Gambaran Umum
Desa Fatumnasi di Kecamatam Fatumnasi menjadi satu-satunya desa wisata di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia atau ADWI, Desa Fatumnasi mulai ikut sejak tahun 2021 dan belum masuk dalam nominasi.
Wisata Fatumnasi memiliki pontensi wisata alam yang melimpah dan budaya yang memikat. Pesona alam yang indah dan budaya yang kental menjadikannya destinasi wisata andalan di TTS dan NTT umumnya.
Jarak tempuh dari Kota Soe, Ibu Kota TTS menuju Desa Fatumnasi sekitar 34 kilometer. Dari Kota Kupang menuju kawasan wisata ini bisa menempuh jarak sekitar 143 kilometer.
Desa Fatumnasi saat ini masuk klasifikasi desa wisata rintisan di NTT. Daya tarik wisata di desa ini adalah cagar alam dan warisan budaya yang masih lestari.
Pengunjung disuguhkan pemandangan alam yang asrih, pepohonan hijau, sabana dan bukit-bukit batu yang ditumbuhi pepohonan. Kawasan Desa Fatumnasi sangat sejuk dan teduh. Udara segar dan bersih dihirup bebas di sini.
Desa ini berada di kaki Gunung Mutis, tepatnya masuk pada kawasan utama Cagar Alam Gunung Mutis. Tak heran bila desa wisata ini terkenal udara dingin karena berada di ketinggian 1.480 mdpl.
Terdapat pohon-pohon ampupu yang dijuluki bonasi hutan karena usia tanaman ini mencapai puluhan tahun hingga ratusan tahun di temukan di Hutan Fatumnasi. Bonsai hutan menjadi daya tarik foto bagi pengunjung yang datang ke Hutan Fatumnasi.
Sesuai dengan kondisi ekosistem, jenis flora yang terdapat di Cagar Alam Gunung Mutis didominasi oleh jenis Ampupu/Hue (Eucalyptus alba), disamping itu flora lain yang terdapat di Cagar Alam Gunung Mutis seperti : Bijama (Elacocarpus petiolata), Haubesi (Olea paniculata), Kakau/Cemara Gunung (Casuarina equisetifolia), Manuk Moto (Decaspermum fruticosuni), Oben (Eugenia littorale), Salalu (Podocarpus rumphii), Natwon (Decaspermum glaucescens), Natbona (Pittospermum timorensis), Kunbone (Asophylla glaucescens), Tune (Podocarpus imbricata), Natom (Daphniphylum glaucesceus), Kunkai-kote (Veecinium ef. varingifolium), Tastasi (Vitex negundo), Manmana (Croton caudatus), Mismoto (Maesa latifolia), Kismoto(Toddalia asiatica), Pipsau (Harissonia perforata), Matoi (Omalanthus popuhlneu) dan aneka jenis paku-pakuan serta rumput-rumputan.
Selain alam yang indah dan kaya, di tempat ini anda menemukan rumah tradisional masyarakat Desa Fatumnasi yang unik. Rumah adat ini disebut Ume Kbubu, bangunan tradisional berbentuk bundar.
Ume tua terdiri dari dua kata yakni Ume yang berarti rumah dan Kbubu yang memiliki arti bundar. Ume kbubu memiliki fungsi dapur keluarga dan tempat menyimpan hasil panen.
Destinasi Wisata Andalan
Cagar Alam Mutis dengan Gunung Mutis dan kawasan sekitarnya merupakan daerah terbasah di Pulau Timor karena memiliki curah hujan tahunan rata-rata 2.000-3.000 milimeter (mm). Kondisi itu cukup tinggi jika dibandingkan di wilayah lainnya di Pulau Timor yang berkisar 800-1.000 mm per tahun. Lamanya bulan basah hingga mencapai 7 bulan dengan frekuensi hujan terjadi pada bulan November sampai Juli, membuat suhu di cagar alam dan hutan bonsai rata-rata berkisar 14-29 derajat Celcius dengan suhu terekstrem bisa mencapai 9 derajat Celcius.
Kelembaban yang dihasilkan sebagai daerah terbasah di Pulau Timor telah menyebabkan spesies lumut jenggot (Usnea sp.) tumbuh subur pada bagian bonggol hingga batang tanaman ampupu di dalam hutan bonsai. Selain itu, meski siang hari selimut kabut tipis senantiasa menyinggahi kawasan konservasi ini. Sinar mentari yang menghujam di antara kabut tipis serta batang pohon tua setinggi tak lebih dari 5 meter itu menghadirkan siluet cahaya yang indah. Kondisi ini telah memancing masyarakat di luar Desa Fatumnasi untuk berkunjung sekaligus berwisata menikmati kawasan paling sejuk di NTT ini.
Menurut Balai Konservasi Sumber Daya Alam NTT, pohon ampupu juga dapat ditemui dalam jumlah kecil di Pulau Flores, Wetar, serta daerah-daerah lain seperti Adonara, Lomblen, dan Pantar. Tetapi vegetasi ampupu terbesar terdapat di kawasan Cagar Alam Mutis di Fatumnasi dengan ciri khas yang tak ditemui di wilayah lain. Tak hanya ampupu yang mewarnai keindahan Cagar Alam Mutis karena masih ada tanaman lainnya khas dataran tinggi seperti pohon hau besi (Ilex odorata), tune (Podocarpus imbricata), ajaob (Casuarina aquisetifolia), hau solalu (Podocarpus pilgeri).
Kehadiran hutan bonsai ampupu seluas tak lebih dari satu hektar di Fatumnasi ini dapat menjadi alternatif wisata alam favorit tak hanya bagi Kabupaten TTS, juga untuk Provinsi NTT karena keunikannya yang tak ditemukan di wilayah lain di Indonesia. Pemerintah setempat juga sudah selayaknya membenahi akses jalan menuju hutan bonsai di samping mengajak masyarakat setempat dan stakeholder lainnya untuk ikut menjaga dan melestarikan obyek wisata alam ini dengan segala kearifan lokalnya.
Statistik Kampung
Jumlah Jiwa n/a
Jumlah Kepala Keluarga
Jumlah PUS
Keluarga yang Memiliki Balita
Keluarga yang Memiliki Remaja
Keluarga yang Memiliki Lansia
Jumlah Remaja
Total
0Total 0
Status Badan Pengurus

Sarana dan Prasarana
Dukungan Terhadap Kampung KB
Data belum diisi
Mekanisme Operasional
Data belum diisi