Gambaran Umum
Sejarah desa Krowe diawali dengan ditemukannya pohon Rawe yang menjalar dari Kedung Ngaron sampai ke Tirto (salah satu nama wilayah di desa Krowe). Sekitar pertengahan abad 15 Mbah Tarti atau Nyai Tarti datang untuk babat desa, awalnya hutan yang banyak pepohonan. Menurut buku Sejarah Terbentuknya Nama Desa Sekabupaten Magetan menyatakan bahwa maksud kedatangan Mbah Tarti ke daerah tersebut adalah untuk mencari ketenangan dan kedamaian disaat menjelang usia tuanya. Menurut keyakinan mereka disinilah ketenangan dapat diperoleh dan disinilah mereka akan terhindar dari kemurkaan serta keduniawian. Mbah Tarti beserta pengikutnya mulai membabat hutan dan melelahkan ini berlangsung beberapa bulan, karena memang pepohonan yang ada sulit dirambah dan ditebang. Pada suatu saat mereka menemukan sejenis tanaman yang berbulu tebal dan sangat gatal. Ternyata pohon semacam ini tidak hanya satu dua batang, tetapi berpuluh puluh batang. Batangnya berdaun rimbun, sekujur batangnya penuh bulu-bulu yang halus, padat dan gatal. Pohon ini disebut pohon rawe. Pohon-pohon ini harus dibabat karena tanahnya termasuk daerah yang dijadikan pemukiman. Oleh karena itu meski bagaimanapun akibatnya, para pekerja termasuk mbah Tarti menebang pohon rawe yang lebat itu. Tidak urung, bulu pohon yang mudah lepas dan mudah menempel dibenda lain serta mudah berhamburan itu, mengenai seluruh tubuh para pekerja. Termasuk Warok juga kena rawe. Karena bulu itu sangat gatal, maka mereka semua menjadi kegatalan seluruh tubuhnya. Mereka jadi bingung dan sibuk membersihkan bulu-bulu (Jw. Gelugut) gatal ditubuhnya. Tetapi sangat sulit bulu-bulu itu dihilangkan. Sehingga hampir sehari penuh mereka tidak babat hutan. Mereka semua menjadi jengkel dan marah-marah. Karena peristiwa yang menjengkelkan seluruh pekerja ini maka oleh mbah Tarti tempat itu dinamai Kerawe, dan selanjutnya Kerawe dijadikan nama desa yaitu Desa Kerawe. Dalam perkembangannya nama desa Kerawe, berubah menjadi desa Krowe. Mbah Tarti atau Nyai Tarti merupakan kerabat dari Bathoro Katong yang merupakan pendiri Kabupaten Ponorogo sekaligus adipati pertama. Mbah Tarti masih mempunyai darah dari Kerajaan Majapahit. Menurut salah satu sumber tentang sejarah desa Krowe dikatakan bahwa Mbah Tarti merupakan kakak Bathoro Katong, namun menurut hasil wawancara dikatakan bahwa Mbah Tarti merupakan kerabat masih ada darah bangsawan Majapahit. Menurut beberapa sumber dikatakan juga bahwa Bathoro Kathong tidak mempunyai kakak yang bernama Nyai Tarti yang menikah dengan rakyat biasa yang bernama Sutowijoyo atau biasa dikenal dengan sebutan Eyang Sutowijoyo. Kakak Perempuan Bathoro Kathong bernama Retno Pembayu atau Putri Pembayu. Putri Pembayu menikah dengan Pangeran Andayaningrat. Sehingga bisa dikatakan bahwa Mbah Tarti bukanlah kakak kandung dari Bathoro Katong, namun masih kerabat. Makam Mbah Tarti saat berada di Kedung Ngaron desa Krowe. Desa Kerawe pada awalnya hanya terdiri dari satu dusun saja yaitu Kerawe, namun pada tahun 1942 terjadilah pemekaran wilayah menjadi 6 dusun, yaitu :
- Dusun Krowe
- Dusun Kajar
- Dusun Kedungrejo
- Dusun Playangan
- Dusun Plosorejo
- Dusun Bondot
Desa Krowe memiliki luas 777.5 km2 dengan jumlah penduduk 6795 jiwa. Batas desa Krowe sebelah utara yaitu desa Giripurno batasnya ditandai dengan gapura, selatan berbatasan dengan desa Tapen ditandai dengan sungai, timur berbatasan dengan desa Tladan ditandai dengan bukit, barat berbatasan dengan desa Pragak ditandai dengan gapura. Terjadinya pemekaran desa tahun 1942 karena luas wilayah desa Krowe yang tidak memumpuni bila hanya dicakup satu dusun saja, sehingga dibagi menjadi 6 dusun agar ketika ada bantuan bisa menyeluruh ke masyarakat, baik yang di wilayah Krowe bagian depan dan di wilayah Krowe bagian dalam/pelosok. Setiap dusun ada salah satu yang bertanggung jawab yaitu kepala Dusun (Kamituo).
Tugas dan Fungsi Kepala Dusun (Kamituo)
Tugas: Kepala Dusun bertugas membantu Kepala Desa dalam pelaksanaan tugasnya di wilayahnya.
Fungsi:
Membina ketenteraman dan ketertiban di wilayah dusun.
Melaksanakan upaya perlindungan masyarakat.
Mengelola dan menata wilayah dusun.
Membantu dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di tingkat dusun.
Mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayahnya.
Melakukan pembinaan kemasyarakatan untuk meningkatkan kesadaran menjaga lingkungan.
Memberdayakan masyarakat untuk menunjang kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Berikut daftar Kepala Desa Krowe sejak berdirinya Desa Krowe :
No | Nama Kepala Desa | Masa Jabatan |
1. | Nyai Tarti | - |
2. | Den Bei | - |
3. | Palang | - |
4. | Kromo Tani | - |
5. | Kromo Redjo | - |
6. | Kromo Reso | - |
7. | Sono Redjo Karmin | - |
8. | Kadir | - |
9. | Kromo Reso | - |
10. | Warso Dihardjo | 1942-1945 |
11. | Mardjani | 1945-1948 |
12. | Syamsi | 1948-1989 |
13. | Ahmad Husein | 1998-1998 |
14. | Djuwari | 1998-2006 |
15. | Djuwari | 2006-2013 |
16. | Sudjak, S.Ag | 2013-2019 |
17 | Sarbini | 2019-Sekarang |
Statistik Kampung
Jumlah Jiwa 7036
Jumlah Kepala Keluarga 2263
Jumlah PUS 1052
Keluarga yang Memiliki Balita 312
Keluarga yang Memiliki Remaja 1283
Keluarga yang Memiliki Lansia 1071
Jumlah Remaja 1312
Total
750Total 302
Status Badan Pengurus

Sarana dan Prasarana

BKB
Bina Keluarga Balita (BKB)
Ada

BKR
Bina Keluarga Remaja (BKR)
Ada

BKL
Bina Keluarga Lansia (BKL)
Ada

UPPKA
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
Ada

PIK R
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)
Ada

Sekretariat KKB
Sekretariat Kampung KB
Ada

Rumah Dataku
Rumah Data Kependudukan Kampung KB
Ada
Dukungan Terhadap Kampung KB
Sumber Dana |
Ya,
APBN APBD Dana Desa Swadaya Masyarakat |
Kepengurusan/pokja KKB | Ada |
SK pokja KKB | Ada |
PLKB/PKB sebagai pendamping dan pengarah kegiatan |
Ada,
KUSRINI HANDAYANI 196705121993122002 |
Regulasi dari pemerintah daerah |
Ada,
Surat Keputusan/Instruksi/Surat Edaran dari Bupati/Walikota SK Kecamatan tentang Kampung KB SK Kepala Desa/Lurah tentang Kampung KB |
Pelatihan sosialisasi bagi Pokja KKB | Ada |
Jumlah anggota pokja yang sudah terlatih/tersosialisasi pengelolaan KKB |
3 orang pokja terlatih dari 21 orang total pokja |
Rencana Kegiatan Masyarakat | Tidak Ada |
Penggunaan data dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan | Belum Diisi |
Mekanisme Operasional
Rapat perencanaan kegiatan | Ada, Frekuensi: Triwulan |
Rapat koordinasi dengan dinas/instansi terkait pendukung kegiatan | Ada, Frekuensi: Bulanan |
Sosialisasi Kegiatan | Ada, Frekuensi: Bulanan |
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan | Ada, Frekuensi: Triwulan |
Penyusunan Laporan | Ada, Frekuensi: Tahunan |