KEGIATAN OPERASIONAL KETAHANAN KELUARGA BERBASIS KELOMPOK KEGIATAN DI KAMPUNG KB
Deskripsi
MEMBENTUK GENERASI
REMAJA YANG BERKUALITAS.
Remaja merupakan ikon penting, remaja
itu merupakan masa transisi dari fase anak-anak menuju fase dewasa akhor yang
pasti nya banyak Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat,
pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan
perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan
pinggang dan kumis, dan dalamnya suara.
Pada perkembangan ini, pencapaian
kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak,
dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga. Remaja
itu labil, ingin selalu di mengerti. Karena merasa sudah dewasa jadi ia bebas
ingin melakukan apa saja yang ia inginkan, ingin mencoba hal-hal baru yang
menurut nyaa asik, ingin melakukan semua hal yang jelas-jelas di larang oleh
orang tua nya, ingin terus melanggar aturan, dan lain sebagainya.
Maka dari itu jika remaja tidak ada
yang memantau, membimbing, menuntun maka ia akan keluar dari jalur sebagai mana
semesti nyaa, mungkin ia akan mengikuti teman-teman nya yang tidak baik,
terjerumus ke dalam narkoba, seks bebas,tawuran pelajar, pornografi, pornoaksi,
perkosaan, pelacuran, perjudian, pembunuhan dan lainnya. dan hal-hal yang pasti
nyaa merugikan ia. Karena para remaja ini tidak memikirkan efek apa yang akan
ia dapat ketia ia melakukan hal itu, ia akan melakukan agar ia senang, agar di
akui oleh lingkungan perteman nyaa, jadi nya ia melakukan segala cara.
Nah bagaimana kita membentuk suatu
remaja yang betkualitas? Tanggung jawab untuk membentuk generasi yang tidak
lemah, dalam bahasa yang positif: generasi kuat atau generasi berkualitas, yang
pertama dan terutama berada di pundak para orang tua dalam keluarga. Namun
pembentukan generasi penerus yang berkualitas bukanlah kerja individual,
melainkan mesti melibatkan segenap unsur dalam masyarakat, seperti para
pendidik, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah, media massa, dan lain
sebagainya.
Ciri-ciri
Generasi Berkualitas
Ciri-ciri generasi berkualitas dilihat dari beberapa aspek penting,
yakni aspek fisik/jasmani, aspek psikis/psikologis, aspek sosial dan kultural,
serta aspek spiritual dan moral.
1. Aspek Fisik/Jasmani Generasi
berkualitas berarti generasi yang dari segi jasmani menunjukkan tingkat kesehatan
yang baik. Kesehatan jasmani dipengaruhi oleh jenis dan kualitas makanan sejak
dilahirkan, pada masa kanak-kanak, remaja, dan masa dewasa. Faktor lain yang
ikut berpengaruh adalah kebersihan dalam menjalani kehidupan baik kebersihan
diri, rumah dan lingkungan tempat tinggal.
Kualitas jasmani
ditentukan sejak masa konsepsi yang merupakan pengaruh dan tanggung jawab orang
tua. Setelah seseorang berangsur besar dan dewasa, maka memelihara kesehatan
jasmani merupakan tanggung jawab individu itu sendiri.
2. Aspek Psikis/Psikologis Psikologis
yang berkualitas diukur dari tingkat pengembangan dan pendayagunaan
potensi-potensi yang terdapat di dalamnya, seperti bakat, minat, kemampuan
berpikir, pengendalian emosi, kepedulian sosial dan lain-lain.
Kualitas psikologis
meliputi:aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Secara kognitif,
generasi berkualitas berarti dia memiliki kemampuan berpikir yang tajam,
pemahaman yang dalam, dan pengetahuan serta wawasan yang luas. Manusia
berkualitas memiliki pengetahuan yang memadai, berupa pengetahuan umum dan
khusus di bidangnya (Nawawi dan Martini, 1994). Kemudian kaitannya dengan
tantangan global dan modernitas di zaman sekarang ini, penguasaan atas ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) menjadi syarat mutlak bagi tegaknya generasi
dalam suatu kelompok masyarakat agar tidak tertinggal oleh generasi dari
kelompok masyarakat atau negara lain.
Dari segi afektif, generasi
berkualitas memiliki kecerdasan emosi yang baik. Dia memiliki kemandirian,
rajin dan senang bekerja, sanggup bekerja keras, tekun, gigih, disiplin, berani
merebut kesempatan, jujur, mampu bersaing dan bekerja sama, dapat dipercaya dan
mempercayai orang lain serta tidak mudah putus asa (Nawawi dan Martini, 1994).
Dan dari aspek psikomotorik, dia memiliki keterampilan atau keahlian tertentu
sebagai hasil pengembangan dan pendayagunaan potensi psikologis, yang
memungkinkan untuk menjadi sumber daya manusia yang produktif. Karakteristik
ini dimaksudkan bahwa manusia berkualitas mampu mewujudkan bakat dan minatnya
menjadi keterampilan dan bahkan keahlian, untuk memasuki lapangan kerja dan
mempunyai penghasilan (Nawawi dan Martini, 1994).
3. Aspek Sosial dan Kultural Manusia
diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial yang harus menjalani kehidupan
bersama dan dalam kebersamaan dengan orang lain. Perwujudannya dalam
kebersamaan tidak sekadar mampu bergaul dengan orang lain, tetapi juga memiliki
kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi. Misalnya, menolong orang lain yang
berada dalam kesusahan, suka bergotong royong, dan senang beroganisasi (Nawawi
dan Martini, 1994).
4. Aspek Spiritual dan Moral Aspek
spiritual terwujud dalam kualtas iman dan takwa, yang berarti kemampuan
mengendalikan diri untuk tidak melanggar yang diperintahkan dan sebaliknya
tidak memperturutkan sesuatu yang dilarang oleh Tuhan. Manusia yang beriman
tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai kesuksesan (Nawawi dan Martini,
1994). Kualitas spiritual (iman dan takwa, hubungan manusia dengan Tuhan)
terimplementasi dalam akhlak atau moral (hubungan manusia dengan sesamanya).
Akhlak terhadap ibu dan bapak adalah
dengan berbuat baik dan berterima kasih kepada keduanya. Akhlak terhadap orang
lain, yaitu bersikap sopan dan santun terhadap sesama, tidak sombong, tidak
angkuh, berjalan sederhana dan bersuara lembut (Hartati, 2006).
Faktor-faktor
yang Memengaruhi Terbentuknya Generasi Berkualitas
Terbentuknya generasi berkualitas dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
yang mendukung maupun yang menghambat. Dalam sejarah perkembangan manusia, ada
tiga lingkungan yang berpengaruh pada kepribadian dan kualitas dirinya. Tiga
lingkungan itu adalah keluarga, lembaga pendidikan formal, dan masyarakat.
1. Keluarga
Keluarga merupakan institusi pertama yang ditemui seorang anak dalam perjalanan
hidupnya. Keluarga adalah awal dari pengenalan dan pemahaman setiap anak
mengenai kehidupan (Nawawi dan Martini, 1994). Perkembangan kepribadian seorang
anak sangat dipengaruhi keadaan dan pola pengasuhan dalam keluarganya. Oleh
karena itu, peranan keluarga dalam proyek pembentukan generasi berkualitas
sangat penting untuk ditekankan.
Peranan keluarga dalam
memersiapkan generasi baru berkualitas, pertama sekali adalah dengan mewujudkan
pemeliharaan yang terbaik. Setiap anak memerlukan untuk tumbuh dan dibesarkan
dalam lingkungan yang sehat. Agar tercipta anak-anak yang berkualitas, menurut
Suyudi (2006), ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pertama, aspek
fisik atau jasmani. Artinya, setiap anak memiliki hak untuk dipenuhi kebutuhan
sandang, pangan, dan papan dari orang tuanya secara halal dan baik.
Kedua, aspek
psikologis. Setiap anak berhak hidup dalam lingkungan yang memiliki hubungan
harmonis antar anggota keluarga (suami isteri, anak, atau anggota keluarga
lainnya). Hubungan seperti ini yang akan membentuk kepribadian anak secara
positif. Sebaliknya, kehidupan yang diwarnai dengan pertengkaran, makian,
bentakan, dan kemarahan akan memberi dampak negatif bagi perkembangan
psikologis anak.
Ketiga, aspek
spiritual. Setiap anak juga membutuhkan lingkungan yang senantiasa menanamkan
akidah (nilai keimanan), bahwa Allah satu-satunya yang kuasa dan berhak
disembah, bahwa Allah tidak boleh dipersekutukan dengan apapun. Hal ini dapat
dilakukan dengan penanaman ajaran agama dan pembiasaan melakukan ibadah
sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw.
Keempat, aspek
sosiologis dan kultural. Setiap anak juga membutuhkan lingkungan sosial dan
kultural sosial dan kultur yang sehat dan humanis, sehingga membantu anak
memahami realitas kehidupan.
Karena begitu
pentingnya peranan keluarga dalam pembentukan generasi berkualitas ini,
hendaknya setiap manusia, laki-laki dan perempuan, harus sudah memikirkan model
keluarga yang bagaimana yang hendak ia bentuk sejak ia beranjak dewasa dan
mulai memilih pasangan. Generasi yang baik adalah apabila dihasilkan dari
pasangan-pasangan yang baik pula. Itulah sebabnya dalam syariat Islam ada
anjuran pernikahan, karena dengan pernikahan itu nantinya akan dihasilkan
generasi yang baik. Dan ini dimulai dari bagaimana cara memilih pasangan hidup.
Sikap selektif dan terencana dalam memilih pasangan hidup akan membawa pada
terbentuknya keluarga yang diharapkan.
Dalam hal ini, Nabi
Muhammad Saw. memberikan tuntunan, bahwa ”Perempuan dinikahi karena empat hal:
karena cantiknya, karena hartanya, karena nasabnya, dan karena agamanya
(kesalehannya). Tapi pilihlah karena agamanya, karena ini merupakan harta yang
paling bernilai.” Tampaknya ketika itu Nabi berbicara di hadapan para
sahabatnya yang laki-laki.
Untuk mewujudkan
keluarga dan anak-anak yang berkualitas, diperlukan perencanaan yang matang.
Setiap keluarga harus dapat memerhitungkan anak-anak yang mungkin lahir, karena
kehadiran seorang anak atau manusia baru memerlukan banyak kebutuhan, antara
lain, makan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
2. Lembaga Pendidikan Pendidikan adalah
suatu usaha yang sadar dan sistematis untuk menghasilkan manusia-manusia yang
terpelajar, memiliki kapasitas intelektual dan keterampilan tertentu. Oleh
karena itu peranan lembaga pendidikan dalam pembentukan generasi sangat
krusial. Seringkali kualitas seseorang diukur dari seberapa tinggi
pendidikannya. Meski tidak sepenuhnya tepat, hal itu memang banyak benarnya.
Maka agar sebuah
generasi menjadi generasi yang kuat dan berkualitas, pendidikan dan lembaga
pendidikan harus mendapat perhatian yang khusus. Sebisa mungkin, pendidikan
diselenggarakan dalam lembaga dan sistem yang baik, yang memungkinkan anak
didik mencapai segenap kualitas yang diperlukan olehnya dalam mengarungi
kehidupan. Pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak yang berkepentingan,
keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Permasalahan yang kita
hadapi sekarang ini di negara kita, lembaga pendidikan berkualitas baik identik
dengan biaya yang mahal. Sedangkan lembaga pendidikan dengan biaya yang sedang
atau murah, kualitasnya pun disesuaikan. Ada juga yang mengeluhkan, lembaga
pendidikan, khususnya yang formal, lebih banyak menitikberatkan pada aspek
kognitif atau intelektual, dan kurang menyentuh aspek moral.
3. Lingkungan Masyarakat Masyarakat
adalah lingkungan sekitar di mana seorang anak tumbuh dan dibesarkan. Bagi
seorang anak, pada mulanya masyarakat berarti teman-teman sepermainan tempat di
mana dia mulai bersosialisasi dengan orang-orang di luar anggota keluarganya.
Seiring dengan pertumbuhan usianya, pergaulannya pun akan semakin meluas,
dengan tetangga, komunitas kecil di kampung, hingga masyarakat di luar
kampungnya.
Lingkungan masyarakat
dengan segala sistem nilai dan normanya sangat berpengaruh pada kepribadian
seseorang. Masyarakat yang permisif dan materialistik akan cenderung
menghasilkan individu-individu yang permisif dan materialistik pula. Masyarakat
yang suka bekerja keras dan kreatif akan membuat individu-individu di dalamnya
suka pula bekerja keras dan kreatif. Dahulu Siti Aminah mengirimkan anaknya,
Muhammad, untuk disusui oleh wanita dari pedesaan agar Muhammad kecil tidak
terpengaruh oleh budaya kota Mekah yang materialistik sehingga kepribadiannya
berkembang secara lebih murni.
Maka agar suatu
generasi menjadi generasi yang berkualitas, ia memerlukan tumbuh dalam
lingkungan masyarakat yang berkualitas pula, dengan sistem nilai dan norma yang
akan mendukung dan mengarahkan kepribadiannya menjadi baik. Tidak mudah
membentuk masyarakat yang baik, dan terlebih karena hal itu bukan semata
tanggung jawab individu atau suatu keluarga, melainkan memerlukan kerjasama
berbagai pihak dan pemerintah. Maka ketika sebuah keluarga tinggal di
lingkungan masyarakat yang dinilai kurang kondusif bagi perkembangan
kepribadian anak, apa yang dilakukan Siti Aminah merupakan saran yang patut
dipertimbangkan.