Tradisi Masyarakat Gorontalo dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Mesjid Raudatul Jannah Kel. Huangobotu

Huangobotu
Dipublikasi pada 15 September 2024

Deskripsi

Tradisi Daerah Gorontalo dalam setiap memperingati momentum Maulid Nabi Besar Muhammad SAW yaitu Dikili.


Dikili adalah suatu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Gorontalo mengiringi upacara Maulidan (peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW) setiap bulan Rabiul Awal menurut perhitungan tahun Hijriah. Dikili sebagai peninggalan leluhur isinya tertulis tangan dalam satu naskah berbentuk ungkapan dan kisah yang ditampilkan melalui lagu. Naskah yang tersebar dalam masyarakat terdiri atas: bahasa Arab, bahasa Indonesia dan bahasa daerah Gorontalo. Tiga bahasa dalam naskah tersebut ditulis bervariasi. Isi naskah terdiri atas dua bentuk, yaitu bentuk puisi dan bentuk prosa (cerita). Tradisi ini sudah dilakukan sejak zaman dahulu kala. Dikli dilaksanakan setiap tangal 12 Rabiul Awal sampai akhir bulan. Waktu pelaksanaan pada malam hari dengan memakan waktu sekitar 16 hingga 17 jam. Tukang dikili yang terdiri atas laki-laki dan perempuan dengan jumlah yang tidak terbatas, melagukan dikili kurang lebih 318 kata-kata pujaan terhadap Nabi Muhammmad SAW dalam 87 variasi lagu disamping itu membacakan 16 kisah tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW serta nasihat-nasihat tentang keagamaan. Pelaksanaan dikili dimulai sesudah sholat Isya, diawali dengan doa yang dipimpin oleh ahlul. Seusai doa, variasi lagu pertama (asala) dilagukan oleh ahlul kemudian diikuti oleh yang lainnya. Ini berlaku sampai besok harinya. Menjelang berakhirnya dikili, diadakan doa bersama, usai doa, dibagikan uang atau sajian (toyopo dan walima) kepada para tukang dikili. Fungsi sosial tercermin dalam partisipasi masyarakat yang dengan sukarela memberikan sumbangan baik berupa uang maupun sajian untuk dibagikan kepada ahlul dan tukang dikili. Selain itu, fungsinya sebagai hiburan dan keagamaan serta pendidikan

Sesi Kegiatan Keagamaan

Instansi Pembina Kegiatan

Sasaran Kegiatan