Gambaran Umum
Cikal Bakal Desa Mudung Darat tidak Bisa dipisahkan dengan nama Sriwalan. Sriwalan adalah orang yang berpengaruh dan berwibawa yang berasal dari Kerajaan Mataram II. Sriwalan mempunyai kesaktian dan sangat taqwa dalam menjalankan syariat ISLAM, untuk menghormatinya dipanggil Butut Sriwalan.
Menurut orang-orang tua dahulu bahwa raja Mataram yang terakhir mempunyai 3 putra dan Buyut Sriwalan adalah yang termuda. Setelah raja Mataram meninggal dunia, wilayah Mataram dibagi 2 dengan masing-masing ibukota Yogyakarta dan Surakarta. Putra tertua menduduki tahta di Yogyakarta, putra kedua menduduki menduduki tahta di Surakarta namun masih dalam naungan Sultan Yogyakarta. Buyut Sriwalan tidak mendapat kedudukan, iapun sakit hati dan akhirnya diputuskan melarikan diri dari pulau Jawa. Ia berangkat bersama pengikut yang masih setia padanya. Tujuannya adalah ke Jambe.
Jauh sebelum Buyut Sriwalan datang, nama kerajaan Melayu sudah terkenal diseluruh nusantara. Utusan dari kerajaan Majapahit memberi nama Jambe (bahasa jawa pohon pinang adalah JAMBE) sewaktu mencari kerajaan Melayu pohon pinang banyak tumbuh disepanjang sungai Batanghari.
Setibanya di Jambe, Segera menghadap Sultan Jambe bernama Abdul Rahman. Buyut Sriwalan melporkan maksud dan tujuan kedatangannya. Sultan memberi nasehat dan saran akhirnya tinggal mengabdi di Jambe. Sultan memberi tempat tinggal sementara di Desa Mudung Laut dan diangkat menjadi pejabat/pengetua adat. Buyut Sriwalan rendah hati dan dapat menyesuaikan diri sehingga masyarakat senang bergaul dengannya.
Kerendahannya hati Buyut Sriwalan membuat Sultan memberikan sebidang tanah pemukiman dan pertanian ke arah darat yang tidak jauh dari istana. Ditempat pemukiman baru usaha pertanian tumbuh subur seperti padi gogo, tembakau dan palawija. Buyut Sriwalan juga memelihara ayam, itik, kambing sehingga keluarga Buyut Sriwalan hidup tenteram dan makmur.
Pada suatu hari ia dapat menangkap seekor anak kijang yang banyak berkeliaran disekitar ladang yang masih hutan. Anak kijang itu dipelihara dengan penuh kasih sayang dan akhirnya jinak. Kijang itu dinamakan KIJANG TANDUK MAS sebab tanduknya menguning semacam emas, dan akhirnya oleh masyarakat setempat menyebutnya KIJANGMAS.
Sebagai seorang keturunan raja, Buyut Sriwalan ingin membalas kebaikan Sultan yang memberikan keamanan dan ketentraman karena melindungi dan memberi tempat pemukiman yang layak bagi buyut.
Menurut Sumber cerita, pada bulan ramadhan bersamaan turunnya lailatul kadar, tengah malam Buyut Sriwalan mau sembahyang hajat. Selesai mengambil air wudhu kemudian diambil air sekerubuk, dibawa naik ke pondok, diletakkan di depan menghadap di depan menghadap kiblat lalu bersembahyang hajat dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga permintaannya dikabulkan. Dengan ridho Allah air yang sekerubuk itu berubah menjadi emas.
Setiap bulan di istana Sultan Jambe diadakan pertemuan lengkap dihadiri oleh punggawa teras untuk membahas suatu masalah dalam pemerintahan. Buyut datang menghadap dan menghaturkan sembah dengan membawa emas yang sekerubuk untuk dipersembahkan kepada Sultan. Permohonan Buyut Sriwalan kepada Sultan adalah : bila aga dan digarap, hasilnya dimakan tidak bakal habis sampai ke anak cucu serta dapat diwariskan turun temurun. Sultan berpikir secara bijaksana menjawab: Engkau meminta sebidang tanah yang cukup luas untuk tempat tinggal anak cucumu sampai akhir zaman kelak. Sultan menjawab : Carilah daerah itu ke arah darat dari tempat tinggal sekarang.
Pada suatu malam diadakan musawarah keluarga yang dipimpin oleh Buyut Sriwalan, maksud dan tujuan yaitu mencari tanah yang dijanjikan diberikan oleh Sultan Sewaktu menyerahkan emas sekerubuk ke Sultan.
Pada hari yang telah ditentukan, hari yang dianggap baik untuk bepergian maka disiapkan bekal makanan secukupnya untuk dua minggu. KIJANGMAS ikut dibawa karena diangap sebagai penunjuk jalan. Mereka berperahu menyelusuri anak sungai dan rawa-rawa. Pada saat itu sungai Batanghari banjir dan yang menjadi pedoman tujuan adalah arah ke darat dari tempat tinggal mereka.
Setelah terasa jauh dan masuk anak sungai mereka berhenti dengan tanah sematang tinggi dan terhampar cukup luas serta terlihat subur ditumbuhi hutan belantara. Mereka berlabuh dan para rombongan meneliti dan menjelajah seberapa luas tanah itu. Kemudian diadakan pertemuan kilat dan dari musyawarah itu diputuskan bahwa tanah sematang yang baru ditemukan sangat cocok dibuat perkampungan karena memenuhi persyaratan berdasarkan pengalaman dari bumi MATARAM:
Arah kesebelah laut rawa dan cocok untuk persawahan
Arah kebelah darat sematang tinggi cukup luas dan cocok untuk perkampungan dan berladang
Adanya anak sungai dan lubuk yang cukup luas dan dalam sehingga menghasilkan ikan sepanjang masa.
Mulailah para rombongan diperintahkan membabat dan menebang hutan. Masing-masing diberi tugas. Tumbuh-tumbuhan yang menguntungkan tidak boleh ditebang seperti pohon petai, kecapi, durian hutan, pohon enau, kemiri dan lain-lain.
Setelah persiapan sementara dianggap sudah memadai maka secara berangsur-angsur keluarga yang tinggal ditepi danau mudung dipindahkan ketempat baru dan KIJANGMAS peliharaannya dilepas agar mencari makan sepuasnya.
Ditempat pemukiman baru ini semua yang ditanam tumbuh dengan subur seperti padi, jagung, tembakau dan tanaman palawija. Pohon tahun pun mulai ditanam dengan subur seperti pohon enau, kelapa, duku dan durian. Kira-kira 6 bulan usaha pertaniannya mulai memetik hasil dan ternak peliharaannya berkembang biak serta keluarga hidup tenteram dan makmur. Hidup keluarga Buyut Sriwalan aman dan tenteram maka masyarakat lainpun akhirnya bergabung dengan keluarga Buyut.
Tempat pemukiman yang baru ini makin lama bertambah penduduknya dan sudah merupakan kelompok masyarakat yang ramai. Terlintas dalam pemikiran Buyut ingin memberi nama dusun yang baru dibangunnya. Pada suatu pagi Buyut sedang berjalan-jalan mengelilingi ladang para keluarga sambil merenung dan mengingat-ingat perjalanan yang cukup jauh dan banyak mengalami rintangan di masa lalu dan sekarang baru bisa dinikmati. Dalam perenungannya, Buyut melihat KIJANGMAS peliharaannya sedang makan buah PUDUNG. Pudung adalah bunga buah petai. Pemikiran Buyut akhirnya memberi nama kampung itu nama PUDUNG. Lama kelamaan masyarakat menyebutnya MUDUNG.
Teringat asal mua datang dari MATARAM tinggal dan berinduk semang di Kampung MUDUNG LAUT yang terletak di tepi sungai Batanghari, alangkah baik kampung ini diberi nama MUDUNG DARAT karena letaknya arah kesebelah darat sesuai dengan kata pepatah jawa NUNGGAK SEMI tidak menghilangkan asal-usul naluri semula.
Setelah hidup mapan dan tenteram akhirnya Buyut berkeluarga lagi dengan seorang perempuan asli Jambi yang tinggal di kampung tersebut. Dari hasil usaha membangun desa baru itu yang diberi nama desa MUDUNG DARAT, dan buyut Sriwalan diangkat dan dikokohkan sebagai Ketua Adat (Kepala Dusun)
Statistik Kampung
Jumlah Jiwa 1669
Jumlah Kepala Keluarga 573
Jumlah PUS 309
Keluarga yang Memiliki Balita 136
Keluarga yang Memiliki Remaja 313
Keluarga yang Memiliki Lansia 148
Jumlah Remaja 418
Total
291Total 18
Status Badan Pengurus

Sarana dan Prasarana

BKB
Bina Keluarga Balita (BKB)
Ada

BKR
Bina Keluarga Remaja (BKR)
Ada

BKL
Bina Keluarga Lansia (BKL)
Ada

UPPKA
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
Ada

PIK R
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)
Ada

Sekretariat KKB
Sekretariat Kampung KB
Ada

Rumah Dataku
Rumah Data Kependudukan Kampung KB
Ada
Dukungan Terhadap Kampung KB
Sumber Dana |
Ya,
APBN APBD Dana Desa Swadaya Masyarakat |
Kepengurusan/pokja KKB | Ada |
SK pokja KKB | Ada |
PLKB/PKB sebagai pendamping dan pengarah kegiatan |
Ada,
Salmah,Am.Keb 199102022022212004 |
Regulasi dari pemerintah daerah |
Ada,
Surat Keputusan/Instruksi/Surat Edaran dari Gubernur Surat Keputusan/Instruksi/Surat Edaran dari Bupati/Walikota SK Kecamatan tentang Kampung KB SK Kepala Desa/Lurah tentang Kampung KB |
Pelatihan sosialisasi bagi Pokja KKB | Ada |
Jumlah anggota pokja yang sudah terlatih/tersosialisasi pengelolaan KKB |
10 orang pokja terlatih dari 33 orang total pokja |
Rencana Kegiatan Masyarakat | Ya |
Penggunaan data dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan |
Ya,
PK dan Pemutahiran Data Data Rutin BKKBN Potensi Desa Data Sektoral |
Mekanisme Operasional
Rapat perencanaan kegiatan | Ada, Frekuensi: Tahunan |
Rapat koordinasi dengan dinas/instansi terkait pendukung kegiatan | Ada, Frekuensi: Triwulan |
Sosialisasi Kegiatan | Ada, Frekuensi: Triwulan |
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan | Ada, Frekuensi: Triwulan |
Penyusunan Laporan | Ada, Frekuensi: Bulanan |