Gambaran Umum
ASAL USUL KETURUNAN MASYARAKAT DUSUN
PELAYANG DAN PENINJAU
DALAM
KECAMATAN BATHIN II
PELAYANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Allah Subhaanahu Wa Ta’aala (SWT).
yang telah memberi kesehatan dan kesempatan kepada saya, atas Rahmat dan Karunia-Nya,
Kisah ini dapat saya selsesaikan tepat pada waktunya. Selanjutnya shalawat
serta salam tetap tercurahkan kepda Baginda Nabi Besar kita Muhammad
Shalallaahu ‘Alaihi Wassallam (SWT). yang telah membawa kita dari alam
kegelapan hingga alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Kedua Orang Tua saya
SULAIMAN BIN UMAR (Alm) & HASANAH (TUN) yang telah melahirkan dan berjuang
membesarkan saya hingga saya mampu seperti saat ini. Buat Suami tercinta
MAJLAN, S.Pd.I Bin ZAINUBI yang selalu mensupport saya. INDRA ZETTA MAHEZA BIN
Drs. H. ZULFIKAR ACHMAD anak dari mantan Bupati Bungo H. Drs. H. ZULFIKAR
ACHMAD yang sekarang menjabat sebagai Anggota Komisi IX DPR RI, kepada
Koordinator KB Kecamatan Bathin II Pelayang, Rio Pelayang serta seluruh
jajarannya, Rio Peninjau, Tokoh
Masyarakat HARAMAINI BIN YUSUF, BAMBANG HIDAYAT BIN BACHRUM, Mantan Datin
Seberang Jaya MARLINI , dan seluruh Masyarakat dalam Kecamatan Bathin II
Pelayang yang telah mensupport saya hingga saya mampu menyatukan kisah dua
sejoli dari Kerajaan Minang Kabau (Sumbar) dan dari Kerajaan Mataram (Tanah
Jawa) bersama keluarga mereka yang ikut tinggal dan beranak pinak dalam
kecamatan Btahin II Pelayang.
Kisah ini saya susun guna untuk mengingatkan kembali kepada penerus
Dusun Pelayang, Peninjau tetang Sejarah Asal-usul Masyarakat Dusun Pelayang,
Masyarakat Dusun Peninjau, dan Masyarakat dari beberapa Dusun lainnya diluar
Wilayah Kecamatan Bathin II Pelayang. Dengan
di terbitkan kembali kisah ini di harapkan Masyarakat dalam Kecamatan
Bathin II Pelayang mengenang selalu sejarah nenek moyang mereka dan mampu
mengembangkan kepada anak cucu mereka kelak, Aamiiiiin Yaa Rabbal’aalamiiiiin.
Pada kesempatan ini saya juga berterima kasih kepada siapapun yang
telah ikut memberikan sumbangan tenaga dan pikiran dalam penyusunan Kisah ini.
Saya menyadari bahwa penyusunan Kisah
Sejarah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu saya mohon masukan dan saran
untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Pelayang,
05 September 2024
PKB/PLKB
SAMSIAH,
S.Pd.I
NIP.
198604212022212003
BAB I
BERAWAL DARI KISAH
PUTRI KERAJAAN MINANG KABAU YAITU, PUTI BENSU
Bungo-Asal usul tejadinya
sejarah bilangan VII Kabupaten Bungo dari Kerajaan Minang Kabau (Sumbar) yaitu
Rajo Datuk PARPATIH Nan Sebatang yang mempunyai beberapa orang anak. Yang
pertama bernama PUTI BENSU, yang kedua
SULTAN BAGINDA SATI. Inilah yang menjadi sejarah pangkal atau pokok Desa
Pelayang Sampai Ke Desa Rantau Tipu.
Pada suatu malam PUTI BENSU Putri Rajo PARPATIH yang masih gadis
bermimpi berpacaran dengan anak Raja Mataram yang bernama BUJANG NURMAN MALIK.
Begitu juga dengan Bujang pada malam dan jam yang sama berimpi dengan materi
yang sama. Mimpi dengan materi yang sama itu terus sekali seminggu dan tidak
ada perbedaan.
Memang aneh, dan akhirnya PUTI BENSU dan BUJANG NURMAN MALIK
berpacaran dalam hati dan sama-sama menanggung perasaan dalam hati. Mimpi
tersebut tidak pernah diceritakan pada kedua orang tua apa yang di alami oleh
mereka berdua.
Didalam mimpi tersebut sangatlah jelas oleh mereka berdua bentuk raut
muka dan suara mereka berdua, hanya satu perbedaan di antara mereka berdua
yaitu di batasi lautan yang sangat luas.
Pada suatu hari Datuh PARPATIH mengumpulkan keluarga dan anak buahnya
merundingkan rencana Perkawinan putrinya, dan mengadakan sidang. Dalam sidang
tersebut PUTI BENSU berjanji mau Kawin kalau Antan Batuneh Lesung Badaun. “
Saya sanggup di bunuh, di gantung tinggi, di buang jauh, dan dikubur
dalam-dalam”.
Janji tersebut dipegang oleh anggota sidang. Acara pengantin berlanjut
semakin lama semakin ramai di kunjungi, masyarakat terus mendatangi Istana.
Akhirnya Antan sudah mulai bertuneh Lesung sudah Mulai Berdaun. PUTI BENSU
menangis air mata membasahi kasur. Dan akhirnya PUTI BENSU mengirim pesan lewat
angin untuk BUJANG NURMAN MALIK. “Kalau memang itu jodoh saya datanglah dan ini
alamatnya”. BUJANG NURMAN MALIK datang ke Istana. Sesampainya di Istana BUJANG
melamar PUTI ternyata Lamaran itu di tolak mentah-mentah oleh Raja.
Dengan tekat bulat mereka berdua lari ke daerah yang dahulu kala
bernama SONAH tidak jauh dari Desa Peninjau.
Tidak di sia-siakan, mereka berdua di ikuti oleh adik PUTI BENSU yang
bernama SULTAN BAGINDA SATI. Mereka di nikahkan di atas BATU DINDING tempat
jemuran PUTI BENSU.
Mereka melewati Sungai yang di penuhi Rotan Sego. Sungai itulah yang
di rintis oleh mereka berdua. Tidak tahu ujung dan pangkalnya. Sekarang sungai
itu diberi nama Sungan Batang Tebo yang masalalu dipenuhi Rotan Sego. Mereka
tidak mau lagi pulang ke Istana, karena sudah malu sampai beranak cucu disana.
Adapun asal usul Masyarakat Pelayang hingga Rantau Tipu sebagai
berikut :
Sejumlah 6 orang dari Kerajaan Minang Kabau :
1.
PUTI BENSU (anak Raja Datuk Marpatih)
2.
SULTAN BAGINDA SATI (adik PUTI BENSU)
3.
PANINGKA BAYANG (Hulubalang)
4.
ACIK NANG LIPEK (istri Hulubalang PANINGKA
BAYANG)
5.
PANINGKA KEMBANG (Hulubalang Raja Minang Kabau)
6.
ACIK SUTO DILAYANG (istri Hulubalang PANINGKA
KEMBANG)
Sejumlah 5 orang dari Mataram :
1.
NURMAN MALIK (anak Raja Mataram)
2.
PANGLIMA BAJO (Hulubalang)
3.
SANTIANI (istri Hulubalang PANGLIMA BAJO)
4.
PANGLIMO SINGO (Hulubalang Raja) dan
5.
SUNAYATI (istri Hulubalang PANGLIMO SINGO)
Sejumlah 2 orang dari Palembang :
1.
MAYANG SERI (istri SULTAN BAGINDO SATI)
2.
ANANG SATI (adik MAYANG SERI)
Sejumlah 1 orang dari Jambi :
1.
AYU NANI (istri ANANG SATI)
Itulah asal usul berkembangnya Masyarakat Pelayang, Peninjau sampai
Rantau Tipu. Dusun Pelayang dan Peninjau adalah nama salah satu dusun yang ada
di Kecamatan Bathin II Pelayang Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Asal usul dusun
Pelayang dan dusun Peninjau dimulai dari empat belas orang ninek Puyang tersebut di atas.
Enam orang nan dari Kerajaan Minangkabau
Pagaruyung Sumatera Barat, lima orang dari Mataram Tanah Jawa, dua orang dari
Palembang, dan satu orang dari Jambi. Maka semuanya berjumlah empat belas
orang, tujuh laki-laki dan tujuh perempuan. Tujuh pasangan inilah asal usul
Bathin yang tujuh yaitu Lima bathin yaitu dari Lubuk Mengkuang hingga sampai
kerantau tipu.
BAB II
KISAH PERJUANGAN
PUTRA KERAJAAN MATARAM TANAH JAWA YAITU, NURMAN MALIK
RATU DEWI berkata “...wahai Abangku, jangan diucapkan dua kali, kita
Cuma berdua kakak beradik. Bumi hancur dunia karam dunia adikmu ini, marilah
saya bantu abang sebelum waktu subuh abang berangkat menuju Kerajaan Minangkabau
Pagaruyung. Bawalah nan Waris Pesako kito yaitu Jung Kecik, Jung Temago, Luan
Mas Kemudi Pirak nan berlayar kain Suto Belang Kendelus. Kalaulah sampai di
Minang berjumpa dengan yang dimaksud berilah kodenya kepadaku, aku berusaha
menggelapkan matahari. Abang jangan sampai lengah dan lalai, gunakan masa yang
terbaik itu.
Maka berangkatlah NORMAN (adalah NURMAN MALIK) ke pelabuhan dipanggil
angin sebalang seri, angin merebahkan tanggul menegakkan batang membungkarkan
tabun didalamnya laut. Sebelum siang NORMAN sudah tiba di pelabuhan Teluk Bayur
Padang. NORMAN berjalan dari Pelabuhan ke Pagaruyung seperti angin yang
kencang. Tiga hari tiga malam sebelum baralek, pada pagi Jum’at kala itu PUTI
BENSU sedang menjemur kain disamping rumahnya, ia melihat NURMAN MALIK anak
Raja Mataram lewat di depan rumahnya. Sehingga tanpa pamit Puti langsung
mengikuti anak Raja Mataram tersebut. Lalu NORMAN memberi kode kepada adiknya
Ratu Dewi, lalu Ratu Dewi berusaha mengeluarkan kesaktiannya dengan
menggelapkan matahari. Maka kemudian timbullah gelap gulita. Tapak tangan dimuka
tidak kelihatan. Tiba-tiba Hulubalang terpekik.
Orang-orang sebanyak itu tidak ada yang kelihatan. Maka disitulah PUTI
BENSU disebut juga dengan PUTI BUTO HILANG di Laman. Setelah tahu PUTI hilang,
maka hiruk pikuklah Hulubalang Raja untuk mencari PUTI BENSU yang hilang.
Sebagian ke Barat, sebagian ke Timur, sebagian ke Utara dan sebagian ke
Selatan. Mereka masing-masing membawa suatu alat yang bernama Kendi. Apabila
berat air sungai dari air yang dibawa melalui Kendi k maka kesitulah larinya
Puti. Dalam perjalanan ke Timur puluhan batang air yang ditimbang masih berat
juga air yang dibawa. Setelah tiba diMuaro Sungai Sarut, ternyata berat air
yang dibawa dari sungai Sarut tersebut. Maka disusurilah sungai Sarut tersebut
sampai ke hulunya.
Habis hari berganti minggu, habis minggu berganti bulan untuk mencari
Puti akhirnya rombongan itu tibalah di Tanah Tumbuh. Pikiran pergi elang
beranak mudo, belum membao belum balik. Besoknya meneruskan perjalanan,
nampaklah antaiyan kain magai di pinggir air yang sekarang bernama Batang
Semagi. Meneruskan perjalanan haripun sudah tinggi, maka bersama-sama mandi
berkecimpung di sungai teluk yang sekarang menjadi dusun Teluk Kecimbung.
Sesudah mandi meneruskan perjalanan, haripun sudah tinggi badanpun sudah lelah.
Maka istirahatlah pada suatu tempat, sebagian memasak, sebagian membuat pelanta
panjang (tempat beristirahat) yang sekarang menjadi Dusun Panjang. Sesudah
istirahat maka rombongan meneruskan perjalanan tidak berapa jauh dari pelanta
panjang nampaklah sungai itu dangkal. Maka melayanglah (menyeberang sungai)
mereka, sehingga tempat itu sekarang menjadi dusun pelayang.
Setelah melayang semua meneruskan perjalanan terdengarlah rintihan
orang, maka meninjaulah (mencari/menyelidiki) di situ selama 2 hari 2 malam.
Dan tempat itu sekarang bernama Dusun Peninjau. Tidak ada satu manusia pun yang
nampak (kelihatan). Maka besoknya rombongan meneruskan perjalanan kembali
hingga sampai di suatu desa kecil yang bernama Dusun Renah. Maka ditanyalah
kepada orang disana “...pak, numpang tanya apakah ada orang lewat disini satu
laki-laki dan satu perempuan...?”. lalu orang itu menjawab “memang ada, baru
sebentar ini dia lewat ke arah Barat (mudik). Mendengar berita itu rombongan
pun bergegas meneruskan perjalanan lalu tiba di suatu tempat batu besar dan
batu kecil yang sangat banyak di situ. Nampak daun gelembang berisi nasi satu
dua biji di atasnya. Batu-batu itu pun masih basah bekas kakinya. Maka dengan
itu rombongan meneruskan perjalanannya kembali dan sampai di pantai pasir yang
luas. Sesampainya di situ maka berundinglah mereka. Karena sudah lelah lalu
mengentailah mereka disitu selama 5 hari 5 malam karena tidak akan meneruskan
perjalanan lagi.
Pada hari ke-4 nampaklah orang berakit batang pisang, setelah dilihat
rupanya memang anak Raja Mataram dengan Puti hendak menuju Dusun Renah. Maka dipanggillah
keduanya ke tepi. Sesampainya mereka berdua ke tepi, rombongan dari Minang
tersebut mengajak mereka berdua pulang ke Minang. Akan tetapi PUTI menjawab
kami tidak akan kembali ke Sumatera Barat kami akan menikah di Dusun Renah.
Setelah pernikahan selesai maka rombongan itu kembalilah ke Minang.
Semenjak PUTI tinggal di Dusun Renah, masyarakat dusun itu bertambah
maju di bidang apapun juga. Anak Raja Mataram itu mengajak masyarakat bergotong
royong membuat Jung untuk mencari nafkah hidup sehari-hari ke kota Jambi.
Selesai membuat Jung maka masyarakat bergotong royong lagi merintih sungai
sarut untuk membuat jalan menuju kota Jambi. Kehidupan masyarakat bertambah
senang dusun pun bersih tidak ada halangan apapun juga.
Namun sayang semasa itu dusun Renah tersebut di alah oleh suatu
musibah yaitu sebangsa rengit. Oleh karena itu masyarakat tidak sanggup lagi
tinggal di dusun Renah, maka masyarakat mengambil tindakan untuk pindah
meninggalkan dusun tersebut. Mereka pindah ke suatu tempat yaitu pindah keBukit
Caeh. Tidak lama tinggal di situ kata orang-orang disini banyak Dewa. Padahal
tempurung/timbang air setiap Jungtertelungkup di dalam Jung yang berisi air.
Tiba-tiba datang ombak mengguncang Jung tersebut lalu tempurung itu berbunyi
katanya Dewa.
Kala itu anak dari PUTI BUTO HILANG DI LAMAN ada tujuh orang. Dua
orang tinggal di Pelayang yaitu satu laki-laki dan satu perempuan. Dengan janji
apabila keturunan yang laki-laki menjadi Raja maka gelarnya Rio dan apabila
keturunan yang perempuan menjadi Raja maka gelarnya Patih. Sedangkan anak dari
PUTI BUTO HILANG DI LAMAN yang lima orang pindah ke daerah Limbur (sekarang
Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang) dan sekitarnya :
1. Satu orang tinggal di
dusun Lubuk Mengkuang
2. Satu orang tinggal di dusun
Pauh Agung
3. Satu orang tinggal di
dusun Tebo Pandak
4. Satu orang tingal di
dusun Limbur
5. Satu orang tinggal di
dusun Rantau Tipu
Kelimanya laki-laki, maka dengan itu Dusun Pelayang dengan Dusun
Limbur dan sekitarnya bak kato adat “Masih
sedentung kepayang tinggi Masih sekepal bak pucuk jalo”.
Batas wilayah bilangan tujuh adalah sebagai berikut :
-
Batas dengan Dusun Panjang ada parit nan tatuju
-
Dari Dusun Pelayang ke tanah Marasil di
seberangnya Batang Semagi dan ado Muaro sungai Bulim
-
Batas dengan Koto Jayo, Rambah, tebing tinggi,
Sungai Sarap, sampai ke hulunya di situ ada bukit Badengong
-
Batas dengan Rantau Pandan mudik lagi ado larek
belang
-
Batas dengan orang Apung dengan orang Kerinci
kebaruh lagi pematang candi alus beleh dengan wilayah Rantau Ikil, kebaruh lagi
ada napal sempit
-
Batas dengan pulau Jelmu kebaruh lagi S. Petenun
batas dengan orang Rantau Ikil
Bak kato adat : Pucuk li began li
Patah tua bilitung tumbuhnya
Bak napuh di ujung tanjung
Sumber :
BAB I MARDYANI BIN H.HARUN
BAB II Via Dicky & M.
Jusa/Ka. LAM Kec.
Statistik Kampung
Jumlah Jiwa 1992
Jumlah Kepala Keluarga 681
Jumlah PUS 368
Keluarga yang Memiliki Balita 96
Keluarga yang Memiliki Remaja 154
Keluarga yang Memiliki Lansia 163
Jumlah Remaja 375
Total
227Total 141
Status Badan Pengurus

Sarana dan Prasarana

BKB
Bina Keluarga Balita (BKB)
Ada

BKR
Bina Keluarga Remaja (BKR)
Ada

BKL
Bina Keluarga Lansia (BKL)
Ada

UPPKA
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
Ada

PIK R
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)
Ada

Sekretariat KKB
Sekretariat Kampung KB
Ada

Rumah Dataku
Rumah Data Kependudukan Kampung KB
Ada
Dukungan Terhadap Kampung KB
Sumber Dana |
Ya,
APBN APBD Dana Desa Swadaya Masyarakat |
Kepengurusan/pokja KKB | Ada |
SK pokja KKB | Ada |
PLKB/PKB sebagai pendamping dan pengarah kegiatan |
Ada,
SAMSIAH, S.Pd.I 198604212022212003 |
Regulasi dari pemerintah daerah |
Ada,
Surat Keputusan/Instruksi/Surat Edaran dari Gubernur Surat Keputusan/Instruksi/Surat Edaran dari Bupati/Walikota SK Kepala Desa/Lurah tentang Kampung KB |
Pelatihan sosialisasi bagi Pokja KKB | Ada |
Jumlah anggota pokja yang sudah terlatih/tersosialisasi pengelolaan KKB |
3 orang pokja terlatih dari 14 orang total pokja |
Rencana Kegiatan Masyarakat | Ya |
Penggunaan data dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan |
Ya,
PK dan Pemutahiran Data |
Mekanisme Operasional
Rapat perencanaan kegiatan | Ada, Frekuensi: Mingguan |
Rapat koordinasi dengan dinas/instansi terkait pendukung kegiatan | Ada, Frekuensi: Bulanan |
Sosialisasi Kegiatan | Ada, Frekuensi: Mingguan |
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan | Ada, Frekuensi: Mingguan |
Penyusunan Laporan | Ada, Frekuensi: Bulanan |