Gambaran Umum


SEJARAH DESA PULOGADING

            Sejarah desa ini disusun berdasarkan cerita rakyat yang berkembang secara turun temurun dan dihubungkan dengan bukti-bukti sejarah yang ada sebagai pendukung. Sejarah desa Pulogading itu sendiri terdapat dua versi dalam masyarakat, namun bukan untuk dijadikan pertentangan melainkan hal yang biasa sebagai kekayaan budaya.

            Desa Pulogading adalah desa yang terletak di Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Desa Pulogading memiliki sejarah yang sangat panjang sampai bisa menjadi desa yang seperti sekarang ini. Sejarah desa Pulogading masih berkaitan erat dengan salah satu kerajaan yang ada di Indonesia yaitu tepatnya kerajaan Gowa di Sulawesi Tengah. Kerajaan Gowa pada masa itu tengah mengalami perang saudara karena adanya perebutan tahta keluarga kerajaan. Akibat perang saudara itulah sebagian dari keluarga kerajaan memilih untuk mengalah dan menghindari perang itu, karena jika dilanjutkan akan lebih banyak memakan korban dan kemungkinan menimbulkan dampak yang lebih besar lagi.

Keluarga kerajaan Gowa tersebut akhirnya melakukan suatu perjalan menggunakan kapal-kapal mereka yang canggih pada masanya untuk mengarungi lautan yang luas di kepulauan Nusantara (Indonesia), pada akhirnya sebagian anggota keluarga kerajaan tersebut terdampar di suatu pulau yang hanya nampak permukannya saja. Ketika mereka bersandar di pulau tersebut mereka melihat ada suatu pulau yang tidak jauh dari tempat mereka bersandar , sehingga mereka merasa penasaran akan pulau tersebut karena pulau itu nampak lebih besar dan rimbun oleh tanaman yang berwarna kuning. Warna kuning yang dilihat dari pulau tersebut berasal dari tanaman bambu dan kelapa yang berwarna kuning yang tumbuh subur di pulau tersebut. Bambu berwarna kuning  dalam bahasa Jawa atau masyarakat jawa menyebutnya yaitu “Pring Gading”. Kedua pulau tersebut sekarang terkenal dengan sebutan Pulau Gading karena warna kuning (gading) dari bambu yang tumbuh sumbur di pulau tersebut.

Kerajaan Gowa pada masa itu sudah memeluk agama Islam, sehingga mayoritas masyarakat Pulo Gading memeluk agama Islam. Selain dari itu desa Pulau Gading tidak terlepas atau masih merupakan turunan dari kerajaan Islam mulai dari Makasar, dan masih memilliki sangkut paut juga dengan Kerajaan Pajang, Sultan Benowo, dan Demak Bintaro. Hal tersebut diperkuat dengan adanya bukti dari sebuah artepak yang ditemukan, yaitu  sekitar akhir tahun 70an. Artepak tersebut merupakan artepak dari sebuah kapal pinisi, dan ditemukan di sekitar area pesawahan Desa Pulogading secara tidak sengaja di area pesawahan saat warga bekerja bakti untuk melakukan galian untuk tujuan pengairan sawah-sawah mereka, namun atas kesepakatan beberapa pihak, artepak tersebut di pendam kembali, fakta inilah yang memperkuat sejarah terbentuknya desa Pulogading dan asal-asal nenek moyang desa Pulau Gading.

Namun masyarakat setempat memiliki dua keyakinan perihal pemberian nama pulau lampes, yaitu kata lampes diambil dari nama sebuah pohon yang tumbuh subur di pulau tersebut yaitu pohon lampes, sehingga pulau tersebut diberi nama pulau lampes alasannya hampir mirip dengan penamaan pulau gading. sedangkan versi lainnya juga menyebutkan bahwa karena  keunikan pulau tersebut yakni pulau ini hanya akan terlihat saat  air laut surut dan seolah menghilang saat air laut kembali pasang. Hal tersebutlah yang menjadikan pulau tersebut memiliki nama yaitu lampes, lampes itu sendiri memiliki makna merembes atau meresap. Namun hal tersebut bukanlah untuk diperdebatkan melainkan sebagai keunikan dan keragaman dari suatu sejarah.

Gejala alam mempengaruhi kedua pulau tesebut, pulau yang dulunya terpisah namun karena kejadian alam lambat laun pulau tersebut semakin mendekat dan lama kelamaan tidak nampak lagi seperti dua pulau melainkan hanya satu pulau, kejadian dahsyat tersebut salah satunya diakibatkan oleh letusan gunung Krakatau dan kejadian alam lainnya.

Sekarang kedua pulau tersebut memiliki nama “Desa Pulogading”. Kenapa kata “Pulau” berubah menjadi “Pulo” hal tersebut tidak lain dan tidak bukan dipengaruhi oleh lidah masyarakat setempat. Sehingga yang kita kenal sekarang kedua pulau tersebut adalah “Desa Pulogading” namun terdiri dari dua pedukuhan yaitu “Pulolampes” dan “Pulogading” itu sendiri.

Untuk keadaan penduduk disana, masyarakat Pulolampes kebanyakan bermata pencaharian sebagai nelayan dan mereka merantau keluar negeri bekerja sebagai ABK (kebanyakan pemuda laki-laki) sedangkan untuk pedukuhan Pulogading mereka bermatapencaharian sebagai pedagang, petani dan merantau ke kota membuka usaha warteg atau berdagang. Masyarakat Desa Pulogading mayoritas memeluk agama Islam, corak kebudayaan Islam sangat kental di sana, terbukti dengan adanya dua masjid di pedukahan pulolampes dan pulogading dan tak ketinggalan juga mushola-mushola berdiri kokoh di sana. Lembaga pendidikan Islam yang ada di desa tersebut mulai dari PAUD, TPQ, MD dan SD/MI.


Visi

"Terwujudnya Desa Swasembada, Menuju Masyarakat Maju dan Makmur"

Misi :

  • Meningkatkan kapasitas kelembagaan serta sarana dan prasarana desa yang mendukung terwujudnya Desa Pulogading sebagai Desa Swasembada;
  • Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dengan membangun budaya sehat, budaya belajar, dan penguatan peran perempuan dalam pembangunan;
  • Meningkatkan jumlah pendapatan asli desa dan mengelolanya secara transparan, jujur dan proporsional sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat;
  • Mewujudkan pemerintah desa yang baik dan bersih melalui peningkatan Pelayanan Pemerintah yang menyeluruh;
  • Memajukan BUMDes untuk menambah penerimaan desa.

Statistik Kampung


Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Jumlah Jiwa
7010
Jumlah Kepala Keluarga
1574
Jumlah PUS
1283
Persentase Partisipasi Keluarga dalam Poktan (Kelompok Kegiatan)

Keluarga yang Memiliki Balita
544
Keluarga yang Memiliki Remaja
630
Keluarga yang Memiliki Lansia
268
Jumlah Remaja
981
PUS dan Kepesertaan Ber-KB
Total
999
PUS dan ketidaksertaan Ber-KB
Total
284

Status Badan Pengurus


Sarana dan Prasarana


Bina Keluarga Balita (BKB)
BKB

Bina Keluarga Balita (BKB)

Ada

Bina Keluarga Remaja (BKR)
BKR

Bina Keluarga Remaja (BKR)

Ada

Bina Keluarga Lansia (BKL)
BKL

Bina Keluarga Lansia (BKL)

Ada

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
UPPKA

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)

Ada

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)
PIK R

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)

Ada

Sekretariat Kampung KB
Sekretariat KKB

Sekretariat Kampung KB

Ada

Rumah Data Kependudukan Kampung KB
Rumah Dataku

Rumah Data Kependudukan Kampung KB

Ada

Dukungan Terhadap Kampung KB


Sumber Dana Ya,
APBN
APBD
Dana Desa
Donasi/ Hibah Masyarakat
Perusahaan (CSR)
Swadaya Masyarakat
Kepengurusan/pokja KKB Ada
SK pokja KKB Ada
PLKB/PKB sebagai pendamping dan pengarah kegiatan Ada,
Fauziyah. SH
196407101994012001
Regulasi dari pemerintah daerah Ada,
Surat Keputusan/Instruksi/Surat Edaran dari Gubernur
Surat Keputusan/Instruksi/Surat Edaran dari Bupati/Walikota
SK Kepala Desa/Lurah tentang Kampung KB
Pelatihan sosialisasi bagi Pokja KKB Ada
Jumlah anggota pokja yang sudah terlatih/tersosialisasi pengelolaan KKB 1 orang pokja terlatih
dari 28 orang total pokja
Rencana Kegiatan Masyarakat Ya
Penggunaan data dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan Ya,
PK dan Pemutahiran Data
Data Rutin BKKBN

Mekanisme Operasional


Rapat perencanaan kegiatan Ada, Frekuensi: Tahunan
Rapat koordinasi dengan dinas/instansi terkait pendukung kegiatan Ada, Frekuensi: Tahunan
Sosialisasi Kegiatan Ada, Frekuensi: Tahunan
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Ada, Frekuensi: Tahunan
Penyusunan Laporan Ada, Frekuensi: Tahunan