Gambaran Umum
DESA JAGARAGA.....
GAMBARAN
UMUM
1. Kondisi Fisik Desa Jagaraga
A. Sejarah Desa Jagaraga
Menurut Drs. Jero Mangku I Nyoman Kanca selaku Ketua
PHDI desa Jagaraga, beliau menuturkan: pada mulanya Desa Jagarga adalah wilayah
kekuasaan Ki Pasek Menyali yang wilayahnya dari Lemukih sampai Bungkulan. Pada
saat itu Ki Pasek Menyali berdian di Desa Bungkulan dan mempunyai seorang anak
perempuan bernama Ni Luh Pasek yang amat menawan hati , kemudian datanglah
kesatria dari Bangli mampir di rumah Ki Pasek Menyali. Lama waktunya untuk
berkenalan kemudian timbul rasa cintanya ksatrya kepada Ni Luh Pasek untuk
dijadikan istri. Ksartya tersebut lanjut melaksanakan perkawinan karena janjinya
akan menetap disana tanpa sepengetahuan keluarganya di Bangli, Akhirnya Ni Luh
Pasek diberikan warisan di sebelah utara yang sekarang disebut Subak Pungakan.
Mengingat Ksatrya tersebut kawin tanpa ijin keluarga maka derajatnya
(kewangsannya) diturunkan menjadi Pungakan., Mengingat Pasek Menyali ini hanya
memiliki seorang putri saja kemudian wilayah Bungkulan diserahkan kepada
menantunya. Ki Pasek Menyali berkeingiinan melaksanakan perjalanan spiritual
kearah selatan dan berdomosili di Desa Menyali . Dilihat dari bukti sejarah
bekas peninggalan Ki Pasek Menyali adalah Pura Subak Bungkulan yang sekarang
dijadikan Pura Desa Bungkulan, Pura Puseh dan Pura Sanghyang Celeng berada di
sebelah timur Pura Dalem Jagaraga,Pura Mas tempat Ki Pasek mengadakan Tapa berada
di Sebelah selatan Desa Jagaraga.
“Pondokan
Jagasari.”
Desa
Jagaraga sebelumnya adalah wilayah Ki Pasek Menyali yang bernama Pondokan
Jagasari, yang mulanya wilayah ini adalah tanak kering, kemudian sumber airnya
mengambil ( natak tiis) dari air Pura Taman Bontihing. Lama-kelamaan tanah
kering tersebut di tata oleh masyarakat yang berdomisili di pondok
Jagasari menjadi persawahan yang sangat
subur,kemudian disebut Pasawahan Taman Sari (sekarang menjadi Subak Lanyahan
Jagaraga). Lama kelamaan subak tersbut berkembang dengan subur sehingga
terbentu sebuah padesaan yang bernama Suka Pura yang artinya mendapat
kesejahtraan dari sebuah Pura Taman sehingga sampai sekarang krama Subak Taman
Sari selalu mengadakan upacara paududan (pembersihan) di wilyah Pura Taman dan
setiap piodalan di pura tersebut selalu ngulemin(ngundangg) Subak Taman sari.
“Terbentuknya Desa Jagaraga”
Pondokan Jagasari dipandang baik wilayahnya untuk
dijadikan pemukiman, kemudian wilayah itu ditata oleh masyarakat dibawak kepemimpinan
seorang kesatrya dari Karangasem bernama I Gusti Nyoman Jelantik (treh I Gusti
Dawuh Baleagung) Mengingat desa tersebut amat makmur, aman dan sejahtra diberi
nama Desa Suka Pura. Desa Suka Pura sering dikunjungi oleh Raja I Gusti Made
Karangasem sambil mengadalakan misi spiritual di daerah sekitarnya seperti Pura
Mdenasa di Desa Sinabun, Pura Gunung Sekar di DesaSangsit, Pura Manik Mas di
Jagaraga dan Pura Taman di Bontihing. Kebetulan hubungan I Gusti Made
Karangasem dengan I Gusti Nyoman Jelantik masih ada hubungan keluarga. Setelah
Kerajaan Buleleng dikuasai oleh Belanda pada tanggal 28 Juni 1846, kemudian
raja Buleleng mundur ketimur menuju desa Suka Pura dan meminta bantuan ke Batur
Bangli untuk mendirikan benteng dengan
sistim perbentengan “supit urang” dimana benteng itu di buat atas bantuan oleh
laskar-laskar Bali yang berasal dari Badung, Klungkung, Gianyar, Bangli,
Tabanan, Karangasem di bawah pimpinan patih I Gusti Ketut Jelantik yang
jabatannya sebagai Mahapatih di kerajan Bulleng. Dari desa Suka Pura ini I
Gusti Ketut Jelantik dibantu oleh I Gusti Nyoman Jelanttik membuat kebulatan
tekad akan mempertahankan Buleleng dari penjajahan Belanda di sebuah Pura Dalem
dengan istilah “Sagara Madu”. Sehingga sampai sekarang terkenal Pura dalem Jagaraga
menjadi Pura Dalem Sagara Madu
Mengingat nama dua kesatria sama maka I Gusti Nyoman
Jelantik memakai nama Gelar I Gusti Lanang Sura yang artinya berani berperang
dalam pertempuran melawan musuh demi mmenegakkan kesatrian membela Negara.
Gelar beliau adalah sebuah kain putih paican Bhatara Dalem yang disebut
“Gngsir”, sehingga gelar I Gusti Nyoman Jelantih diebut “Jelantik Gingsir” yang
fungsinya mampu menyelamatkan diri bila prajurit ditutupi gingsir tersebut.
Kemudian masyarakat Desa Beji sering memberi isyarat ke Suka Pura untuk selalu
waspada menjaga diri mengingat Belanda akan mengadakan pertempuran,kemudian
timbul bisikan jagaraga dan lama kelamaan desa Suka Pura berubah nama menjadi
desa jagaraga.
Pada tanggal 8 Juni 1848 Belanda melancarkan serangan
terhadap benteng Jagaraga dengan melancarkan tembakan-tembakan meriam dari atas
kapal maupun dari pantai sangsit, di dalam penyerangan Belanda yang pertama ini
banyak di pihak pasukan Belanda yang gugur. Karena pihak Belanda belum
mengetahui siasat perang laskar Bali pada saat itu. Laskar Jagaraga melalui
perbentengan sebelah timur (supit urang kanan) dapat memukul pasukan Belanda
sehingga terputus, dengan demikian daerah Bungkulan dapat di kuasai oleh laskar
Jagaraga. Di dalam peperangan babak pertama ini pasukan Belanda dapat terpukul
mundur dengan meninggalkan banyak korban.
Pada tanggal 15 April 1849 di bawah pimpinan Mayor
Jendral Michiels dan Lenan Kolonel de Brauw mendarat di pantai Sangsit dan
langsung mengadakan serangan. Berdasarkan pengalaman pada masa yang lalu, kali
ini penyerangan Belanda di lakukan dari dua arah yaitu dari depan dan dari
belakang, semuanya berada di luar perbentengan supit urang. Akhirnya Belanda
berhasil mengurung benteng Jagaraga dengan demikian Laskar Jagaraga terasa terjepit.
Walaupun dengan segala keberanian rakyat Jagaraga berperang melawan tentara
Belanda, karena pasukan Belanda kali ini sangat banyak dengan persenjataan yang
sangat modern. Patih Jelantik berusaha untuk mundur untuk mencari bala bantuan ke Karangasem dan pertempuran dilanjutkan
oleh istrinya Jero Jempiring dibantu oleh I Gusti Lanang Sura (Nyoman Jelatik),
dengan gigih tetap maju dalam peperangan, dengan menghunus dua bilah keris satu
di tangan kiri dan satu di tangan kanan, Jero Jempiring berteriak-teriak
memanggil Laskar Bali yang terdesak mundur; dengan seruan “Orang laki-laki akan
hilang kelaki-lakianya apabila mundur dari medan pertempuran”. Apa gunanya
membuat pura yang dipuja setiap hari, apabila sekarang dibiarkan Belanda
mencemarkanya. Ucapan yang tajam keras dan tegas serta di ucapkan pada saat
yang tepat ini memberikan akibat psykhologis yang mempersonakan pada semangat
laskar Bali yang mundur tersebut. Lanang Sura juga memeberi semangat ksatrian
dengan slogan “Ksatrya mati dalam perang akan menuju sorga”sambil menghunus
keris Langlang Tanda paican Bhatara Kawitannya dari Pura Gunung Sekar.
Tiba-tiba
pasukan disekitar Jro Jempiring yang dengan jelas dapat mendengar teriakannya
itu berbalik ke depan dan diikuti oleh kawan-kawan seperjuangannya yang lain
gelombang demi gelombang, mereka mengamuk karena terbakar oleh emosi dan telah
kehilangan rasa takutnya dan akhirnya Jero Jempiring dan I Gusti Lanang Sura
gugur dalam peperangan . Beberapa orang yang sempat mengundurkan diri
bersama-sama Patih Jelantik menuju daerah Karangasem dengan maksud mencari
bantuan, ternyata dalam perjalanan itu tiba-tiba terbunuh.
Dalam peperangan babak ke dua ini akhirnya benteng
Jagaraga jatuh ke tangan Belanda pada tanggal 19 April 1849 dengan memakan
korban yang cukup besar pada ke dua belah pihak.
B.
Pemerintahan Desa
Desa Jagaraga yang merupakan salah satu Desa dalam wilayah Kecamatan
Sawan Kabupaten Buleleng, memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah
Utara : Desa Bugkulan
- Sebelah
Timur : Sungai Daya, desa Bengkala.
- Sebelah
Selatan : Desa Menyali.
- Sebelah
Barat : Sungai Gelung Desa Suwug.
Geografis Desa Jagaraga merupakan
dataran sedang dengan ketinggian
100.-150 meter diatas permukaan laut
denga curahhujan rata-rata 1.500 s/d 2.000 mm/tahun
Dilihat
dari jarak tempuhnya (orbitasi) Desa Jagaraga berada cukup jauh dari Pusat
Pemerintahan Kabupaten maupun Provinsi yaitu :
- Jarak
ke Ibu Kota Kecamatan : 4 Km.
- Jarak
ke Ibu Kota Kabupaten : 12 Km.
- Jarak
ke Ibu Kota Provinsi : 102 Km.
Desa Jagaraga pada akhir tahun 2018
mempunyai jumlah Penduduk sebanyak 6.088 jiwa, dengan rincian sebagai berikut :
-
Laki-laki : 2.066 jiwa
-
Perempuan : 2.071 jiwa.
-
Jumlah KK : 1.271 KK.
Jumlah Penduduk Desa Jagaraga menurut
Agama adalah sebagai berikut:
-
Agama Hindu : 4.137 orang.
-
Agama Islam : - orang.
-
Agama Katolik : - orang.
-
Agama Protestan : - orang.
-
Agama Budha : - orang.
Desa Jagaraga merupakan unit
Pemerintahan terkecil di Negara Kesatuan Republik Indonesia, langsung berada
dibawah Kecamatan, sesuai dengan undang-undang Nomor 6 Tahun 2014, tentang Desa.
a. Pemerintahan Desa Terdiri dari :
- Kepala
Desa/Perbekel
- Badan
Perwakilan Desa
- Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa
b. Dalam melaksanakan Pemerintahan Desa,
Kepala Desa dibantu oleh :
- Sekretaris
Desa
- Perangkat
Desa
c. Berdasarkan Undang-undang tersebut
diatas, Aparatur Pemerintahan Desa Jagaraga adalah sebagai berikut :
- Kepala Desa/Perbekel : Nyoman Partha, SH
- Sekretaris Desa : Nyoman
Satiawan, S Pd
Dibantu oleh Kepala Seksi :
- Seksi Pemerintahan : Made Buda Raspawan
- Seksi Sosial : I Made Wirata
- Seksi Pelayanan : Nyoman Sukriartini
Dibantu oleh Kepala Urusan :
- Kaur Keuangan : Nyoman
Suardewi
- Kaur Umum/Tata Usaha : Made Riasta
- Kaur Perencanaan : Ketut Johaniawan.
Kepala Dusun/Kelian Banjar
Dinas :
- Kepala Dusun Kangin Luan : Ketut Agus Sedana
- Kepala Dusun Kangin Teben : Putu Gede Suka Adnyana, SE
- Kepala Dusun Kauh Luan : Ketut
Wiarsa .
- Kepala Dusun Kauh Teben :
Nyoman Surianta
- Kepala Dusun Triwangsa : Ida Bagus Ketut Sunantara
Untuk
menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan Pemerintahan Desa, Desa Jagaraga
memiliki sarana dan prasarana Pemerintahan sebagai berikut:
- Kantor
Kepala Desa : 1 buah.
- Sekretariat
BPD : 1 buah.
- Sekretariat
LPM : 1 buah.
- Sekretariat
LINMAS : 1 buah.
- Kantor
Kepala Dusun : bergabung di Pemerintah Desa.
- Balai
Desa : 1 buah.
- Sekretariat
PKK : 1 buah.
- Bidan
Desa : 1 orang
- PLKKBPK
: 1 orang.
- Pustu : -
- Poskesdes : 1 unit.
- Posyandu
Lansia : 1 unit.
- Posyandu
Balita : 7 unit.
- BKB : 5 Kelompok.
- BKR : 1
Kelompok.
- BKL : 1
Kelompok.
- UPPKS : 2 Kelompok.
- Kelompok
KKBPK. Mandiri ; 1 Kelompok.
Rata-rata
waktu tempuh yang dipergunakan dari pusat Pemerintahan Desa ke tempat-tempat
kegiatan tersebut diatas adalah selama + 5 menit.
Dalam
memacu Pembangunan khususnya di Desa Jagaraga disamping struktur Pemerintahan
Desa, Lembaga-lembaga/organisasi yang ada di Desa Jagaraga yang turut berperan
aktif dan sebagai mitra kerja Kepala Desa dalam melaksanakan Pembangunan.
C. Pertanahan
Desa Jagaraga memiliki luas wilayah
sebesar 338 Ha, dengan rincian penggunaan lahannya sebagai berikut :
1. Permukiman :
20.002 Ha.
2. Perkantoran/Sekolah : 0.010 Are.
3. Ladang/Tegalan : 6.222 Ha.
4. Persawahan :
262.874 Ha.
5. Pekuburan : 0.041 Are.
.
D. Sosial Budaya dan Ekonomi
Desa Jagaraga memiliki lahan
pertanian dengan iklim trofis, sehingga keadaan ini mempengaruhi orientasi
kegiatan dari penduduk setempat, maka mata pencaharian dan pendapatan penduduk
masih dominan pada sektor Pertanian dan Perkebunan disamping peternakan dan
Industri Kecil.
Dalam meningkatkan produksi di
sektor pertanian dan perkebunan masyarakat Desa Jagaraga, khususnya para petani
masih bertumpu pada tanaman Kopi, cengkeh, kakao, buah-buahan seperti : salak,
durian, manggis, Nangka dan lain-lain.
Jenis dan produksi Petani Desa Jagaraga sementara ini
adalah sebagai berikut :
Mata Pencaharian Penduduk Desa
Jagaraga terdiri dari :
a.
Sektor Pertanian.
- Pertanian : 310 KK.
- Peternakan : 422 KK.
- Perkebunan : 97 KK.
- Nelayan : - KK.
b. Sektor Perindustrian
- Pembuatan Tahu Tempe : 5 orang.
- Pembuatan Jajan Bali : 10 orang.
- Pembuatan wadah/Bade : 1 orang.
- Bengkel Sepeda Motor : 3 orang.
- Bengkel Mobil : 1 orang.
- Bengkel Radio : 1 orang.
- Salon Kecantikan : 2
orang.
c. Sektor Jasa dan Perdagangan.
- Pegawai Negeri Sipil : 67 orang.
- TNI/POLRI : 13 orang.
- Petani : 195 orang.
- Pedagang : 245 orang.
- Bungalow : - orang.
- Transportasi : 2 orang.
- Tukang Kayu : 5 orang.
- Tukang Jahit/Bordir : 4 orang.
- Tukang Cukur : 1 orang.
- Buruh : 97 orang.
- Biro Jasa : - orang.
E. Bidang Kesehatan :
Secara umum kesehatan masyarakat Desa Jagaraga cukup
baik, hal ini dapat dilihat dari kondisi fisik Lingkungan, permukiman serta
sarana kesehatan yang ada di Desa Jagaraga dan didukung oleh Puskesmas Sawan II
yang secara rutin memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Desa Jagaraga
meliputi pemeriksaan Ibu Hamil dan balita, untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Dalam rangka mendukung
peningkatan derajat kesehatan masyarakat maka telah disediakan
sarana/prasarana yang diperlukan antara lain :
1. Sarana Air Bersih :
Sumber mata air
2. Keluarga Berencana :
- Jumlah PUS :
678
- Jumlah Aseptor :
560
- Memakai IUD : 176
- MOW : 26
- MOP : 1
- Kondom :
44
- Implant : 2
- Pil : 57
- Suntik : 254
3. Perumahan
- Rumah Permanen : 200 buah.
- Rumah Semi Permanen : 1.012 buah.
- Rumah Non Permanen :
121 buah.
4. Sarana Kesehatan
- Pustu : 0 buah
- Poskesdes : 1 buah
- Posyandu : 5 buah.
Statistik Kampung
Jumlah Jiwa 3589
Jumlah Kepala Keluarga 1101
Jumlah PUS 550
Keluarga yang Memiliki Balita 160
Keluarga yang Memiliki Remaja 216
Keluarga yang Memiliki Lansia 182
Jumlah Remaja 459
Total
376Total 174
Status Badan Pengurus

Sarana dan Prasarana

BKB
Bina Keluarga Balita (BKB)
Ada

BKR
Bina Keluarga Remaja (BKR)
Ada

BKL
Bina Keluarga Lansia (BKL)
Ada

UPPKA
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
Ada

PIK R
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)
Ada

Sekretariat KKB
Sekretariat Kampung KB
Ada

Rumah Dataku
Rumah Data Kependudukan Kampung KB
Ada
Dukungan Terhadap Kampung KB
Sumber Dana |
Ya,
APBN APBD Dana Desa Donasi/ Hibah Masyarakat Swadaya Masyarakat |
Kepengurusan/pokja KKB | Ada |
SK pokja KKB | Ada |
PLKB/PKB sebagai pendamping dan pengarah kegiatan |
Ada,
Ni Wayan Sumertiyani 198608222006042002 |
Regulasi dari pemerintah daerah |
Ada,
Surat Keputusan/Instruksi/Surat Edaran dari Bupati/Walikota SK Kepala Desa/Lurah tentang Kampung KB |
Pelatihan sosialisasi bagi Pokja KKB | Ada |
Jumlah anggota pokja yang sudah terlatih/tersosialisasi pengelolaan KKB |
20 orang pokja terlatih dari 20 orang total pokja |
Rencana Kegiatan Masyarakat | Ya |
Penggunaan data dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan |
Ya,
PK dan Pemutahiran Data Data Rutin BKKBN Potensi Desa Data Sektoral Lainnya |
Mekanisme Operasional
Rapat perencanaan kegiatan | Ada, Frekuensi: |
Rapat koordinasi dengan dinas/instansi terkait pendukung kegiatan | Ada, Frekuensi: Bulanan |
Sosialisasi Kegiatan | Ada, Frekuensi: Bulanan |
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan | Ada, Frekuensi: Bulanan |
Penyusunan Laporan | Ada, Frekuensi: Bulanan |