PENDAMPINGAN KEPADA PUS BADUTA YANG BERISIKO STUNTING
Deskripsi
KEGIATAN PENDAMPINGAN PUS DENGAN BADUTA YANG MASUK KATEGORI KELUARGA BERISIKO STUNTING
Tanggal Pelaksanaan: 5 Maret 2024
Lokasi: Rumah PUS, Desa Talang Padang, Kecamatan Paiker
Sasaran Kegiatan: Pasangan Usia Subur (PUS) dengan Baduta dari keluarga berisiko stunting
Pelaksana: Kader IMP dan Tim Pendamping Keluarga (TPK)
I. Latar Belakang
Stunting masih menjadi isu prioritas dalam pembangunan kesehatan, khususnya di wilayah Kecamatan Paiker. Anak dari keluarga berisiko stunting berpotensi mengalami hambatan dalam tumbuh kembang, baik dari aspek fisik, kognitif, maupun mental. Oleh karena itu, diperlukan upaya intervensi melalui pendampingan secara intensif kepada keluarga berisiko stunting.
Pasangan Usia Subur (PUS) yang memiliki anak di bawah dua tahun (Baduta) dari kategori keluarga berisiko stunting menjadi fokus utama dalam program ini. Melalui pendampingan, diharapkan para orang tua dapat lebih memahami pentingnya gizi, pola asuh, dan pengasuhan berbasis kasih sayang demi mencegah stunting.
Pada tanggal 5 Maret 2024, Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang terdiri dari Kader IMP, Bidan Desa, dan Penyuluh KB, melakukan pendampingan kepada salah satu PUS dengan Baduta di Desa Talang Padang.
II. Tujuan Kegiatan
- Peningkatan Pengetahuan Ibu dan Ayah: Memberikan edukasi kepada PUS mengenai pentingnya asupan gizi seimbang, pola asuh, dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
- Pencegahan Stunting: Membantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi dan stimulasi tumbuh kembang anak secara optimal.
- Peningkatan Kesadaran Keluarga: Memberikan pemahaman kepada orang tua tentang tanda-tanda risiko stunting dan langkah-langkah pencegahannya.
III. Pelaksanaan Kegiatan
1. Persiapan Kegiatan
Sebelum kegiatan pendampingan, Kader IMP dan Tim Pendamping Keluarga (TPK) melakukan koordinasi terkait:
- Pemilihan keluarga sasaran berdasarkan data keluarga berisiko stunting.
- Penentuan materi dan metode pendampingan yang akan digunakan, termasuk media edukasi berupa leaflet dan booklet stunting.
- Pengaturan waktu kunjungan agar sesuai dengan kesediaan keluarga sasaran.
2. Proses Pendampingan
Pada tanggal 5 Maret 2024, tim mendatangi rumah PUS yang memiliki Baduta di Desa Talang Padang. Proses pendampingan dibagi ke dalam beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Identifikasi dan Penggalian Informasi
- Tim melakukan wawancara dengan ibu dan ayah dari keluarga sasaran.
- Dilakukan identifikasi kondisi keluarga, termasuk status sosial ekonomi, pola makan keluarga, kebiasaan makan anak, dan ketersediaan bahan pangan di rumah.
b. Edukasi dan Konseling
- Edukasi Gizi: Tim memberikan edukasi tentang pentingnya konsumsi makanan bergizi seimbang, termasuk makanan yang mengandung protein hewani, vitamin, dan mineral. Ibu didorong untuk memanfaatkan bahan pangan lokal yang tersedia di sekitar rumah, seperti sayuran dari kebun atau protein hewani dari ikan sungai.
- Pola Asuh dan Stimulasi Tumbuh Kembang: Tim menjelaskan kepada orang tua pentingnya pola asuh berbasis kasih sayang, terutama dalam memberikan stimulasi motorik, sensorik, dan kognitif kepada anak. Orang tua diberi contoh cara bermain edukatif yang dapat merangsang kecerdasan anak.
- Peningkatan Kebiasaan PHBS: Tim mengingatkan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan rumah, mencuci tangan sebelum makan, serta memastikan anak tidak bermain di lantai yang kotor.
c. Pengukuran dan Pemantauan
- Pengukuran Berat dan Tinggi Baduta: Tim melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan anak untuk memantau status pertumbuhan. Hasil pengukuran dicatat dalam buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).
- Pemantauan Perkembangan Anak: Tim mengevaluasi perkembangan anak, termasuk kemampuan motorik halus, motorik kasar, bahasa, dan sosial-emosional.
3. Diskusi dan Tanya Jawab
Setelah sesi edukasi dan pemantauan selesai, orang tua diberi kesempatan untuk bertanya. Beberapa pertanyaan dari peserta adalah:
- Apa yang harus dilakukan jika anak tidak mau makan sayur?
Jawaban: Disarankan agar orang tua memberikan variasi jenis sayur dan mengolahnya dalam bentuk yang menarik. Misalnya, membuat sayur dalam bentuk bola-bola atau menggabungkannya dengan makanan favorit anak. - Bagaimana cara membuat anak lebih aktif bermain?
Jawaban: Orang tua dapat merangsang anak untuk bermain di luar ruangan dengan permainan yang memerlukan gerakan fisik, seperti berjalan, berlari, atau bermain bola. Permainan ini dapat membantu mengembangkan kemampuan motorik anak.
IV. Hasil Kegiatan
-
Jumlah Keluarga yang Didampingi:
- PUS dengan Baduta: 1 keluarga (berisiko stunting)
-
Peningkatan Pemahaman Keluarga:
- Keluarga mulai memahami pentingnya pola makan bergizi seimbang, terutama pemanfaatan pangan lokal.
- Orang tua memahami cara memberikan stimulasi motorik kepada anak, seperti melatih anak mengambil mainan atau menggenggam benda kecil.
- Keluarga mengetahui pentingnya mencuci tangan sebelum makan dan menjaga kebersihan lingkungan rumah.
-
Hasil Pengukuran Tumbuh Kembang Anak:
- Berat Badan Anak: 8,5 kg
- Tinggi Badan Anak: 75 cm
V. Kendala dan Solusi
Kendala:
- Kesulitan Keluarga Memenuhi Gizi Seimbang: Keluarga mengaku kesulitan membeli makanan bergizi karena faktor ekonomi.
- Keterbatasan Waktu Orang Tua: Orang tua bekerja di kebun, sehingga sulit meluangkan waktu untuk bermain dan memberikan stimulasi kepada anak.
Solusi:
- Pemanfaatan Bahan Pangan Lokal: Tim memberikan contoh pemanfaatan bahan pangan yang ada di sekitar rumah, seperti sayuran dari kebun, telur ayam kampung, dan ikan dari sungai.
- Pengaturan Waktu Bermain: Disarankan kepada orang tua agar bermain dengan anak saat sore hari sepulang dari kebun, serta memberikan stimulasi kecil saat pagi sebelum bekerja.
VI. Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan:
Kegiatan pendampingan kepada PUS dengan Baduta dari keluarga berisiko stunting di Desa Talang Padang pada tanggal 5 Maret 2024 berjalan dengan lancar. Kegiatan ini memberikan manfaat besar bagi keluarga, terutama dalam meningkatkan pemahaman tentang gizi, pola asuh, dan pengasuhan berbasis kasih sayang. Keluarga yang didampingi menunjukkan antusiasme selama sesi diskusi dan tanya jawab.
Rekomendasi:
- Pendampingan Rutin: Pendampingan kepada keluarga berisiko stunting sebaiknya dilakukan secara berkala untuk memantau perkembangan anak dan mengidentifikasi kendala yang dihadapi keluarga.
- Pemberdayaan Ekonomi Keluarga: Disarankan agar keluarga diberdayakan secara ekonomi melalui pelatihan pengelolaan kebun keluarga atau peternakan kecil sebagai sumber pangan dan penghasilan tambahan.
- Peningkatan Kolaborasi: Kolaborasi antara Tim Pendamping Keluarga (TPK) dan mitra terkait, seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat, perlu diperkuat guna memastikan intervensi stunting berjalan lebih efektif.
Demikian laporan ini disusun sebagai dokumentasi dan publikasi di website Kampung KB. Laporan ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan keluarga berisiko stunting di wilayah lainnya.