PESANTREN LANSIA
Deskripsi
Beran, Mangunsari - Pesantren Lansia Batch 3 sudah dimulai sejak Sabtu, 4 Januari
2025. Dalam Pesantren ini kembali diikuti oleh peserta dari berbagai
daerah. Ada peserta lama dan ada pula peserta baru. Semangat dan antusiasme
peserta tinggi dilihat dari senyuman dan mengikuti arahan dari pada mubaligh
yang mengisi acara tersebut. Salah satu strategi yang dapat
dilakukan oleh lansia untuk mencegah atau mengurangi beban dari masalah-masalah
yang mereka hadapi adalah dengan lebih mendekatkan diri pada sang Pencipta,
melalui ibadah, doa dan penyembahan. Dalam hal ini tingkat religiusitas yang
tinggi sangat dibutuhkan oleh lansia agar mereka terhindar dari kesepian.
Dengan terlibat dalam kegiatan keagamaan seseorang akan merasa kuat dan
merasakan kedamaian batin.
Aspek
spiritual sangat berperan, baik bagi laki-laki maupun perempuan lansia dalam
mengatasi kesepian dan kehampaan diri mereka. Jika lansia memperoleh dukungan
spiritual yang cukup, mereka akan menjadi lebih berdaya dan lebih percaya diri
untuk menghadapi kehidupan di hari-hari mendatang. Lansia yang merasa dekat
dengan Tuhan, maka kehilangan yang dirasakan tadi dapat segera digantikan
melalui kedekatannya dengan Tuhan. Lansia yang religius mampu mengatasi
perasaan kesepiannya. Namun, kenyataan yang terjadi adalah bahwa tidak semua
lansia memiliki kebutuhan religius yang kuat.
Menurut
penelitian yang dilakukan di PWRI Sumatera Barat, terlihat hasil bahwa orang
subjek (75%) memiliki perasaan kesepian yang rendah. Religiusitas pada lansia
pensiunan PWRI berada pada kategori tinggi (85%). Dengan demikian, semakin
tinggi religiusitas maka akan semakin berkurang kesepian yang dirasakan oleh
lansia, begitu juga sebaliknya. Jadi dapat dikatakan bahwa lansia yang memiliki
religiusitas yang tinggi lebih mampu mengatasi perasaan kesepian yang
dirasakannya.
Kualitas beragama yang semakin baik pada
lansia akan berdampak pada kehidupan yang dijalaninya, dimana semakin religius
seseorang maka segala perbuatannya akan selalu terarah pada ajaran agama yang
diyakininya, sehingga dalam menghadapi masalah, seseorang tidak langsung
menanggapinya dengan sikap negatif seperti stres dan depresi. Individu yang
religius menyadari bahwa semua masalah itu datang dan bersumber dari Allah,
sehingga apapun yang terjadi individu akan mampu mengatasinya dengan lebih
mendekatkan diri pada Allah melalui ibadah, do’a, dan penyembahan. Penelitian
Johnson & Mullins (1989) memperlihatkan bahwa keterlibatan religius
memberikan kontribusi positif terhadap penyesuaian diri lansia, dimana keterlibatan
beragama berhubungan dengan aspek sosial dan emosional dari kesepian. Secara
sosial, partisipasi dalam kegiatan keagamaan menyediakan kesempatan kepada
lansia untuk mendukung relasi sosialnya dengan orang lain. Secara emosional,
kepercayaan beragama menyediakan jaminan pada lansia berupa nilai dan
kepercayaan dalam hidupnya yang relatif mampu mengatasi kehilangan dalam kontak
sosial.