KEGIATAN OPERASIONAL KETAHANAN KELUARGA BERBASIS KELOMPOK KEGIATAN DI KAMPUNG KB
Deskripsi
Bekal
dan Persiapan Menuju Pernikahan, Remaja Perlu
Persiapan yang Baik Sebelum Menikah
Kurangnya pengetahuan
orang tua bahwa dalam menikahkan anaknya harus ada hal yang perlu di persiapkan
dengan baik. Remaja adalah usia potensial
untuk merencanakan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Karena itu,
peran generasi remaja saat ini banyak diarahkan pada kesehatan reproduksi,
persiapan pernikahan, mencegah kawin usia dini, dan membina keluarga yang
harmonis.
Pernikahan
adalah perjalanan bahtera panjang, penuh lika-liku terpaan badai dan gelombang.
Untuk mengatasinya diperlukan pengalaman dan pemahaman yang kuat akan hakikat
manusia dan kehidupan.Maka harus ada banyak bekal yang perlu disiapkan, sedikit
demi sedikit, setapak demi setapak, sebelum benar-benar menuju gerbang
pernikahan. Persiapan kesehatan pranikah merupakan sebuah tindakan
pencegahan yang perlu dilakukan oleh kedua calon pengantin. Hal ini bertujuan
untuk mencegah terjadinya permasalahan kesehatan pada diri sendiri, pasangan,
maupun pada keturunan ke depannya.
4 Bekal dan Persiapan
Menuju Pernikahan
1.
Bekal Ilmu dan Fikroh
Bekal pemikiran salah
satunya adalah mempunyai visi dan misi tentang akan kemana keluarga ini dibawa
setelah terjadinya pernikahan. Memahami peta dan jalur perjalanan jauh lebih
memungkinkan untuk sampai di lokasi tujuan dengan baik ketimbang kita buta sama
sekali dan terus bertanya di setiap perempatan. Begitu pula hal-hal teknis
terkait fiqh suami istri, haid bagi perempuan, bahkan perceraian, semestinya
sejak awal dipahami kedua calon mempelai. Banyak yang gagap dan gagal bahkan
sesat tanpa sadar karena tidak berupaya menggali pemahaman dan fikroh seputar
pernikahan.
2. Mental Psikologis
Pernikahan sejatinya untuk
mereka yang berpikiran dewasa, siap mandiri dan tangguh, bukan mereka yang
masih menikmati sebagai anak mama nan manja dalam kesehariannya. Dalam
pernikahan kita menemui hal-hal yang bisa membelalakkan mata dan meluluhkan
hati dalam setiap satuan waktunya, karenanya membutuhkan kedewasaan, kesabaran,
mental yang kuat agar tidak berbuah kezaliman bagi pasangannya. Sudah cukup
kita dengar adanya fenomena piring terbang dalam rumah tangga, atau ringan
tangan dalam arti negatif, rasa-rasanya semua berawal dari ketangguhan mental
yang tak seberapa.
3. Bekal Fisik
Mungkin ada yang
iseng bertanya, bekal fisik untuk apa, memangnya mau ikut sea games ? .
Inilah uniknya pernikahan, yang bertemu bukan hanya cinta kasih, jiwa dan
tatapan mata, tetapi juga raga dihalalkan bahkan dianjurkan untuk menyatu jua.
Pertemuan dua raga ini membutuhkan kesiapan fisik yang luar biasa, agar hilang
segapa penat, agar pupus segala gelisah, dan agar tunduk pandangan pada yang
diharamkan. Urusan kesiapan fisik memang bukan semata soal hubungan suami
istri, namun juga diharapkan dengan fisik yang kuat, bertambahnya amanah
setelah pernikahan bisa diselesaikan dan dihadapi dengan baik juga.
Sederhananya, jika dahulu bekerja hanya untuk mencari sesuap nasi bagi diri
sendiri, maka setelah menikah harus meningkatkan kerja kerasnya untuk
mendapatkan sesuap nasi dan sebongkah berlian untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya.
4. Finansial
Negara kita belum
sekelas Singapura atau Jerman yang mempunyai subsidi khusus bagi mereka yang
mau menikah atau bahkan memperbanyak keturunan. Atau negara Saudi yang
mempunyai bantuan pinjaman pra pernikahan, atau bahkan mempunyai kebijakan gaji
bagi ibu rumah tangga. Karena itu semua, maka para pemuda yang hendak menikah
setiapnya harus menyiapkan dana yang lumayan, dari mulai acara resepsi, mahar
dan tentu saja persiapan belanja bulanan lainnya. Mungkin ada sebagian yang
berteriak lantang bahwa finansial bukan hal yang pantas untuk dipertimbangkan
karena soal rejeki adalah urusan Allah SWT. Hal tersebut benar sepenuhnya, tapi
kali ini kita tidak bicara soal filosofis, tapi benar-benar teknis bahwa mulai
besok setelah akad ada dua lambung yang harus diisi, dan ada dapur yang harus
tetap mengepul, karenanya prinsip bonek tidak selamanya bisa diaplikasikan kali
ini. Prinsip moderatnya, kemiskinan tidak menghalangi seseorang untuk menikah,
tetapi juga tidak menjadikan suami punya alasan untuk tidak menafkahi anak
istrinya.
Pasangan suami istri harus siap dengan segala
perubahan yang akan mewarnai kehidupan berkeluarga. Dan bagi mereka, pasangan
yang telah memiliki pengetahuan serta telah mempersiapkan dengan baik dan
matang, maka pasangan remaja itu akan mampu membangun keluarga yang baik sesuai
dengan yang diharapkan bersama. kesiapan usia merupakan kesiapan umur untuk
menikah, idealnya 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki.
Pentingnya kesiapan usia tersebut berkaitan
dengan mempersiapkan pola pikir yang matang dalam mempersepsikan sebuah
pernikahan. Hal ini dibutuhkan supaya pasangan remaja mengetahui dan memiliki
pengetahuan tentang melahirkan dan merawat anak serta mengarungi kehidupan
berkeluarga dimasa mendatang. Jadi, pentingnya penyiapan kehidupan berkeluarga
bagi remaja melalui pemahaman tentang pendewasaan usia perkawinan. Sehingga
mampu melangsungkan jenjang pendidikan secara terencana, berkarier dalam
pekerjaan secara terencana, serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai
siklus kesehatan reproduksi.