Gambaran Umum


Mengingat sampai saat ini dirasakan kurangnya informasi yang memadai khususnya bagi Generasi Muda , maka timbulah niat serta keberanian kami untuk menyusun serta menulis secara singkat mengenai asal usul Desa Beraban. melalui sumber - sumber yang layak dipercayai untuk diketengahkan hingga berhasil terwujudnya tulisan ini , adanya cerita-cerita rakyat yang dikaitkan dengan prasasti yang berupa sebuah lontar tua masih tersimpan disalah satu keluarga di Desa Beraban  ( Geria Batu Buah ) Pada Kulit lontar itu tertera “ Empu Pranadnyana Siwa 2 “.

Di dalam lontar tersebut terketiklah tahun Icaka 1116 , “ Titi paksa ruwa welas “ merupakan awal cerita yang diceritakan berlangsungnya permusyawarahan para Empu di Toh Langkir ( Gunung Agung ). Diceritakan pula jaman keemasan Dinasti Dalem di Gelgel, pergeseran/perpindahan pemukiman di Desa Beraban serta kedatangan  Dang Hyang Dwijendra di Pura Tanah Lot.

Asal usul nama Desa Beraban nama suatu tempat ataupun Desa pada umumnya didasarkan atas suatu peristiwa baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif atau dikaitkan pula dengan berbagai hal berbagai peringatan dari peristiwa atau hal tersebut. Demikian juga halnya Desa Beraban yang berlokasi di dekat pantai Tanah Lot di wilayah Kecamatan Kediri, Daerah Tingkat II Tabanan. Asal usulnya berkaitan erat dengan pergeseran/perpindahan pemukiman penduduk yang semula bermukim di sepanjang pantai mengalih ketengah.

Pemukiman di pesisir pantai diawali dengan kedatangan “Dalem Kresna Kepakisan“ ke Bali pada awal tahun 1380. Beliau diiringi oleh para Arya , para Rsi dan banyak pengikutnya yang lain. Tersebut juga di dalam Lontar itu Beliau beserta rombongan menuju tempat yang dianggap suci yakni: SILA NGUNGANG yang kini disebut Batungaus (disebelah timur pura Tanah Lot).

Beberapa pengikut Beliau tidak ikut melanjutkan perjalanan , bahkan membuat pemukiman di sepanjang pantai ke barat, yang namanya disesuaikan dengan keadaan alam dan lingkungan , seperti Batu Ngemped, Batu Gang, dan lain sebagainya. Dikisah juga didalam lontar “ Empu Pradnyana Siwa “ adanya seorang gadis cantik yang lahir dari “Pilahingwatu“. Di pemukiman Batu Gang ( Batugaing ) kejelitaan itulah yang pada akhirnya mengundang bencana, dimana “ Ki Dawang “ pelarian dari “ Kunir Lidah “ (sekarang disebut Nyitdah), menggoda si anak Gadis tersebut, yang akhirnya menimbulkan keributan dan kegaduhan di seluruh pemukiman tersebut “ KEBEREBEHAN DENING KALA “. Untuk menenangkan suasana para Rsi/Bagawanta mendirikan suatu pura Prahahyangan penyimpan kala yang sekarang disebutr pura “  Kali Pisang “. Yang terletak di Pangkung Tibah disebelah Barat Desa Beraban. Dari kata “ BEREBEHAN “ inilan berubah menjadi “BERABAN“. Dijaman pemerintahan Dalem khususnya Dalem Baturenggong, struktur politik dan kenegaraan Keraton Gelgel lebih mendekati Sistim Negara Kesatuan. Semua penguasa Daerah di Bali bertanggung jawab langsung kepada Penguasa tertinggi di Gelgel. Dengan restu Gelgel diangkatlah Ki Bendesa Beraban selaku Penguasa di Desa Beraban, di dampingi oleh para Rsi/Bagawanta. Pada saat Ki Bendesa Berabanlah datangnya “Dang Hyang Dwijandra“ (Tahun 1578) di Desa Beraban, dan melakukan penyucian diri di “Gili Bio“, yang artinya pulau ditengah laut (Sekarang dengan nama Pura Tanah Lot).

Sesaat Dang Hyang Dwijendra meninggalkan Desa Beraban, Beliau sempat menghadiahkan sebuah keris Pusaka atau Pasupati yang diberi nama  “Ki Baru Gajah“. Beberapa tahun kemudian Ki Bendesa Beraban membuktikan keampuhan Keris Pusaka tersebut terhadap musuhnya “Ida Dalem“, Ibhuta Raja Kala Bebaung“ yang sedang merajalela di Baliling (Buleleng). Setelah tewasnya Ibhuta Raja Kala Bebaung, Ki Bendesa Sakti Beraban menuntut Janji terhadap Ida Dalem , yang mana Dalem dengan berat hati dan terpaksa menyerahkan permaisurinya yang sedang hamil tua , dengan syarat agar jangan di campuri sebelum kandungan tersebut lahir. Putra Dalem kemudian lahir dalam perjalanan di Nyitdah , serta diberi nama Satrya Pungakan Dalem.

Keris itu kemudian diserahkan kepada Satrya Pungakan Dalem, yang akhirnya karena suatu dan lain hal Keris itu pindah ketangan Arya , serta kini disimpan di Puri Kediri. Pada tahun 1686 , pindahnya Kerajaan Dalem dari Gelgel ke Klungkung (Puri Semara Pura) Politik dan sistim dan Kenegaraan lebih mendekati sistim Konfederasi, dimana fungsi Klungkung tidak lagi sebagai Penguasa Politik Tertinggi.

Pada saat itu pula, Kerajaan Menguwi mencapai puncak kejayaanya, serta sempat memporakporandakan Desa Beraban dalam menjalankan expansinya. Disaat jatuhnya Menguwi terjadi lagi perpindahan Pemukiman Penduduk, seperti Pasekan pindah ke Gegelang , Batu Ngemped dan Njung Pura ke Dukuh. itu pulalah merupakan tonggak awal pembenahan struktur Desa, yang sudah barang tentu perubahan - perubahannya mengikuti perkembangan zaman dan Era pembangunan. Lahirnya beberapa Banjar/Dusun. Setelah terkepungnya kerajaan Menguwi oleh laskar Tabanan dan Badung, barulah adanya ketenangan dan ketentraman, termasuk pula Desa Beraban mulai berbenah diri mengaktifkan masing-masing Banjar yang ada diwilayah Desa Beraban. Adapun Bebanjaran yang mewilayahi Desa Beraban pemberian namanya telah dikaitkan/disesuaikan dengan Letak , Denah dan juga peringatan dari pada suatu peristiwa.

Sangat erat kaitannya dengan peristiwa atau kejadian seorang Gadis Cantik (bernama PARIENG WARINGIN) yang pernah membawa bencana atau malapetaka “ Keberebehan“, sehingga merupakan kesan dan kenangan yang tidak bisa dihapuskan maka wujud dan pigur si “PARIENG WARINGIN“ diwujudkan dalam struktur Desa membujur dari utara kearah selatan menuju laut. Paling ujung utara merupakan Hulu atau Kepala adalah Banjar “ULU DESA “ turun kebawah yang merupakan leher, Banjar “GEGELANG“ berasal dari kata        “LANGGA”   artinya tenggorokan. Banjar “BATU BUAH“ (sekarang BATANBUAH) merupakan “Payudara“, Banjar Beraban, terletak dititik tengah antara batas utara dan selatan    (Laut) merupakan “NAVEL“ NYA Desa, terbukti parahyangan “PUSER TASIK“, di Banjar Beraban, sehingga nama banjar disamakan dengan nama Desa. Banjar Batu Gang (Sekarang Batugaing) merupakan Boga (Pagina)

Adapun Banjar Dukuh atau Kukuh yang artinya “Tahan“, merupakan orang - orang yang kuat menahan diri untuk melepaskan keduniawian, yang juga merupakan tangan kanannya  Disebelah kiri adalah Banjar Sinjuana, berasal dari kata “Sindhu dan Wana“ yang artinya hutan rawa. Konon dulu sebelum Kerajaan Menguwi merupakan batas wilayah Beraban.

Sedangkan banjar yang terakhir terletak di tapal batas timur Desa, sekarang merupakan pemukiman orang-orang yang di beri nama Suaka pada jaman kerajaan Menguwi. Mereka berjanji untuk memenuhi semua peraturan dan tatatertib yang berlaku di Desa Beraban. Dari kata Janji lahirlah banjar Nyanyi.

Statistik Kampung


Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Jumlah Jiwa
6531
Jumlah Kepala Keluarga
2112
Jumlah PUS
3014
Persentase Partisipasi Keluarga dalam Poktan (Kelompok Kegiatan)

Keluarga yang Memiliki Balita
358
Keluarga yang Memiliki Remaja
783
Keluarga yang Memiliki Lansia
1546
Jumlah Remaja
783
PUS dan Kepesertaan Ber-KB
Total
0
PUS dan ketidaksertaan Ber-KB
Total
0

Status Badan Pengurus


Sarana dan Prasarana


Bina Keluarga Balita (BKB)
BKB

Bina Keluarga Balita (BKB)

Ada

Bina Keluarga Remaja (BKR)
BKR

Bina Keluarga Remaja (BKR)

Tidak Ada

Bina Keluarga Lansia (BKL)
BKL

Bina Keluarga Lansia (BKL)

Ada

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
UPPKA

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)

Tidak Ada

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)
PIK R

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)

Ada

Sekretariat Kampung KB
Sekretariat KKB

Sekretariat Kampung KB

Ada

Rumah Data Kependudukan Kampung KB
Rumah Dataku

Rumah Data Kependudukan Kampung KB

Ada

Dukungan Terhadap Kampung KB


Sumber Dana Ya,
APBN
APBD
Dana Desa
Kepengurusan/pokja KKB Ada
SK pokja KKB Ada
PLKB/PKB sebagai pendamping dan pengarah kegiatan Ada,
I WAYAN SUKARWA,SH
196907181995031002
Regulasi dari pemerintah daerah Ada,
Surat Keputusan/Instruksi/Surat Edaran dari Bupati/Walikota
SK Kepala Desa/Lurah tentang Kampung KB
Pelatihan sosialisasi bagi Pokja KKB Ada
Jumlah anggota pokja yang sudah terlatih/tersosialisasi pengelolaan KKB 2 orang pokja terlatih
dari 11 orang total pokja
Rencana Kegiatan Masyarakat Tidak Ada
Penggunaan data dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan Belum Diisi

Mekanisme Operasional


Rapat perencanaan kegiatan Ada, Frekuensi: Bulanan
Rapat koordinasi dengan dinas/instansi terkait pendukung kegiatan Ada, Frekuensi: Bulanan
Sosialisasi Kegiatan Ada, Frekuensi: Triwulan
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Ada, Frekuensi: Tahunan
Penyusunan Laporan Ada, Frekuensi: Bulanan