untuk pengiriman material karena langsir material bangunan menggunakan perahu.

Bogorame dan Wonorejo, adalah dusun paling dekat dengan laut Jawa yang merasakan dampak rob. Bogorame, pada 1980 separuh luas desa adalah persawahan, 10 tahun kemudian lahan padi di dukuh ini berubah menjadi tambak. Tambakpun rusak karena abrasi yang hanya menyisakan sedikit tanah kering untuk permukiman di tengah-tengah dukuh. Begitupun Timbulsloko, yang diapit dua sungai, persawahan yang berubah menjadi tambak akhirnya ludes terendam rob. Rob juga menenggelamkan infrastruktur jalan yang menghubungkan dukuh ini dengan dukuh lain. Kala rob tinggi, warga terpaksa menggunakan perahu untuk keluar masuk permukiman. Sepeda motor milik warga harus mereka titipkan di luar dukuh. Dukuh Timbulsloko juga terputus dengan dukuh lain yang membuat kawasan ini terkepung air laut.

Dukuh Karanggeneng, merupakan lokasi sedikit terdampak karena posisi paling jauh dari garis pantai. Balai desa dan kantor Desa Timbulsloko juga ada di wilayah ini. Dampak abrasi dan rob, selain jalan dan jembatan rusak, puluhan rumah di Dusun Bogorame dan Wonorejo, hilang. Di Dusun Timbulsloko, beberapa rumah kosong ditinggal penghuni karena tidak lagi layak huni. Sebelumnya, ada banyak vegetasi mangrove di sepanjang pantai Timbulsloko. Mangrove mampu menahan abrasi, dan membangun struktur alami sedimen di bibir pantai. Terpikat keuntungan besar dari tambak, mangrove pun ditebangi. Akibatnya, perlahan arus laut mengikis pesisir pantai Timbulsloko, dan makin hari makin menjorok ke wilayah daratan.

Mulai Berbenah

Desa Timbulsloko mulai berbenah.  Kini, mereka punya peraturan desa yang melarang siapapun menebang mangrove. Ada kawasan perlindungan pesisir di dekat pantai yang dibagi menjadi area mangrove, rehabilitasi, larang tangkap, dan tangkap terbatas. Tujuannya, untuk melindungi pesisir dari ancaman kerusakan dan demi keselamatan permukiman warga. Masyarakat mulai mengenai budidaya perikanan berkelanjutan. Sanksi bagi siapapun yang menebang mangrove adalah menanam 100 bibit mangrove selain membayar denda.

Timbulsloko pun ditetapkan sebagai lokasi program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pada 2013, bekerja sama dengan Wetlands Internastional, mereka membangun struktur hybrid engineering di Bogorame dan Wonorejo. Struktur meniru perakaran mangrove untuk menangkap sedimen hingga suatu saat setelah terkumpul bisa ditumbuhi mangrove secara alami.

Struktur ini dianggap memberikan hasil terbaik dibanding alat pemecah ombak (APO), dan tanggul laut (sea wall), karena mampu menahan abrasi dan menangkap sedimen mengikuti dinamika pasang surut air laut.

Warga juga membangun jembatan. Jembatan baru terbuat dari bilah kayu selebar satu meter dan sepanjang 1,5 kilometer ini  mengubah suasana Dukuh Timbulsloko. Jalan itu mengembalikan “atmosfer” kampung Timbulsloko yang lama hilang, saat masih berupa tanah kering, puluhan tahun lalu. Belakangan, untuk pembangunan jembatan yang mulai Februari itu juga didukung Baznas baik pusat maupun Jawa Tengah, akhirnya jembatan kayu bisa terwujud.

Pindah rumah menjadi pilihan terakhir bagi sebagian besar warga Dukuh Timbulsloko ini. Bagi yang bertahan, mereka beralasan karena dukuh ini tempat kelahiran mereka. Selain itu, perlu biaya tidak sedikit, mereka tidak ingin menemui ketidakpastian baru. Warga beradaptasi dengan cara meninggikan lantai rumah. Warga lokal menyebut pasang gladak, ini membuat lantai baru dengan kerangka kayu. Kalau dihitung, setiap lima tahun sekali warga meninggikan lantai rumah setinggi hampir satu meter. Rata-rata seluruh rumah di Timbulsloko tinggikan lantai dengan cara ini.

Pemerintah memang belum memasukkan rob, dan amblesan tanah sebagai ancaman bahaya yang jadi urusan lembaga penanggulangan bencana, sesuai Undang-undang Penanggulangan Bencana Nomor 24/2007. Dalam bab I Pasal 1, yang termasuk bencana alam adalah gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

# Referensi dan Publikasi:

https://setkab.go.id/inilah-inpres-3-2022-tentang-optimalisasi-penyelenggaraan-kampung-keluarga-berkualitas/

https://www.kemenkopmk.go.id/kick-pelaksanaan-impress-kampung-keluarga-berkualitas

https://demakkab.bps.go.id/publication/2022/09/26/f7d36a6af1704d3fe326deab/kecamatan-sayung-dalam-angka-2022.html

https://regional.kompas.com/read/2023/06/17/071100878/kisah-desa-timbulsloko-di-demak-yang-dikepung-air-laut

https://www.mongabay.co.id/2021/05/14/adaptasi-warga-pesisir-timbulsloko-setelah-kampung-terendam-air-laut/

 

 

 

 

 

Statistik Kampung


Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Jumlah Jiwa
2633
Jumlah Kepala Keluarga
935
Jumlah PUS
631
Persentase Partisipasi Keluarga dalam Poktan (Kelompok Kegiatan)

Keluarga yang Memiliki Balita
194
Keluarga yang Memiliki Remaja
440
Keluarga yang Memiliki Lansia
227
Jumlah Remaja
620
PUS dan Kepesertaan Ber-KB
Total
487
PUS dan ketidaksertaan Ber-KB
Total
144

Status Badan Pengurus


Sarana dan Prasarana


Bina Keluarga Balita (BKB)
BKB

Bina Keluarga Balita (BKB)

Ada

Bina Keluarga Remaja (BKR)
BKR

Bina Keluarga Remaja (BKR)

Ada

Bina Keluarga Lansia (BKL)
BKL

Bina Keluarga Lansia (BKL)

Ada

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
UPPKA

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)

Ada

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)
PIK R

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)

Ada

Sekretariat Kampung KB
Sekretariat KKB

Sekretariat Kampung KB

Ada

Rumah Data Kependudukan Kampung KB
Rumah Dataku

Rumah Data Kependudukan Kampung KB

Ada

Dukungan Terhadap Kampung KB


Sumber Dana Ya,
APBN
APBD
Dana Desa
Kepengurusan/pokja KKB Ada
SK pokja KKB Ada
PLKB/PKB sebagai pendamping dan pengarah kegiatan Ada,
VIRDIAN TRI SULISTYANTO, S.Psi
198311242010011012
Regulasi dari pemerintah daerah Ada,
Surat Keputusan/Instruksi/Surat Edaran dari Gubernur
Surat Keputusan/Instruksi/Surat Edaran dari Bupati/Walikota
SK Kepala Desa/Lurah tentang Kampung KB
Pelatihan sosialisasi bagi Pokja KKB Ada
Jumlah anggota pokja yang sudah terlatih/tersosialisasi pengelolaan KKB 13 orang pokja terlatih
dari 13 orang total pokja
Rencana Kegiatan Masyarakat Ya
Penggunaan data dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan Ya,
PK dan Pemutahiran Data
Potensi Desa

Mekanisme Operasional


Rapat perencanaan kegiatan Ada, Frekuensi: Tahunan
Rapat koordinasi dengan dinas/instansi terkait pendukung kegiatan Ada, Frekuensi: Tahunan
Sosialisasi Kegiatan Ada, Frekuensi: Tahunan
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Ada, Frekuensi: Tahunan
Penyusunan Laporan Ada, Frekuensi: Triwulan