Acara tujuh bulanan

Kampung KB Gedongan Prima Manguharjo
Dipublikasi pada 22 May 2025

Deskripsi

Upacara Mitoni / Selamatan 7 bulanan merupakan bagian dari serangkaian tradisi adat Jawa yang bertujuan untuk melindungi dan memberkati ibu hamil serta janin yang di kandungnya .Prosesi upacara  Mitoni / Selamatan 7 bulanan dimulai dengan persiapan bersama oleh keluarga dan tetangga yang turut serta dalam merayakan kehamilan tersebut. Pada hari pelaksanaan Mitoni / Selamatan 7 bulanan i, para undangan mulai berkumpul di rumah yang disiapkan untuk acara tersebut. Acara dimulai dengan doa bersama untuk memohon perlindungan dan keselamatan bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Selanjutnya, dilakukan prosesi penyerahan sesajen atau persembahan dari berbagai jenis makanan dan bunga sebagai tanda rasa syukur atas kehamilan yang berjalan lancar. Setelah itu, dilakukan prosesi utama dalam upacara Mitoni / Selamatan 7 bulanan yaitu prosesi memandikan ibu hamil dan suami.

     Prosesi ini biasanya diiringi dengan doa-doa dan petuah dari sesepuh adat yang hadir dalam acara Mitoni  Dengan diadakannya upacara Mitoni/ Selamatan 7 bulanan, masyarakat Gedongan Kelurahan  Manguharjo  Kota Madiun mengajarkan pentingnya menghormati proses kehidupan dan memberikan perlindungan serta doa-doa untuk kesehatan dan keselamatan ibu hamil dan calon bayi. Tradisi ini juga menjadi wadah untuk mempererat hubungan antarwarga dan menjaga kearifan lokal dalam merawat dan melestarikan budaya Jawa yang kaya akan makna dan filosofi.

       Memecah kelapa muda yang telah tulisi dengan tulisan arab atau diukir gambar Kamajaya dan Dewi Ratih (atau Arjuna dan Dewi Sinta di beberapa daerah) dengan kapak atau pisau besar. Jika cengkir terbelah sempurna, maka diramalkan bayi yang dikandung adalah laki-laki. Jika meleset, maka bayinya perempuan. Tradisi ini merupakan bentuk kearifan lokal yang sarat makna. Kelapa muda melambangkan kesucian dan kesuburan, sedangkan gambar Kamajaya dan Dewi Ratih (atau Arjuna dan Dewi Sinta) melambangkan harapan agar bayi yang lahir kelak memiliki paras yang tampan/cantik dan budi luhur.

Meskipun tradisi ini tidak terbukti secara ilmiah, namun tradisi ini tetap dilestarikan sebagai bentuk budaya dan doa masyarakat Jawa untuk menyambut kelahiran sang buah hati.

Kegiatan ini terlaksanan dengan antusias peserta cukup baik.

Sesi Kegiatan Sosial Budaya

Instansi Pembina Kegiatan

Sasaran Kegiatan