Gambaran Umum


Desa Ketawangrejo adalah suatu desa pesisir yang berada di bagian ujung sebelah selatan Kabupaten Purworejo dengan luas daratan 551,192 hektar. Secara Administratif desa ini berbatasan dengan Desa Aglik, Desa Grabag, Desa Banyuyoso dan Desa Wonoenggal di sebelah utara, Samudera Hindia disebelah selatan, Desa Patutrejo disebelah timur dan disebelah barat berbatasan dengan Desa Rejosari dan Desa Munggangsari.

Desa Ketawangrejo memiliki topografi datar antara 0 – 3 % dengan ketinggian 1,5 meter. Wilayah perdesaan yang masih dipengaruhi iklim tropis dengan curah hujan rata – rata 0,5 mm/tahun dan suhu rata – rata 32 º C. Jenis tanah yang dimiliki lempung dan sebagian pasir dengan tekstur kasar dan kandungan besi yang cukup banyak. Terdapat Hutan Lindung sebesar 15 Ha yang didominasi oleh tanaman kelapa dan ketapang.

Berdasarkan Peta Agroklimatik (Oldeman, 1975), iklim wilayah ini masuk ke dalam tipe C2, yakni memiliki 5-8 bulan basah dan 2-4 bulan kering. Wilayah ini dipengaruhi proses fluvio-marin dan eolin sehingga bentuklahan yang terbentang di sepanjang pantai berupa beting gisik dan gumuk pasir. Arus susur pantai (longshore current) pada bulan November hingga April bergerak dari barat ke timur bergerak dengan kecepatan berkisar 10-148 cm/detik sedangkan pada bulan Mei hingga Oktober bergerak dari timur ke barat dengan kecepatan berkisar 2-276 cm/detik (Bird, dkk 1982).

Desa Ketawangrejo merupakan wilayah pesisir yang memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup banyak terutama dalam bidang pertanian , peternakan, industri, dan pariwisata. Akan tetapi wilayah desa ini dilalui oleh ring of fire yang berpotensi menimbulkan gempa bumi dasar laut tanpa dapat di prediksi dan nantinya akan menimbulkan bencana alam Tsunami. Sehingga dapat mengakibatkan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, sarana dan prasarana, serta fasilitas umum.

Wilayah desa ini meliputi delapan dusun yaitu Dusun I ( Sengoro Wetan ), Dusun II ( Sengoro Kulon ), Dusun III ( Teges Lor ), Dusun IV ( Sokerten ), Dusun V ( Noyosutan ), Dusun VI ( Keburuhan ), Dusun VII ( Ketawang ), dan Dusun VIII ( Karangrejo ).Sedangkan wilayah Dusun II ( Sengoro Kulon ) merupakan pusat pemerintahan Desa Ketawangrejo.

Kondisi Sarana dan Prasarana Umum

Pusat pelayanan administrasi pemerintahan di Desa Ketawangrejo telah terbangun dengan adanya kantor desa. Pelayanan administrasi pemerintahan dan pelayanan publik dilaksanakan dari kantor tersebut. Desa Ketawangrejo dilalui oleh jalan Daendels dan jalan Ketawangrejo – Kutoarjo – Purworejo yang telah beraspal, sedangkan ruas jalan desa masih berupa jalan makadam dan jalan tanah.

Jaringan jalan Daendels dan jalan Ketawangrejo – Kutoarjo – Purworejo juga telah dilengkapi dengan subterminal Ketawangrejo. Dengan adanya sub terminal ketawangrejo telah menempatkan Desa Ketawangrejo menjadi daerah tujuan perdagangan dan pergerakan barang dan manusia, yang pada gilirannya memacu Desa Ketawangrejo untuk memiliki peluang untuk pergerakan pelayanan dan jasa yang dibutuhkan oleh aktivitas ekonomi. Selain jaringan jalan dan subterminal, terdapat juga jaringan listrik yang telah mencukupi kebutuhan seluruh masyarakat Desa Ketawangrejo, namun penerangan jalan masih sangat minim.

Kondisi Lahan yang Tersedia

Umumnya lahan di Desa Ketawangrejo merupakan lahan kering yang dimanfaatkan untuk tanah pertanian baik itu berupa sawah irigasi teknis (138 Ha), tegalan (85,6 Ha) dan perkebunan rakyat (66,9 Ha) dan dimanfaatkan untuk pemukiman ( 157,5 Ha ) dan perkebunan Negara ( 70 Ha ).

Kependudukan dan Pemukiman

Jumlah keseluruhan penduduk Desa Ketawangrejo tahun 2008 sebesar 4.736 jiwa yang terdiri dari laki-laki 2.386 jiwa, perempuan 2.350 jiwa yang meliputi 1.172 kepala keluarga. Mayoritas penduduknya beragama islam. Jumlah total rumah sebanyak 754 buah maka dengan kondisi lahan yang masih cukup luas dapat diprediksi akan terpenuhinya kebutuhan permukiman penduduk. Kondisi permukiman penduduk di Desa Ketawangrejo sudah permanen, walaupun sebagian dari rumah penduduknya masih berdinding anyaman bambu. Rata-rata perumahan penduduk sudah memiliki fasilitas MCK meskipun limbah rumah tangga seringkali hanya dibuang di pekarangan belakang. Jarang sekali ditemukan perumahan penduduk yang berlantai tanah, mayoritas sudah disemen atau keramik dan beratapkan genteng. Mayoritas rumah penduduk sudah termasuk dalam standar rumah sehat. Jarak antar rumah penduduk cukup jauh karena pekarangan masing-masing rumah cukup luas. Pekarangan rumah penduduk banyak yang ditanami pohon kelapa, pohon pisang dan pohon melinjo, banyak pula yang dibangun kandang-kandang untuk peternakan sapi dan kambing

Mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Ketawangrejo adalah sebagai petani, dan sebagian dari mereka mempunyai pekerjaan sampingan sebagai peternak sapi dan kambing. Mata pencaharian penduduk yang lain adalah pedagang dan karyawan pertambangan. Rata-rata kondisi ekonomi masyarakatnya tergolong dalam kelas ekonomi menengah ke bawah. Kondisi SDM untuk masyarakat di Desa Ketawangrejo masih tergolong rendah. Rata-rata penduduk usia tua mengenyam pendidikan dasar, namun generasi muda mayoritas lulus SMA meskipun sedikit sekali yang melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi juga rendah. Kondisi masyarakat Desa Ketawangrejo sangat rukun, seluruh permasalahan desa diselesaikan dengan rembug desa, pembangunan desa sebagian besar juga dilakukan dengan swadaya masyarakat.

Tinjauan Terhadap Kecenderungan Perkembangan Fisik Desa

Pemukiman umumnya mengikuti jalur jalan, baik berupa jalan yang telah diaspal maupun jalan makadam dan jalan tanah. Demikian juga dengan fasilitas perkantoran dan pelayanan lain seperti puskesmas pembantu, bank maupun gedung sekolah serta didukung oleh jarak yang dekat dengan pusat pemerintahan kecamatan Grabag. Secara alamiah wilayah di pusat kegiatan akan selalu cenderung tumbuh dengan berbagai macam kegiatan lain yang muncul sesuai dengan kebutuhan. Hal ini tampak dengan mulai tumbuhnya pedagang kaki lima yang berdiri di seputar pusat kegiatan tersebut selain ada toko atau kios di sekitar perempatan tersebut. Kawasan tersebut merupakan wilayah perbatasan dengan Desa Patutrejo yang merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Grabag. Oleh karena itu intensitas dan kepadatan kegiatan di lokasi tersebut perlu dijaga dengan memberikan ruang perkembangan yang lain yang memiliki nilai efisiensi dan nilai ekonomis yang tinggi pula atau relatif setara.

Desa ini termasuk kategori desa merah atau desa miskin berdasar data BPS tahun 2013. 


Statistik Kampung


Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Jumlah Jiwa
4578
Jumlah Kepala Keluarga
1280
Jumlah PUS
730
Persentase Partisipasi Keluarga dalam Poktan (Kelompok Kegiatan)

Keluarga yang Memiliki Balita
278
Keluarga yang Memiliki Remaja
389
Keluarga yang Memiliki Lansia
256
Jumlah Remaja
735
PUS dan Kepesertaan Ber-KB
Total
570
PUS dan ketidaksertaan Ber-KB
Total
160

Status Badan Pengurus


Sarana dan Prasarana


Bina Keluarga Balita (BKB)
BKB

Bina Keluarga Balita (BKB)

Ada

Bina Keluarga Remaja (BKR)
BKR

Bina Keluarga Remaja (BKR)

Ada

Bina Keluarga Lansia (BKL)
BKL

Bina Keluarga Lansia (BKL)

Ada

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
UPPKA

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)

Ada

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)
PIK R

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)

Ada

Sekretariat Kampung KB
Sekretariat KKB

Sekretariat Kampung KB

Ada

Rumah Data Kependudukan Kampung KB
Rumah Dataku

Rumah Data Kependudukan Kampung KB

Ada

Dukungan Terhadap Kampung KB


Sumber Dana Ya,
Dana Desa
Swadaya Masyarakat
Kepengurusan/pokja KKB Ada
SK pokja KKB Ada
PLKB/PKB sebagai pendamping dan pengarah kegiatan Ada,

2147483647
Regulasi dari pemerintah daerah Tidak Ada
Pelatihan sosialisasi bagi Pokja KKB Tidak Ada
Jumlah anggota pokja yang sudah terlatih/tersosialisasi pengelolaan KKB 10 orang pokja terlatih
dari 27 orang total pokja
Rencana Kegiatan Masyarakat Tidak Ada
Penggunaan data dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan Tidak Ada

Mekanisme Operasional


Rapat perencanaan kegiatan Ada, Frekuensi: Tahunan
Rapat koordinasi dengan dinas/instansi terkait pendukung kegiatan Ada, Frekuensi: Tahunan
Sosialisasi Kegiatan Ada, Frekuensi: Bulanan
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Ada, Frekuensi: Tahunan
Penyusunan Laporan Ada, Frekuensi: Bulanan