Kegiatan Oprasional Ketahanan Keluarga Berbasis Kelompok Tribina
Soreah
Dipublikasi pada 25 February 2019
Deskripsi
Tujuan Pembentukan KeluargaTujuan pembentukan keluarga secara umum adalah untuk mencapai kesejahteraan dan
ketahanan keluarga seperti (Hughes & Hughes 1995):
1. Menyusun keturunan yang baik dan utuh dengan cara memaafkan yang sangat diperlukan
dalam membangun keluarga dan mengembangkan keturunan; Berpikir positif, fokus pada
sesuatu yang bersifat baik; dan menjalankan system kekeluargaan berdasarkan keturunan
garis ayah.
2. Meningkatkan sikap positif dengan keyakinan bahwa anak adalah suatu hadiah dari
Tuhan dengan menjadikan fungsi parenting sebagai pengaruh besar bagi anak.
3. Menyesuaikan sikap antar suami istri dalam hal personalitas, strategi resolusi, cara
berterima kasih, spiritual.
4. Meningkatkan afeksi keluarga yang meliputi cinta, saling menyukai dan bahagia apabila
bersama. Adapun landasan dari afeksi keluarga adalah kecintaan pada Tuhan untuk saling
menyayangi suami istri.
5. Cara meningkatkan afeksi keluarga adalah dengan membiasakan makan bersama,
meningkatkan kualitas dan kuantitas komunikasi (bertanya, mendengarkan, perhatian dan
berpikiran positif), liburan bersama, merencanakan hari-hari istimewa bersama, dan
pemeliharaan keunikan keluarga serta memelihara tradisi.
6. Mengembangkan spiritual keluarga dengan cara meningkatkan kegiatan rohani untuk
pembinaan jiwa, berdoa, dan meningkatkan rasa bersyukur.
7. Meningkatkan kehidupan keluarga sehari-hari dengan cara menerapkan disiplin yang
layak, mendidik anak-anak untuk berperilaku baik, dan meningkatkan kualitas hidup
berkelanjutan yang baik.
Pengertian Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga
Pengertian ketahanan keluarga tidak sama dengan pengertian kesejahteraan keluarga
(family well-being), namun saling berkaitan. Penjelasan ketahanan keluarga dirangkum sebagai
berikut:
1. Keluarga diamahkan oleh Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga:
2
a. Bab II: Bagian Ketiga Pasal 4 Ayat (2), bahwa pembangunan keluarga bertujuan
untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram dan
harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan
kebahagiaan batin.
b. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan
yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak
yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggungjawab, harmonis dan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa.
c. Kualitas keluarga adalah kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan,
kesehatan, ekonomi, sosial budaya, kemandirian keluarga dan mental spiritual
serta nilai-nilai agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.
d. Ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki
keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materiil guna
hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis
dalam meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin.
e. Pemberdayaan keluarga adalah upaya untuk meningkatkan kualitas keluarga,
baik sebagai sasaran maupun sebagai pelaku pembangunan, sehingga tercipta
peningkatan ketahanan baik fisik maupun non fisik, kemandirian serta
kesejahteraan keluarga dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas.
2. Ketahanan keluarga adalah kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan
ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik material dan psikis mental spiritual
guna hidup mandiri, mengembangkan diri dan keluarganya untuk mencapai keadaan
harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin (UU Nomor 10/1992).
3. Menurut Chapman (2000) ada lima tanda adanya ketahanan keluarga (family strength)
yang berfungsi dengan baik (functional family) yaitu (1) Sikap melayani sebagai tanda
kemuliaan, (2) Keakraban antara suami-istri menuju kualitas perkawinan yang baik, (3)
Orangtua yang mengajar dan melatih anaknya dengan penuh tantangan kreatif, pelatihan
yang konsisten dan mengembangkan ketrampilan, (4) Suami-istri yang menjadi
pemimpin dengan penuh kasih dan (5) Anak-anak yang mentaati dan menghormati
orangtuanya.
4. Pearsall (1996) menyatakan bahwa rahasia ketahanan/ kekuatan keluarga berada
diantaranya pada jiwa altruism antara anggota keluarga yaitu berusaha melakukan
sesuatu untuk yang lain, melakukan dan melangkah bersama, pemeliharaan hubungan
keluarga, menciptakan atmosfir positif, melindungi martabat bersama dan merayakan
kehidupan bersama.
5. Ketahanan keluarga menyangkut kemampuan individu atau keluarga untuk
memanfaatkan potensinya untuk menghadapi tantangan hidup, termasuk kemampuan
untuk mengembalikan fungsi-fungsi keluarga seperti semula dalam menghadapi
tantangan dan krisis (the National Network for Family Resilience 1995).
6. Ketahanan keluarga versi Sunarti (2001) menyangkut kemampuan keluarga dalam
mengelola masalah yang dihadapinya berdasarkan sumberdaya yang dimiliki untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya; Diukur dengan menggunakan pendekatan sistem yang
meliputi komponen input (sumberdaya fisik dan non fisik), proses (manajemen keluarga,
salah keluarga, mekanisme penanggulangan) dan output (terpenuhinya kebutuhan fisik
dan psikososial). Jadi keluarga mempunyai:
3
a. Ketahanan fisik apabila terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, perumahan,
pendidikan dan kesehatan (indikator: pendapatan per kapita melebihi kebutuhan
fisik minimum) dan terbebas dari masalah ekonomi (indikator: terbebas dari
masalah ekonomi).
b. Ketahanan sosial apabila berorientasi nilai Agama, komunikasi berlangsung
efektif, komitmen keluarga tinggi (pembagian peran, dukungan untuk maju dan
waktu kebersamaan keluarga, membina hubungan sosial dan mekanisme
penanggulangan masalah.
c. Ketahanan psikologis keluarga apabila keluarga mampu menanggulangi masalah
non fisik, pengendalian emosi secara positif, konsep diri positif (termasuk
terhadap harapan dan kepuasan) dan kepedulian suami terhadap istri.
7. Ketahanan keluarga (family strengths atau family resilience) merupakan suatu konsep
holistik yang merangkai alur pemikiran suatu sistem, mulai dari kualitas ketahanan
sumberdaya, strategi coping dan =appraisal‘. Ketahanan keluarga (Family Resilience)
merupakan proses dinamis dalam keluarga untuk melakukan adaptasi positif terhadap
bahaya dari luar dan dari dalam keluarga (McCubbin et al. 1988).
8. Otto (Mc Cubbin 1988) menyebutkan komponen ketahanan keluarga (family strengths)
meliputi:
a. Keutuhan keluarga, loyalitas dan kerjasama dalam keluarga.
b. Ikatan emosi yang kuat.
c. Saling menghormati antar anggota keluarga.
d. Fleksibilitas dalam melaksanakan peran keluarga.
e. Kemampuan pengasuhan dan perawatan dalam tumbuh kembang anak.
f. Komunikasi yang efektif.
g. Kemampuan mendengarkan dengan sensitif.
h. Pemenuhan kebutuhan spiritual keluarga.
i. Kemampuan memelihara hubungan dengan lingkungan luar keluarga.
j. Kemampuan untuk meminta bantuan apabila dibutuhkan.
k. Kemampuan untuk berkembang melalui pengalaman.
l. Mencintai dan mengerti.
m. Komitmen spiritual.
n. Berpartisipasi aktif dalam masyarakat.
9. Adapun menurut Martinez et al. (2003), yang disebut dengan keluarga yang kuat dan
sukses adalah dalam arti lain dari ketahanan keluarga adalah sebagai berikut:
a. Kuat dalam aspek kesehatan, indikatornya adalah keluarga merasa sehat secara
fisik, mental, emosional dan spiritual yang maksimal.
b. Kuat dalam aspek ekonomi, indikatornya adalah keluarga memiliki sumberdaya
ekonomi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (a living wage)
melalui kesempatan bekerja, kepemilikan aset dalam jumlah tertentu dan
sebagainya.
c. Kuat dalam kehidupan keluarga yang sehat, indikatornya adalah bagaimana
keluarga terampil dalam mengelola resiko, kesempatan, konflik dan pengasuhan
untuk mencapai kepuasan hidup.
d. Kuat dalam aspek pendidikan, indikatornya adalah kesiapan anak untuk belajar di
rumah dan sekolah sampai mencapai tingkat pendidikan yang diinginkan dengan
keterlibatan dan dukungan peran orang tua hingga anak mencapai kesuksesan.
4
e. Kuat dalam aspek kehidupan bermasyarakat, indikatornya adalah jika keluarga
memiliki dukungan seimbang antara yang bersifat formal ataupun informal dari
anggota lain dalam masyarakatnya, seperti hubungan pro-sosial antar anggota
masyarakat, dukungan teman, keluarga dan sebagainya, dan
f. Kuat dalam menyikapi perbedaan budaya dalam masyarakat melalui keterampilan
interaksi personal dengan berbagai budaya.
Keluarga sebagai satu entitas selalu menghadapi ancaman kerapuhan/ kerentanan (family
vulnerability) yang berasal dari kekuatan dari luar keluarga, yang dapat menimbulkan kerusakan
(potential damage). Gangguan/ ancaman dari berbagai aspek tersebut baik sosial, ekonomi
maupun lingkungan alam dapat menimbulkan kerapuhan keluarga pada berbagai aspek, seperti
sosial, ekonomi dan lingkungan. Dampak dari semua gangguan ini tergantung dari seberapa
besar ancaman yang ada. Adapun jenis-jenis ancaman/ kerapuhan (vulnerability) (UNDP 2000)
adalah:
1. Kerapuhan aspek ekonomi (Economic Vulnerability) yang merupakan tekanan makro
termasuk tekanan ekonomi keluarga terhadap produksi, distribusi dan konsumsi ekonomi
keluarga.
2. Kerapuhan aspek lingkungan (Environmental Vulnerability) yang merupakan tekanan
dari luar yang berasal dari sistem ekologi sumberdaya alam (natural eco-systems).
3. Kerapuhan aspek sosial (Social Vulnerability) yang merupakan tekanan dari luar yang
berhubungan dengan stabilitas sosial dan masalah sosial masyarakat.
4. Contoh berbagai Ancaman (Vulnerability):
a. Sulitnya mencari pekerjaan, karena tekanan pengangguran yang tinggi.
b. Tingginya angka kemiskinan.
c. Marginalisasi kehidupan kemanusiaan di perkotaan.
d. Marjinalisasi ekonomi pedesaan.
e. Rawan bencana alam (gempa, banjir, gunung berapi dll).
f. Inflasi ekonomi yang tinggi.
g. Tingginya biaya hidup pada berbagai aspek kehidupan termasuk biaya kesehatan.
h. Keamanan pangan yang tidak terjamin.
Sesi Kegiatan Keagamaan
Instansi Pembina Kegiatan
Tidak ada
Sasaran Kegiatan
Tidak ada