Gambaran Umum
Tanjung Belit Selatan....
Desa
Tanjung Belit Selatan berhawa dingin. Anginnya sejuk, bila mengena di kulit
badan. Suara air sungai deras kadangnya terdengar menderu kencang. Kadang pula
terdengar teratur, bak tiupun seruling di tengah sawah nan hijau, bertanda akan
hati penuh tenang. Bahagia. Sambil melihat burung – burung pemakan padi, saling
berterbangan, menari-nari kesana kemari. Hempasan ombak di pinggir bibir
pebatuan, kadang terdengar kacau. Seolah-olah seperti suara hiruk pikuk orang
kampung yang membicarakan politik di warung kopi yang tak pernah tuntas.
Seakan-akan mempunyai strategi yang begitu matang dalam menjawab semua tantang
politik. Semuanya berbicara, hingga mak-mak yang punya warungpun ikut
berbicara. Suasana riuh, kadang terdengar suara teriakan, kadang ada suara
tertawa kuat. Terdengar tak jelas.
Tanjung
Belit Selatan adalah sebuah desa yang sejuk. Pemandangan alamnya indah, tenang,
dan berhawa dingin. Rerumputan begitu hijau. Tumbuh segar. Disana-sini terlihat
berbagai pohon-pohon besar, tinggi menjulang. Ada yang rimbun. Ada juga yang
kurus. Bahkan ada juga hanya tinggal ranting-rantingnya lagi, seakan-akan
sebentar lagi mau mati. Suasana hijau menyesatkan mata memandang. Tak ada
kuning, merah dan biru. Dari berbagai tumbuh-tumbuhan dan pepohonan nan segar
itu ada berbagai aneka ragam tanaman orang-orang tua dahulu, hingga saat ini
masih tumbuh berdiri kokoh. Tegak berdiri. Seakan-akan menjadi penguasa bagi
anak-anak pohon yang lain. Ada pohon pohon durian. Manga. Rambutan. Kedondong.
Dan masih banyak lagi tumbuhanan yang lainnya, yang menjadi makanan cemilan
orang-orang kampung dan bahkan sebuah penghasilan untuk menumbuhkembangkan
perekonomian keluarga kecil mereka.
Dari
berbagai cerita pohon yang tumbuhkembang di desa ini, ada sebuah nama pohon
yang agak aneh terdengar. Namanya pohon Pencong. Pohon ini tumbuh tidak banyak.
Hanya beberapa batang pohon saja. Bagi warga kampung, pohon ini adalah sejarah
terindah yang tak pernah mereka lupakan. Menandai memulai adanya awal kehidupan
kampung ini, oleh orang tua dahulu diberilah nama kampung ini dengan sebutan
Pencong. Nama Pencong adalah sebutan sebatang pohon yang tumbuh tegar berdiri.
Karena tumbuhnya di dataran yang agak melingkar, oleh orang kampung disebuatlah
Pulau. Dengan demikian disempurnakanlah nama kampung ini menjadi Pulau Pencong.
Dari
cerita dahulu, pohon ini menghasilkan berbagai potensi, sebut saja misalnya
minyak. Adalah buah pohon pencong yang di olah menjadi minyak goreng. Minyak
goreng ini seperti minyak goreng pada umumnya. Dimasak oleh ibu-ibu dan
digunakan oleh masyarakat. Dari hasil olahan buah pencong ini juga,
menghasilkan sayur, juga enak dimakan. Dari berbagai olahan ini adalah hasil
temuan orang-orang dahulu yang memberi makna begitu sangat dalam. Mereka
memberikan makan untuk anak-anaknya dengan mengolah buah pencong menjadi minyak
dan sayur, hingga anaknya tumbuhkembang dewasa sampai saat ini. Tak begitu peka
juga, mereka mengolah minyak pencong ini untuk di jual di pasar demi menghidupi
anak-anak dan menambah ekonomi rumah tangga mereka. Inilah yang menghiasi rumah
tangga mereka pada waktu dulu, hingga mereka berhasil membentuk perekonomian
dengan bahagia dan penuh cinta.
Pulau
Pencong adalah sebuah kampung yang terbelah menjadi dua. Belahan ini menjadi
sungai yang terbentang panjang hingga lebih kurang tiga kilo jarak tempuh, yang
menghubungkan perjalanan ke desa-desa lain. Sungai ini, oleh orang kampung
dahulu diberi nama sungai subayang. Sugai subayang adalah sungai memanjang yang
membelah kecamatan Kampar kiri hulu menjadi dua jalur yakni jalur daratan
dengan jalur air yang menggunakan kendaraan sampan, jalur daratan yang di sebut
orang Kampar kiri hulu adalah jalur kuning, karena tanahnya berwarna kuning. Di
Pulau Pencong, sungai subayang tidak memiliki jembatan yang menghubungkan
kedesa-desa yang bermukim disebelah timur, seperti Desa Gema (Letaknya kantor
camat Kampar kiri hulu), Tanjung Belit, dan akses menuju daratan hingga ke
pekanbaru dan lainnya. Mereka menyeberang dengan menumpang ponton atau rakit
yang sudah di sediakan oleh Desa dan di kelola oleh masyarakat. Baik mobil
ataupun motor. Jika mobil, maka penumpang harus membayar Rp. 20.000,- sekali
jalan dan 40.000,00,-, pulang dan pergi. Dan motor Rp. 10.000,-, pulang dan
pergi.
Akses perjalan dari kampung Pulau Pencong ini bisa di jalani dengan kenderaan air seperti sampan yang menggunakan mesin sebagai bahan penggerak sampan. Juga di Pulau Pencong ini, bisa dijalani dengan kenderaan darat, seperti Honda dan kadangnya juga bisa mengenderai kendraan roda empat yakni mobil. Mobil tergantung keadaan, jika airnya pasang. Maka mobil tak bisa menyeberang sungai subayang. Karena di rakit yang membawa mobil menyeberang, tak berani membawanya, karena arusnya begitu deras. Khawatir akan hanyut bersama ponton yang di tumpanginya. Sehingga akan selalu dikhawatirkan, maka oleh masyarakat Desa Tanjug Belit Selatan ini terpaksa menunggu air deras sungai ini berkurang. Sehingga akan kembal normal seperti semula. Dan masyarakat dapat menyeberanginya. Dan salah satu ciri keadan inilah yang membawa Desa Tanjung Belit Selatan menjadi Desa Kampung Keluarga Berencana dan hingga saat ini menjadi Kampung Keluarga Berkualitas.
Kampung Keluarga Berencana
merupakan satuan wilayah setingkat RW, dusun atau setara yang memiliki kriteria
tertentu, yang didalamnya terdapat keterpaduan program kependudukan, keluarga
berencana, pembangunan keluarga dan pembangunan sektor terkait yang
dilaksanankan secara sistemik dan koordinatif, dalam upaya meningkatkan
kualitas hidup keluarga dan masyarakat.
Kampung Keluarga Berencana dikembangkan sebagai upaya meningkatkan
kualitas hidup keluarga dan masyarakat khususnya mereka yang berada di wilayah
pinggiran, miskin, padat penduduk, tertinggal, terpencil, Daerah Aliran Sungai
(DAS), dan wilayah nelayan di seluruh tanah air.
Selain itu, Kampung Keluarga
Berencana dikembangkan sebagai strategi untuk mendukung Nawa Cita yang
merupakan prioritas pembangunan nasional,
khususnya Cita ke 3 yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperioritaskan daerah – daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI Nawa Cita Ke - 3).
Kampung Keluarga Berencana
merupakan salah satu kegiatan prioritas yang sesuai dengan instruksi Presiden
RI, terutama sebagai bentuk investasi program keluarga berencana yang manfaatnya
dapat secara langsung diterima oleh masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan
langkah lintas sector, terutama dalam integrasi kegiatan yang akan dilaksanakan
di Kampung Keluarga Berencana. Sebagai mana Amanat Presiden Republik Indonesia,
kepada BKKBN agar dapat menyusun suatu kegiatan/program yang dapat memperkuat
upaya pencapaian target/sasaran Pembangunan Bidang Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana 2015 – 2019, kegiatan tersebut dapat menjadi ikon BKKBN
serta dapat secara langsung bersentuhan dan memberikan manfaat kepada
masyarakat Indonesia diseluruh tingkatan wilayah. Dalam hal ini kemudian
disepakati agar BKKBN segera dapat membentuk Kampung Keluarga Berencana
(Kampung KB).
Kampung Keluarga Berencana
menjadi salah satu inovasi strategis untuk mengimplementasikan kegiatan –
kegiatan prioritas Program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga (KKBPK), secara utuh di lini lapangan. Kampung Keluarga Berencana
merupakan salah satu bentuk atau model miniature pelaksanaan total program KKBPK
secara utuh yang melibatkan seluruh bidang dilingkungan BKKBN dan bersinergi
dengan Kementerian atau lembaga, mitra kerja, stakeholders instansi terkait sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
wilayah, serta dilaksanakan ditingkatan pemerintah terendah (sesuai prasyarat
penentuan lokasi Kampung Keluarga Berencana), diseluruh Kabupaten Kota.
Kampung Keluarga Berencana telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 14 Januari 2016 di Dusun Jenawi Desa Mertasinga Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon, untuk kelanjutannya BKKBN bekerjasama dengan Kementerian dan Lembaga terkait untuk menindaklanjuti pengembangan Kampung Keluarga Berencana. Diharapkan pada tahun 2017, setiap kecamatan mengembangkan minimal 1 (satu) Kampung Keluarga Berencana.
Statistik Kampung
Jumlah Jiwa 582
Jumlah Kepala Keluarga 166
Jumlah PUS 104
Keluarga yang Memiliki Balita 46
Keluarga yang Memiliki Remaja 42
Keluarga yang Memiliki Lansia 48
Jumlah Remaja 76
Total
71Total 33
Status Badan Pengurus

Sarana dan Prasarana

BKB
Bina Keluarga Balita (BKB)
Ada

BKR
Bina Keluarga Remaja (BKR)
Ada

BKL
Bina Keluarga Lansia (BKL)
Ada

UPPKA
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
Ada

PIK R
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)
Ada

Sekretariat KKB
Sekretariat Kampung KB
Ada

Rumah Dataku
Rumah Data Kependudukan Kampung KB
Ada
Dukungan Terhadap Kampung KB
Sumber Dana |
Ya,
APBN APBD Swadaya Masyarakat |
Kepengurusan/pokja KKB | Ada |
SK pokja KKB | Ada |
PLKB/PKB sebagai pendamping dan pengarah kegiatan |
Ada,
Rifian Handi, S.Sos, M.Si 198310142011021001 |
Regulasi dari pemerintah daerah |
Ada,
Surat Keputusan/Instruksi/Surat Edaran dari Bupati/Walikota |
Pelatihan sosialisasi bagi Pokja KKB | Ada |
Jumlah anggota pokja yang sudah terlatih/tersosialisasi pengelolaan KKB |
1 orang pokja terlatih dari 16 orang total pokja |
Rencana Kegiatan Masyarakat | Ya |
Penggunaan data dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan |
Ya,
PK dan Pemutahiran Data |
Mekanisme Operasional
Rapat perencanaan kegiatan | Ada, Frekuensi: Bulanan |
Rapat koordinasi dengan dinas/instansi terkait pendukung kegiatan | Ada, Frekuensi: Bulanan |
Sosialisasi Kegiatan | Ada, Frekuensi: Bulanan |
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan | Ada, Frekuensi: Bulanan |
Penyusunan Laporan | Ada, Frekuensi: Bulanan |