Putra daerah Kampung KB Loireng hasilkan produksi alat musik berkelas dunia
KENANGA LOIRENG
Dipublikasi pada 01 February 2020
Deskripsi
Putra daerah Kampung KB Loireng hasilkan produksi alat musik berkelas duniaKampung KB Loireng ternyata punya potensi wirausaha yang mumpuni. Berkecimpung di bidang produksi dumbuk atau darbuka, alat musik tabuh khas timur tengah yang biasa dimainkan untuk meramaikan suasana pesta atau pun berbagai perkumpulan warga lainnya. Jika di negara asalnya dumbuk atau darbuka dimainkan untuk mengiringi belly dance atau tari perut, namun di tangan dingin Mujtaba, warga Desa Loireng, alat musik berbentuk jam pasir tersebut justru menjadi media sholawat.
Pria 29 tahun tersebut telah menekuni produksi dumbuk sejak 2015 lalu di kediamannya di RT02/RW I Desa Loireng. Usaha kreatif Taba pun berbuah manis, dimana hanya berselang 3 tahun dumbuk yang telah diadopsi dengan sentuhan lokal ini pun mampu menembus pasar internasional. Dengan mengusung label El-Ahmad Percussion, dumbuk produksinya telah diekspor ke sejumlah negara, mulai dari Australia, Jepang, Mesir, Israel, Turki, Jerman, USA, Rusia hingga negara tetangga Malaysia.
Adapun keistimewaan dari darbuka buatan Taba yaitu merupakan produksi dalam negeri pertama yang dicetak utuh tanpa sambungan. Mujtaba juga memperkenalkan produknya dengan menggandeng sejumlah musisi dunia, seperti Suat Borazan asal turki dan Hibiki Tanabe asal Jepang.
Sementara itu, keahlian membuat dumbuk diperoleh Taba saat mengenyam kuliah di Mesir. Karena kegemarannya bermain rebana sejak remaja, Taba pun tertarik dengan alat musik tabuh khas timur tengah tersebut dan berusaha mempelajari lebih dalam. Berbekal semangat kreatifitas dan keuletan, Taba mencoba peruntungannya saat kembali ke Loireng dengan memproduksi dumbuk berbahan dasar aluminium dan kuningan.
Hingga saat ini penjualan masih aktif dilakukan terutama ke negara Jepang, Israel dan Turki, dengan omset per bulannya mencapai Rp 150 juta. Adapun dumbuk El- Ahmad ini dijual mulai harga 1,4 juta hingga 3 juta rupiah.
Jenis darbuka sendiri ada 3 macam, yaitu kelas standar yang berdiameter 22cm, kelas sombati dengan diameter 23cm, dan kelas dohola diameternya 25cm atau lebih. Selain itu, untuk semakin mengenalkan dumbuk atau darbuka pada masyarakat lokal sendiri, rencananya dalam waktu dekat Mujtaba akan mendirikan showroom kedua di wilayah Onggorawe, Desa Loireng.
(Tim BPKB Sayung)
Sesi Kegiatan Sosial Budaya