Gambaran Umum
SEJARAH DESA
Pada mulanya Tompo hanya terdapat satu tempat pemukiman yang disebut WANUWAE BACU-BACU yang diperintah seorang Arung ( Raja) dengan gelar Arung Bacu-bacu.
Kampung Bacu-bacu sekarang tidak lagi merupakan suatu pemukiman tetapi hanya suatu lokasi pekuburan. Di Desa Tompo Arung Bacu-Bacu mempunyai anak seorang perempuan yang cantik dari ketiga anak Raja dan sebagai anak yang bungsu.
Anak tersebut dengan secara tiba-tiba tersebar ke pada semua jowa ( pengikut Raja ) suatu berita yang mengatakan bahwa anak arung sedang hamil 5 bulan sekarang, sedangkan putri arung tersebut para jowa mangetahui bahwa mereka belum pernah kawin atau belum bersuami. Dengan tersebarnya berita tersebut sampailah ditelinga oleh seorang PASSEPPI Raja sebagai orang yang paling dipercaya oleh Arung. Passeppi langsung menyampaikan kepada Arung bahwa Putri Arung sekarang mengandung lima bulan, dengan diketahuinya Arung berita tersebut betapa Arung sangatlah kaget dan penuh dengan parasaan malu. Arung langsung memanggil putrinya dengan menanyakan bahwa benarkah kamu sedang hamil dan siapa laki-laki yang menodai kamu, Putri Arung menjawab kepada Arung, wahai puang, saya tidak berani menyatakan diri saya hamil lima bulan tetapi yang jelas saya terlambat haid sudah lima bulan, dan ada pun laki-laki yang berani menodai saya, saya tidak berani pula menunjuk siapa-siapa oleh karena jangkauan laki-laki lain yang menyentuh saya melihat saja aurat saya tidak ada seorang pun oleh karena saya selalu menjaga citra dan martabat saya sebagai seorang Putri Arung selama ini. Demikian jawaban Putri Arung.
Namun sebenarnya Arung juga merasa kasihan terhadap Putrinya tetapi lebih besar perasaan malunya dan juga mempertahankan martabatnya sebagai seorang Ajjoareng ( Arung ) maka terpaksalah ia harus membuang anaknya jauh-jauh ditengah-tengah hutang belantara yang suara ayam kampung tak terdengar dan api orang kampung bila memasak tidak kelihatan, demikian keputusan Arung kepada Jowa.
Dengan demikian Arung memerintah salah seorang Jowa memukul ketto-ketto (kentongan) sebagai isyarat untuk mengumpulkan para Jowa dan seketika itu pula berkumpul semua Jowa membuat usungan setelah usungan selesai dibuat menjelang sore hari maka dibawalah Putri Arung dengan diantar oleh sejumlah Jowa.
Menjelang Magrib telah sampailah disuatu tempat dengan terdapat sebuah batu besar, sang Putri meminta kepada semua Jowa yang mengantar agar dia kasih singgah sebentar didekat batu yang besar itu lalu Jowa memberhentikan dan anak Arung turun dari atas usungannya lalu langsung naik di atas batu sambil mengatakan kepada para Jowa pengantar bahwa dengarkan semua wahai pengantar Saya akan bermohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Berdoalah dia dengan menengandahkan kedua telapak tangannya dengan ungkapan doa “ Ya Allah Ya Rabbi perlihatkanlah perlihatkanlah kekuasaanmu kepada semua jowa pengantar saya untuk dibuang bahwa bila isi kandungan saya ini karena atas perbuatan bukan dari manusia biasa, Ya Allah hancurkanlah batu ini dan ceburkan masuk kedalam tanah bersamaku.’’ Dengan selesainya ungkapan itu maka terjadilah suatu ledakan dengan batu yang diduduki anak Arung terus hancur dan tercebur masuk kedalam tanah dan seketika itu pula hilanglah anak Arung terus hancur dan tercebur masuk kedalam tanah dan seketika itu pula hilanglah anak Arung terus muncul semburan air dari dalam tanah yang cukup deras maka tiba-tiba para Jowa pada kaget, dengan hilangnya anak Arung paniklah semua Jowa dan mengadakan pencarian dengan menggunakan obor yang terbuat dari kelapa (penrung) diwaktu antara Magrib dan Isya.
Dengan diadakan pencarian yang cukup memakan waktu terus dengan tiba-tiba salah seorang Jowa berteriak dengan mengatakan ‘’Engkai Tompo Riasena Wiri Batu Sabue’’, (dia sudah muncul diatas pinggiran batu yang tercebur) kedalam sellimuti dengan curahan hujan, air yang muncul dari dalam tanah, dengan demikian diberijan nama tempat itu tanah “TOMPO” sedangkan tempat air yang muncul dari dalam tanah tersebut disebut “JUMPERENGE”.
Kemudian selanjutnya anak Arung diasingkan seorang diri tanpa Jowa dan taklama kemudian melahirkan anak Arung seorang anak yang bermata tujuh atau pitu matanna namun anak tersebut tujuh malam setelah lahir maka ia juga meninggal.
Jadi dengan adanya ungkapan engkai Tompo maka diberilah nama Tanae Tompo dan setelah menjadi tempat pemukiman penduduk maka diberilah nama Kampung Tompo.
Kampung Tompo pada masa Rovolusi Fisik tahun 1945 Tompo termasuk daerah Defakto pejuang-pejuang Kemerdekaan RI dimana Tompo merupakan salah satu pertempuran Ekspedisi ALRI/TRI melawan belanda tahun 1947 dibawah pimpinan Kapten HASARALA dengan beranggotakan 36 orang bersama-sama pula dengan pasukan Gerilya yang berkedudukan di Tompo.
Sebagai bukti bahwa Tompo pernah menjadi lokasi pertempuran maka para pejuang revolusi telah membuat suatu monumen bersama dengan sebuah tempat beribadah ( sebuah mesjid ) yang diresmikan oleh R. KASENDA laksamana madya TNI yang lokasinya tidak jauh dari lokasi JUMPERENGGE yang sekaligus merupakan sumber mata air dengan melalui perpipaan untuk ke rumah penduduk di Dusun Tompo bahkan sebagian ke Dusun Barang untuk di konsumsi oleh penduduk.
Tompo berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, maka terbentuklah suatu Desa dengan nama Desa Tompo terdiri dari lima Dusun yaitu Dusun Barang, Dusun Kalompi, Dusun Galung, Dusun Tompo, Dusun Batulappa dan setelah diadakan pemekaran Desa maka Desa Tompo dimekarkan menjadi dua Desa yaitu Desa Tompo dan Desa Galung.
Adapun yang pernah menjabat sebagai kepala Desa Tompo.
1. LA BADE (Definitif)
2. LA PATTAWE (Definitif)
3. H.M. ARSYAD (Definitif)
4. ADAM BACO, SE Periode Tahun 1999 – 2004 (Definitif)
5. JUMRI Periode Tahun 2005 - 2017 (Definitif)
6. IBRAHIM, S.Sos, M.Si Periode Tahun 2011 & 2017 (Penjabat)
7. SUHARDI B Periode Tahun 2018 – 2024 (Definitif)
Demikian riwayat singkat Desa Tompo yang sempat kami utarakan dalam mengenal Desa Tompo.
KEADAAN DEMOGRAFI
Desa Tompo adalah salah satu desa dalam wilayah Kecamatan Barru yang merupakan Desa yang berada di daerah pegunungan yang berjarak ± 15 Km dari Ibu Kota Kabupaten Barru dari sebelah timur dimana lokasi pemukiman penduduknya diselimuti oleh bukit dan pegunungan, dengan luas Wilayah 34,86 Km.
Desa Tompo terdiri dari 4 Dusun, 20 RT, dengan batas wilayah sbb :
Batas | Desa/kelurahan | Kecamatan |
Sebelah utara | Binuang | Balusu |
Sebelah selatan | Palakka | Barru |
Sebelah timur | Soppeng | Kab. Soppeng |
Sebelah barat | SepeE | Barru |
Secara Visualisasi, wilayah administratif dapat dilihat dalam Peta Wilayah Desa Tompo Sebagai berikut :
Luas wilayah Menurut Penggunaannya.
No | Wilayah | Luas Tanah ( Ha ) |
1 | Lahan Sawah | 5.320 |
2 | Lahan Ladang | 2.243 |
3 | Lahan Perkebunan | 3.337 |
4 | Hutan | 18.052 |
5 | Lahan Lainnya | 7.788 |
Jumlah penduduk Desa Tompo termasuk kurang padat jika dibandingkan dengan luas wilayah Desa. Hal ini dapat dilihat dari hasil Pendataan Profil Desa yang dilakukan pada tahun 2022, tercatat jumlah penduduk Desa Tompo sekitar 2.881 jiwa dengan perbandingan laki-laki 1.408 jiwa dan perempuan sebanyak 1.473 jiwa.
Statistik Kampung
Jumlah Jiwa 2891
Jumlah Kepala Keluarga 809
Jumlah PUS 467
Keluarga yang Memiliki Balita 218
Keluarga yang Memiliki Remaja 447
Keluarga yang Memiliki Lansia 257
Jumlah Remaja 723
Total
401Total 66
Status Badan Pengurus
Sarana dan Prasarana
BKB
Bina Keluarga Balita (BKB)
Ada
BKR
Bina Keluarga Remaja (BKR)
Ada
BKL
Bina Keluarga Lansia (BKL)
Ada
UPPKA
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
Ada
PIK R
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)
Ada
Sekretariat KKB
Sekretariat Kampung KB
Ada
Rumah Dataku
Rumah Data Kependudukan Kampung KB
Ada
Dukungan Terhadap Kampung KB
Sumber Dana |
Ya,
APBN APBD Dana Desa |
Kepengurusan/pokja KKB | Ada |
SK pokja KKB | Ada |
PLKB/PKB sebagai pendamping dan pengarah kegiatan |
Ada,
NAJMIAH S.Sos 196704072007012023 |
Regulasi dari pemerintah daerah |
Ada,
Surat Keputusan/Instruksi/Surat Edaran dari Bupati/Walikota SK Kepala Desa/Lurah tentang Kampung KB |
Pelatihan sosialisasi bagi Pokja KKB | Tidak Ada |
Jumlah anggota pokja yang sudah terlatih/tersosialisasi pengelolaan KKB |
0 orang pokja terlatih dari 30 orang total pokja |
Rencana Kegiatan Masyarakat | Tidak Ada |
Penggunaan data dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan | Belum Diisi |
Mekanisme Operasional
Rapat perencanaan kegiatan | Ada, Frekuensi: Triwulan |
Rapat koordinasi dengan dinas/instansi terkait pendukung kegiatan | Ada, Frekuensi: Bulanan |
Sosialisasi Kegiatan | Ada, Frekuensi: Triwulan |
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan | Ada, Frekuensi: Triwulan |
Penyusunan Laporan | Ada, Frekuensi: Tahunan |