Kesenian Pencak Silat dan Ojung dalam rangka memperingati HUT RI ke-79

ORO ORO PULEH
Dipublikasi pada 30 August 2024

Deskripsi

Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia pada Sabtu, 31 Agustus 2024 dimeriahkan dengan pagelaran seni yang sarat akan unsur kebudayaan. Pagelaran ini menjadi saksi kebangkitan dan pelestarian warisan budaya bangsa yang beraneka ragam.

Di pulau Jawa terdapat berbagai macam ritual pemanggil hujan. Salah satunya di Jawa Timur. Tepatnya di Situbondo terdapat sebuah ritual yang dikenal sebagai ritual Ojung. Tradisi ini dilakukan di beberapa tempat sebagai sebuat ritual pemanggil hujan. Namun di beberapa daerah Ojung diadakan sebagai sebuah pertunjukan hiburan semata.

Di Situbondo sendiri tradisi Ojung diadakan sebagai sebuah pertunjukkan hiburan dengan saling memukul satu sama lain dengan menggunakan rotan. Di beberapa daerah juga menggunakan tradisi Ojung sebagai pelengkap tradisi dari sebuah pertunjukan kesenian hingga yang dulunya merupakan sarana latihan prajurit kerajaan Majapahit.

Penamaan Ojhung berasal dari penulisan lafal dalam bahasa Madura yang terkenal di Situbondo, namun di Indonesia secara umum menyebutnya sebagai Ojung atau Ujung. Ojung atau Ujung merupakan sebuah ritual tradisi saling memukul badan antara 2 orang menggunakan rotan. Kedua orang yang bermain berganti memukul satu sama lain.

Jika salah satu pemain memukul, pemain yang lain berusaha untuk menangkis pukulan ataupun menghindarinya. Selain sebagai tradisi pemanggil hujan, tradisi Ojung digunakan sebagai sebuat pertunjukan di beberapa daerah.

Adapun pencak silat yang saat ini kita kenal merupakan pengembangan dari bela diri alami dari nenek moyang kita.

Begitupun nenek moyang Indonesia. Untuk keperluannya dalam menghadapi kondisi alam dan bertahan hidup, mereka mengambil inspirasi bela diri dari gerakan binatang yang ada di dekat mereka. Sebut saja gerakan kera, harimau, burung elang, dan ular. Namun, tidak menutup kemungkinan juga inspirasi tersebut didapatkan untuk keperluan berburu dan berperang.

Seorang ilmuwan sekaligus ahli beladiri asal Jepang, Donald Frederick “Donn” Draeger, menyebutkan bahwa bukti seni bela diri sudah ada sejak jaman Hindu-Budha di Kepulauan Nusantara dapat ditemukan pada artefak-artefak senjata.

Tidak hanya itu, ditemukan pahatan relief-relief di Candi Prambanan dan Candi Borobudur yang menggambarkan posisi kuda-kuda silat. Dalam bukunya yang berjudul Weapons and fighting arts of Indonesia, Draeger menyebutkan, bagi nenek moyang Indonesia, bela diri silat dan senjata memiliki kaitan yang sangat erat. Pasalnya, selain untuk keperluan olah tubuh, keduanya memiliki arti spiritual yang tertanam dalam kebudayaan Indonesia.

Menurut referensi lainnya, pencak silat juga mendapatkan pengaruh dari bela diri China dan India. dan beberapa negara lainnya. Hal ini bisa dimaklumi juga karena Indonesia merupakan tempat yang strategis sebab sering menjadi tujuan dari saudagar-saudagar internasional.

Setiap penampilan membawa pesan moral dan nilai-nilai kebudayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Pagelaran seni yang penuh dengan unsur kebudayaan ini menjadi pengingat akan identitas bangsa.

Sesi Kegiatan Sosial Budaya

Instansi Pembina Kegiatan

Sasaran Kegiatan