Gambaran Umum


SEJARAH SINGKAT DESA MUARA GADING MAS KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (BABAD ALAS LABUHAN MARINGGAI) Pada mulanya Desa Muara Gading Mas adalah sebuah muara pesisir dengan aliran sungai kecil yang airnya mengalir dari hulu kesungai yang bersumber dari mata air prigi dibawah bukit gunung camang dimana mata air tersebut mengalir hingga muara pesisir dengan jarak kurang lebih 6 (enam) kilo meter. Pada saat itu aliran sungai tersebut masih terlihat jernih dan indah serta masih terlihat dimana aliran sungai juga ditumbuhi hijaunya tanaman eceng gondok disepanjang aliran sungai dengan diiringi suara derik serangga hutan yang tidak pernah berhenti serta diramaikan dengan suara pekikan nyamang yang bergelantungan dahan pohon.

Keadaan pesisir pantai yang terbelah oleh muara sungai hingga terbentang hamparan lumpur (cair mati istilah bahasa nelayan) yang membalur hingga daratan hingga terlihat batas antara lautan dan daratan disepanjang pesisir Sumatra bagian Timur, disini pula yang menjadi perbedaan atara pesisir Timur dan Selatan. Daratan Desa Muara Gading Mas pada saat itu masih berupa hutan belantara yang ditumbuhi tanaman pohin api-api (kelompok tanaman mangrove) atau bahasalainya adalah mangi-mangi, sia-sia, boak, koak, pejapi, papi, nyapi dan lain-lain dengan ciri :

1. Akar napas serupa paku byang panjang dan rapat, muncul keatas lumpur disekeliling pangkal batangnya

2. Daun-daun dengan kelenjar garam dipermukaan bawahnya, dilapisi Kristal garam.

3. Biji api-api berkencambah tatkala buah belum gugur Menurut dari beberapa sumber tokoh masyarakat dan tokoh adat Sekitar pada tahun 1915-1950 daratan Desa Muara Gading Mas ditumbuhi beberapa macam tumbuhan yang dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :

1. Bagian timur Pesisir ditumbuhi hutan api-api (Mangrove) dimana daerah barat ini masyarakat menyebutnya Muara Pancer Kuala.

2. Bagian barat 500 Meter kedaratan menuju kehulu sebagian rawa-rawa ditumbuhi pohon bogem, kapi dada, pohon kayu buta-buta dan warakas gelaga rawa wilayah tersebut dinamakan Muara Kembang terdapat juga aliran sungai yang bersumber dari muara utik.

3. Sedangkan daratan dibagian selatan juga subur ditumbuhi pohon-pohon diantaranya pohon kayu panggang, pohon nibung, pohon cemara dan pohon rangas dimana daerah tersebut masyarakat menyebutnya daerah muara uncal.

Yang pada tahun 1970 hutan tersebut dibuka menjadi lokasi peladangan yang sangat subur yang saat ini menjadi destinasi Wisata Pantai Kerang Mas yang dibuka pada tahun 2011 oleh seorang Kepala Desa Muara Gading Mas dan segenap masyarakat Desa. dan ditahun yang sama sekitar tahun 1970 daerah tersebut (Muara Uncal) juga menjadi istana bagi binatang-binatang liar seperti babi hutan, rusa, harimau, gajah, monyet dan camang. Serta berbagai macam jenis burung yang setiap musim semi tiba bertaburan menghiasi langit Desa Muara Gading Mas. (BABAD ALAS MERINGGE BAGIAN I) Babad alas Labuhan Maringgai yang luwes dengan bahasa Cirebon (Indramayu) menceritakan tentang kisah awal mula Desa Muara Gading Mas yang dibuka dan diduduki menjadi pemukiman nelayan pada tahun 1952. Dengan sumber sejarah yang diceritakan oleh beberapa tokoh dan sesepuh salah satunya adalah ibu Hj. Tarini Binti Durakim kelahiran Indramayu Jawa Barat tahun 1945.

Menceritan awal mula para nelayan yang berasal dari Cirebon Indramayu yang memasuki wilayah pesisir Labuhan Maringgai yang pada masa itu Desa Labuhan Maringgai dikenal oleh para nelayan dari Indramayu dengan sebutan Meringge Lampung. Hingga nama tersebut hingga saat ini masyarakat nelayan yang berasal dari indramayu menyebutnya Meringge. Diceritakan pula diawali serombongan nelayan dari daerah Jawa Indramayu yang diketuai oleh seorang yang paling dituakan diatara rombongan pelayaran yaitu dengan Nama MBAH KUWU TALKIM dengan nama lengkap TUBAGUS ARYO SUMATRI kelahiran Tahun 1908 yang berasal dari Desa Bungkul Kabupaten Indramayu yang menurut cerita pada tahun 1945 beliau adalah salah satu pejuang Kemerdeakaan Indonesia yang berasal dari Kota Indramayu. Dan juga beliau pernah menjabat menjadi kuwu yang pada saat ini disebut juga Kepala Kampung Atau Kepala Desa didaerah Indramayu, oleh sebab itu juga masyarakat menyebutnya MBAH KUWU. Kedatangan rombongan nelayan kewilayah Labuhan Maringgai pada Tahun 1954 karan sebelumnya pada Tahun 1952 mbah kuwu terlebih dahulu mengawali masuk kewilayah Labuhan Maringgai diwilayah pedukuhan perkampungan nelayan yang terletak 1200 Meter dari pelabuhan Kampung bom sampai Muara Pesisir Kuala. Karana hal tersebutlah beliau datang kembali beserta rombongan nelayan yang berbekal alat jarring dogol, garam, dan bahan-bahan kebutuhan pokok yang dibawa dari jawa.

Dengan nama-nama rombongan nelayan yaitu mbah Irpangi, Kusman, Durakim, Kartikan dan juga para ABK yang turut dengan perahu tradisional. Ciri khas nelayan dari Indramayu yaitu menggunakan prahu Jegong, rombongan nelayan Indramayu tersebut berlayar berlayar dari Babadan Indramayu dengan seluruh keluarga, Mbah Kuwu Talkim beserta istri yang bernam Mbah Gede Sarwitem juga membawa serta anak-anaknya yang kelak anak-anaknya tersebut akan menjadi salah satu tokoh penggagas berdirinya Desa Muara Gading Mas dan menjabat menjadi Kepala Desa Muara Gading Mas yang pertama. Dimana nama-nama anak mbah kuwu talkim tersebut adalah Masduki, Sutinah, Karwita, Sukarto, Turinah, Mursinah. Alasan rombongan nelayan Indramayu yang diketuai mbah kuwu talkim membawa keluarga adalah karna konon kabarnya pada masa itu hasil laut yang berada dipesisir Labuhan Maringgai sangat melimpah ruah hingga para nelayan dari Banten, dan sungai teladas pun ikut bermukim ditempet tersebut. Dimana masyarakat nelayan yang bermukim dutempat tersebut menjunjung tinggi adat istiadat dan budaya bergotong royong sehingga tempat tersebut menjadi ramai. Maka mulai pada saat itu rombongan nelayan dari Indramayu dan masyarakat nelayan dari Banten dan sungai telasa mulai menetap ditempat tersebut yang pada saat itu diperkirakan berjumlah 60 jiwa diataranya 40 laki-laki dan 20 Perempaun dan anakanak.

BABAD ALAS MERINGGE BAGIAN II) Seiring berjalanya waktu ditempat itu (Desa Muara Gading Mas) yang dengan keindahanya yaitu matahari terbit dari Timur laut (sunrise) dengan cahaya yang memancar persis diatas lautan yang bergelombang. Dimana tempat yang mulai ramai ditempati banyak masayarakat nelayan tersebut, berada dititik timur laut yang berbatasan dengan selat kalimntan dan selat jawa. Hanya dengan hitungan tahun sekitar dua tahunan pemukiman nelayan yang sudah mulai ramai tersebut mengalami kemajuan ekonomi, hal ini diceritan langsung oleh narasumber yang saat dibuat profil ini beliau masih hidup dan dalam keadaan sehat yaitu Bapak Abdul Rozak Bin Kadinah kelahiran tahun 1956. Kemajuan pemukiman tersebut selain mulai ramai dipadati penduduk dimana juga didatangi salah satu tokoh dari banten yaitu Bapak Hi. Halimi yang berasal dari Gunung Santri Banten yang membawa serta rombongan nelayan dari tempat asalnya. dengan niat dan tujuan yang sama dengan rombongan nelayan sebelumnya sebelumnya yaitu untuk ikut menikmati hasil laut yang terkenal sangat melimpah ruah. Selain kepadatan penduduk kemajuan yang dialami adalah kemajuan ekonomi dimana terdapat juga nelayan yang mulai membuka wirausaha pengolahan ikan asin yang mana hasilnya dijual didaerah jawa, Kali Baru Jakarta Utara dan pulau wali Banten. Kemajuan tersebut pun dirasakan langsung oleh mbah Kuwu Talkim yang membawa rombongan nelayan, hanya dengan waktu dua tahun bermukim beliau sudah memiliki prahu kapal lombo atau setara dengan perahu pinisi dengan satu tiang penggerak layar dengan diberi nama Kapal Laut Telaga Baru yang mampu mengangkut sembako, garam, dan ikan kering dengan tonase 10 Ton. Yang pada tahun itu 1956 dinahkodai oleh Nde Kasdinah yang bertugas menjadi pemasok logistik sembako bahan pangan yang di datngkan dari Jakarta. Kesaksian diperkuat dengan cerita bapak nong kelaghiran jogja 1922, sekitar tahun 1958 kemakmuran Desa Muara Gading Mas mulai diketahui oleh nelayan-nelayan lain yang berada diwilayah daerah cerebon lain ( Babatan dan Eretan) mulai berdatangan diantaranya Bapak Nong, Bapak Kadmira, Bapak Cariman, Bapak Kusen, Bapak Bloer, Bapak Rastam, Bapak Akmad, Bapak Nurhadi. Mereka bergegas mendatangi Desa Muara Gading Mas mereka berlayar menempuh waktu sekitar lima hari lima malam. Dengan patokan menuju daerah yang terdapat gunung camang.

(BABAD ALAS MERINGGE BAGIAN III) Dalam kisah lain diriwayatkan oleh Bapak Hi. Dasaad Indra Guryu Bin Bapak Musni Minak. Labuhan Maringgai pada saat ini menjadi bagian Dusun Desa Muara Gading Mas yaitu Dusun I Labuhan Dalam I pada tahun 1925 menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan. Dan pada masa itu Labuhan Maringgai selain ditempati pribumi Lampung juga dari beberapa suku Indonesia diantaranya Palembang, Bugis, Arab dan tiong hua. Dimana pada masa itu masayrakat Labuhan Maringgai berkebundan berdagang. Disini pada tahun 1925 tersebut msh belaum banyak nelayan pendatang yang bermukim ditempat tersebut. Desa Muara Gading Mas pada Tahun 1950 Masih Masuk Kedalam Desa Labuhan Maringgai. Pada saat itu lebih dikenal dengan sebutan Muara Pesisir Kuala, dan pada saat itu Labuhan Maringgai masih dipimpin oleh Kepala Kampung yang bernama Bapak Zaebudin Pangiran Imir Bin Abdul Mutholib Bin Hi. Abu Bakar beliau dikenal denga kepribadian arif dan bijaksana oleh sebab itu beliau sangat disegani masyarakat. Beliau mengatur masyarakat pribumi dan pendatang dengan bijaksana. Hingga pada Tahun 1982 Ibu Mursinah Putri Bapak Kuwu Talkim berserta suaminya Bapak Imam seorang Pensiunan TNI yang memliki keluarga di Pemerintahan Provinsi Lampung mengusulkan perlu dilakukanya pemekaran Desa. karna pada saat itu pemukiman Nelayan mulai dipadati Penduduk, maka di anggap perlu untuk dilakukan pemekaran Desa. dengan pengetahun dari Bapak imam maka dibuatlah proposal pemekaran desa dimana proposal tersebut diantar langsung oleh Ibu Mursina dan Bapak Imam. Kemudian dengan atas pertimbangan proposal tersebut maka Pemerintah provinsi menyetujui pemekaran tersebut.

Atas respon dari Pemerintah Provinsi maka para tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh-tokoh lainya mengadakan musyawarah untuk memebrikan nama Desa yang baru tersebut. Dari beberapa pendapat diberinya nama Maura Gading Mas adalah karna lokasi desa tersebut berada d wilayah Muara antara sungai dan lautan dan juga didesa tersebut merut para tokoh banyak sekali binatang Gajah maka diberi nama Gading, karana hasil laut pada masa itu sangat amat melimpah sangant mudah unyuk memebeli Emas maka ditambah dengan kata Emas. Atas dasar tersebut lah para tokoh sepakat untuk member nama desa yang baru tersebut dengan nama Desa Muara Gading Mas Maka pada Tahun 1985 Desa Muara Gading Mas berdiri sendiri menjadi Desa Muara Gading Mas Dengan Kepala Desa pertama yaitu Bapak Sukarto Putra Bapak Kuwu Talkim. Yang dilantik oleh Bapak Bupati R. Sukirno. Adapun pejabat Kepala Desa antara lain : NO NAMA KEPALA DESA TAHUN MEMERINTAH 1. SUKARTO 1985 – 1987 2. SAMSURI 1987 – 1988 3. ACHMAD SANUSI 1988 – 2009 4. ACHMAD SANUSI 2009 – 2010 PJS 5. WAHYONO 2010 – 2011 PJS 6. WAHYONO 2011 - 2017 7. WAHYONO 2017 - 2023

A.Keadaan umum Desa Desa Muara Gading Mas adalah salah satu Desa yang ada diwilayah Kabupaten Lampung Timur.yang berdiri sejak tahun 1985 dengan luas wilayah 654,5 Ha dengan batas-batas sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan desa Sriminosari - Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa - Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Bandar Negeri - Sebelah Barat berbatasan dengan desa Labuhan Maringgai, Maringgai dan Tanjung Aji B. Keadaan Geografis Ketinggian tanah dari permukaan air laut 2 M, banyaknya curah hujan 250mm, topologi daerah dataran rendah, jenis tanah pasir hitam, putih dan gambut, suhu udara rata-rata 280 c300 c, orbitasi jarak dari pusat Pemerintahan Kecamatan 2 Km, jarak dari pusat kabupaten Lampung Timur 60 Km dan jarak dari pusat provinsi lampung 121 Km. C. Keadaan Penduduk : Jumlah penduduk Laki-laki : 5.121 jiwa Perempuan : 4.653 jiwa Jumlah jiwa : 9.774 jiwa Jumlah KK : 2.716 KK D. Keadaan sosial penduduk : Penduduk Desa Muara Gading Mas terdiri dari beraneka ragam suku bangsa diantaranya suku jawa 62%, suku bugis 22%, suku lampung 10% suku padang dan lain-lain 10% dari jumlah kepala keluarga penduduk desa Muara Gading Mas.

Statistik Kampung


Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Jumlah Jiwa
8759
Jumlah Kepala Keluarga
2352
Jumlah PUS
1368
Persentase Partisipasi Keluarga dalam Poktan (Kelompok Kegiatan)

Keluarga yang Memiliki Balita
597
Keluarga yang Memiliki Remaja
1561
Keluarga yang Memiliki Lansia
607
Jumlah Remaja
1561
PUS dan Kepesertaan Ber-KB
Total
1045
PUS dan ketidaksertaan Ber-KB
Total
323

Status Badan Pengurus


Sarana dan Prasarana


Bina Keluarga Balita (BKB)
BKB

Bina Keluarga Balita (BKB)

Ada

Bina Keluarga Remaja (BKR)
BKR

Bina Keluarga Remaja (BKR)

Ada

Bina Keluarga Lansia (BKL)
BKL

Bina Keluarga Lansia (BKL)

Ada

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
UPPKA

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)

Ada

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)
PIK R

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)

Tidak Ada

Sekretariat Kampung KB
Sekretariat KKB

Sekretariat Kampung KB

Tidak Ada

Rumah Data Kependudukan Kampung KB
Rumah Dataku

Rumah Data Kependudukan Kampung KB

Ada

Dukungan Terhadap Kampung KB


Sumber Dana Ya,
Swadaya Masyarakat
Kepengurusan/pokja KKB Ada
SK pokja KKB Ada
PLKB/PKB sebagai pendamping dan pengarah kegiatan Ada,
SANTOSO
196607301989031004
Regulasi dari pemerintah daerah Tidak Ada
Pelatihan sosialisasi bagi Pokja KKB Tidak Ada
Jumlah anggota pokja yang sudah terlatih/tersosialisasi pengelolaan KKB 0 orang pokja terlatih
dari 21 orang total pokja
Rencana Kegiatan Masyarakat Tidak Ada
Penggunaan data dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan Belum Diisi

Mekanisme Operasional


Rapat perencanaan kegiatan Ada, Frekuensi: Bulanan
Rapat koordinasi dengan dinas/instansi terkait pendukung kegiatan Tidak Ada
Sosialisasi Kegiatan Tidak Ada
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Tidak Ada
Penyusunan Laporan Ada, Frekuensi: Tahunan