Gambaran Umum


Pada jaman dahulu kala di desa dadapan ada seorang janda yang kehilangan suaminya pada saat terjadi peperangan di kerajaan Lamajang. Janda tersebut terkenal karena kecantikannya. Banyak pembesar kerajaan yang ingin mempersuntingnya bahkan ada pula pendatang asing yang juga ingin sekali mempersuntingnya.

Namun, sang janda yang dikenal dengan nama mbok rondo Dadapan bersikeras tidak ingin menikah lagi karena cintanya kepada sang suami yang sangat mendalam.

Suatu hari, terjadi keributan di desa dadapan yang disebabkan banyaknya pelamar yang datang ingin melamar mbok rondo Dadapan. Kemudian, lurah desa dadapan memanggil para pelamar dan juga mbok rondo dadapan.

“Mbok rondo, sekarang bagaimana keputusanmu siapa yang akan kamu pilih diantara para pelamar ini?” tanya lurah Dadapan.

“Mohon beribu ampun bopo lurah, untuk memutuskan siapa yang akan saya pilih, saya mohon waktu 3 hari lagi” jawab mbok rondo Dadapan.

“Baiklah, akan kuberikan waktu 3 hari lagi. Dan kepada semua pelamar harap menghormati keputusan mbok rondo. Silahkan datang 3 hari Iagi”. Demikian, Lurah memberikan keputusan .

Para pelamar, tidak setuju dengan keputusan tersebut, mereka saling bersahutan ingin keputusan diberikan hari ini juga. Namun, mbok rondo tetap pada keputusannya untuk memberikan jawaban 3 hari lagi. Mbok rondo pun pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, mbok rondo bersemedi memohon kepada Hyang Agung untuk memberikan pertolongan dan keputusan yang tepat, hal apakah yang seharusnya dia lakukan untuk menolak lamaran tetapi tidak menyakiti hati para pelamar.

Wahai Hyang Agung, apakah yang harus hamba lakukan untuk menolak parapelamar agar mereka tidak sakit hati?” Doa mbok rondo dadapan dalam semedinya.

Selama 3 hari 3 malam itulah, mbok rondo Dadapan tidak pernah beranjak dari semedinya. Di hari yang ketiga mbok rondo Dadapan mendapat bisikan untuk  menolak lamaran adalah dengan mengadakan  sayembara.

Di hari ketiga yang telah dijanjikan, kembali berkumpul para pelamar di rumah lurah Dadapan.

“Baiklah, mbok rondo ini sudah tiba hari yang ketiga saatnya engkau menentukan keputusanmu”. Ujar lurah dadapan.

“Mohon beribu ampun bopo lurah, hamba akan memberikan  keputusan”. Jawab mbok rondo dadapan.

“Wahai para pelamar, agar keputusan saya adil, maka hari ini saya akan mengadakan sayembara” Ujar mbok rondo Dadapan.

” Wah, kenapa harus sayembara?”

“Langsung saja berikan keputusanmu”

Sahut menyahut para pelamar menjawab syarat yang diajukan mbok rondo dadapan.

Namun, mbok rondo Dadapan tetap tak bergeming dengan keputusannya.

“Baiklah, sekarang sebutkan sayembara yang akan kau ajukan, hai mbok rondo” perintah lurah Dadapan.

“Barangsiapa yang bisa membuat danau di tengah desa ini dengan air yang berasal dari sungai Semingkir dalam waktu sehari dengan menggunakan guci kecil ini, dialah yang akan menjadi suamiku.” Jawab mbok rondo dadapan.

Banyak para pelamar yang langsung mengundurkan diri mendengar sayembara yang diajukan mbok rondo Dadapan. Namun ada satu peserta yang tetap mengikuti sayembara tersebut yaitu adipati dari kadipaten seberang.

Adipati sabrang secepat kilat mengambil guci di tangan mbok rondo dan  berlari menuju sungai Semingkir dengan kekuatan kanuragan tingkat tinggi. Namun , sampai siang hari, berkali-kali air yang dibawa sang adipati menuju tengah desa terserap begitu saja ke dalam tanah.

Menjelang sore hari, mbok rondo dadapan bertanya kepada sang adipati.

“Bagaimana adipati, apakah kau ingin meneruskan sayembara ini?”. Tanya mbok rondo dadapan

Merasa diremehkan dan gagal dalam sayembara adipati sabrang pun geram kemudian melemparkan guci yang dipegangnya ke sungai Semingkir yang mengalir deras. Ajaib, air yang jatuh dari dalam guci mengalir deras menjadi air terjun yang sekarang diberi nama air terjun Semingkir. Kemudian guci yang menggelinding ditendang ke tengah desa  sampai hancur berkeping-keping. Semburat kepingan guci itu pun meluas sampai ke luar desa, di tempat guci itu semburat kemudian dinamakan desa Gucialit.

Demikianlah akhir sayembara mbok rondo Dadapan tetap menjanda sampai seumur hidupnya.

Diceritakan oleh : Annida Zahirah Shaffa dalam Lomba Dongeng tingkat SD di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lumajang Tahun 2018

Statistik Kampung


Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Jumlah Jiwa
3878
Jumlah Kepala Keluarga
1408
Jumlah PUS
721
Persentase Partisipasi Keluarga dalam Poktan (Kelompok Kegiatan)

Keluarga yang Memiliki Balita
232
Keluarga yang Memiliki Remaja
658
Keluarga yang Memiliki Lansia
510
Jumlah Remaja
782
PUS dan Kepesertaan Ber-KB
Total
639
PUS dan ketidaksertaan Ber-KB
Total
82

Status Badan Pengurus


Sarana dan Prasarana


Bina Keluarga Balita (BKB)
BKB

Bina Keluarga Balita (BKB)

Ada

Bina Keluarga Remaja (BKR)
BKR

Bina Keluarga Remaja (BKR)

Ada

Bina Keluarga Lansia (BKL)
BKL

Bina Keluarga Lansia (BKL)

Ada

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
UPPKA

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)

Tidak Ada

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)
PIK R

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)

Ada

Sekretariat Kampung KB
Sekretariat KKB

Sekretariat Kampung KB

Tidak Ada

Rumah Data Kependudukan Kampung KB
Rumah Dataku

Rumah Data Kependudukan Kampung KB

Ada

Dukungan Terhadap Kampung KB


Sumber Dana Ya,
Swadaya Masyarakat
Kepengurusan/pokja KKB Tidak Ada
SK pokja KKB Tidak Ada
PLKB/PKB sebagai pendamping dan pengarah kegiatan Ada,
WIWIN IKAWATI
198203182010012026
Regulasi dari pemerintah daerah Tidak Ada
Pelatihan sosialisasi bagi Pokja KKB Tidak Ada
Jumlah anggota pokja yang sudah terlatih/tersosialisasi pengelolaan KKB 0 orang pokja terlatih
dari 0 orang total pokja
Rencana Kegiatan Masyarakat Tidak Ada
Penggunaan data dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan Belum Diisi

Mekanisme Operasional


Rapat perencanaan kegiatan Tidak Ada
Rapat koordinasi dengan dinas/instansi terkait pendukung kegiatan Tidak Ada
Sosialisasi Kegiatan Tidak Ada
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Tidak Ada
Penyusunan Laporan Tidak Ada